Guru Esa "Berhentilah Menyalahkan Gelap, Terangilah Dengan Perubahan"

Guru Esa "Berhentilah Menyalahkan Gelap, Terangilah Dengan Perubahan"
info gambar utama

SDN Inpres Tenga merupakan salah satu sekolah dampingan SLI yang berada di Kabupaten Bima, NTB. Sekolah ini dikepalai oleh pak Junaidin S.Pd yang sudah 2 tahun beliau menjabat sebagai kepala sekolah.

Halaman sekolah yang dikelilingi oleh banyak tanaman mulai dari tanaman hias sampai tanaman obat. Salah satunya pohon bidara yang menambah kesejukan di sekolah SDN Inpres Tenga. Namun kesejukan halaman sekolah tidak sama dengan kesejukan yang ada di kelas II SDN Inpres Tenga.

Mulanya, ketika saya berkunjung ke semua kelas, perhatian saya tertuju di kelas II yang terakhir saya kunjungi. Mengapa? Ruangan kelas yang tidak begitu menarik, kursi dan meja berantakan, kebersihan kelas sangatlah kurang dan dinding kelas hanya tembok warna putih yang sudah menjadi abu-abu tua tanpa hiasan apapun.

Kelas yang begitu berdebu dan banyak dihinggapi sarang laba-laba, itulah kesan pertama ketika saya berkunjung ke kelas II.

“Maaf mbak Tia, ini kelas tempat saya mengajar, saya perwalian kelas II mbak Tia,” sahut ibu guru Esa yang berdiri tepat di belakang saya ketika saya masuk ke kelas tempat ia mengajar.

Sayapun menoleh dan memberi salam kepada beliau. Itulah awal perkenalan saya dengan ibu guru Esa, dimulai dengan pemandangan kelas berdebu.

Keluhan-keluhan dan impian-impian selama beliau menjadi guru perwalian kelas II ia sampaikan semua, harapan beliau sangat besar untuk kelas II dan siswa-siswinya agar menjadi siswa-siswi dan kelas yang lebih baik lagi.

Pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh kawan SLI tak satupun ia lewatkan, hingga pada bulan ke-3, angin perubahan itu mulai merasuki kelas ibu guru Esa.

Kelas yang begitu sempit disebabkan banyaknya tumpukan kayu, meja dan kursi rusak yang ada di sekolah dikumpulkan semua di kelas ibu Esa, kini tumpukan kayu, meja, dan kursi rusak itu sudah tidak ada.

Beberapa hari sebelumnya, ibu guru Esa menanyakan kepada saya, kapan datang berkunjung ke SDN Inpres Tenga, sebab jadwal kunjungan ke 5 sekolah sangatlah padat.

Ketika jadwal kunjungan saya ke SDN Inpres Tenga, saya diminta melihat kondisi kelas II. MasyaAllah, rasa haru melimuti hati saya.

Ibu siapa yang memindahkan semua tumpukan kayu yang begitu banyak, kursi dan meja yang rusak?” tanyaku ke ibu guru Esa dan jawaban beliau, “Saya, mbak Tia”.

Saya tidak bisa berkata apa-apa, hanya bisa memeluk ibu guru Esa sebagai apresiasi karena telah melakukan suatu perubahan yang cukup besar.

Tumpukan kayu ia angkat sendiri dan lemari-lemari buku ia angkat sendiri yang menurut saya agak berat untuk dikerjakan oleh satu orang perempuan, namun itu tidak bagi ibu guru Esa.

Seorang guru yang begitu hebat dan luar biasa. Pada bulan-bulan berikutnya, perubahan di kelas ibu guru Esa merupakan tolok ukur bagi kelas-kelas yang lain, menjadi inspirasi bagi kelas-kelas yang lain.

Dinding yang dulunya tak ada apa-apa sekarang dipenuhi display kelas dengan kelas didesain seperti ruangan perpuastakaan yang membuat anak-anak betah dalam kelas dan tidak ingin keluar.

Hal itu pernah saya dapati ketika saya jadwal kunjungan saya ke SDN Inpres Tenga. Saya pikir siswa kelas II sudah pulang sebab di jam istirahat tidak satu orang pun siswa yang keluar dan ketika saya memeriksa kelas II, semua siswa malah asyik membaca buku atau mengambar.

Perubahan yang dilakukan ibu guru Esa sangatlah luar biasa. Pembelajaran yang beliau lakukan dulunya masih monoton, namun dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang dilakukan oleh kawan SLI, dalam beberapa kali men-supervisi ibu guru Esa, cara beliau mngajar sangat keren sekali.

Metode pembelajaran yang bervariasi sudah beliau terapkan, mulai dari membaca dongeng, membagi kelompok dan bahkan metode-metode kooperatif sudah lihai beliau terapkan.

Pada beberapa hari yang lalu, ibu guru Esa menghubungi saya. Menceritakan pengalaman-pengalaman menakjubkan yang beliau alami dan pengalaman menakjubkan tersebut yaitu ketika liburan sekolah beberapa hari, anak-anak tidak masuk dan setelah masa liburan berakhir, anak-anak mulai bersekolah.

Siswa- siswi ibu guru Esa berdesakan mencari buku cerita yang ada di ceruk ilmu. Siswa-siswi berkata “Ibu, kami rindu dengan buku-buku yang ada di ceruk ilmu” itulah cerita ibu guru Esa waktu itu kepada saya dan dengan diperlihatkan beberapa foto kegiatan anak-anak membaca buku.

Hal itupun terbukti ketika saya melakukan pesantren literasi dan beberapa kunjungan saya sebelumnya di SDN Inpres Tenga.

Siswa kelas II selalu berbeda dengan siswa yang lain, sebab di manapun mereka pergi ketika melihat buku pasti akan ia baca atau setiap melakukan aktivitas selalu memegang buku, dan pada suatu waktu saya bertanya kepada salah satu siswa kelas II.

Saya memegang satu buah buku cerita dan tanpa memperlihatkan judul buku “Apakah buku ini pernah kamu baca nak, kira-kira apa cerita dalam buku yang ibu pegang?”

Siswa itupun menjawab bahwa ia sudah pernah membaca bukunya dan memberitahukan saya judul buku yang saya pegang beserta cerita dalam buku tersebut.

Luar biasa pembelajaran yang diberikan oleh ibu guru Esa, mampu memberikan inspirasi dan motivasi kepada siswa-siswanya, dan semoga banyak ibu guru yang seperti ibu Esa atau bahkan lebih keren lagi agar pendidikan di Indonesia lebih baik lagi terutama di daerah-daerah pelosok.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

A1
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini