Komunitas Kesayangan

Komunitas Kesayangan
info gambar utama

Saya lupa tepatnya entah di 2010 atau 2011, kakak saya mengenalkan saya dengan sebuah komunitas di Facebook. Komunitas itu adalah komunitas Ibu-ibu Doyan Nulis Interaktif yang berpusat di Bandung, dikomandani seorang wanita aktif enerjik bernama Indari Mastuti.

Kata kakak saya, "Nih ikut grup ini, kamu kan hobi nulis." Akhirnya saya pun mempelajari unggahan-unggahan di grup IIDN.

Banyak ilmu-ilmu tentang menulis di-share dengan gratis. Juga kompor-kompor positif berbentuk saling share jika ada tulisan anggota yang dimuat di media.

Wah, saya paling terkompor jika ada yang posting naskahnya baru dimuat di majalah tertentu. Postingan maupun komentar-komentarnya pun cenderung ramah bersahabat dan kemriyek ala ibu-ibu banget, membuat saya betah dan berasa menemukan surga yang hilang.

Ciyeh, berat amat analoginya ya, surga...

Pada tahun itu di grup, Teh Indari juga men-support berdirinya cabang IIDN di berbagai kota di Indonesia. Teman-teman dari Jogja akhirnya membentuk satu grup cabang yang berdiri sendiri walaupun tetap berafiliasi ke IIDN pusat.

Sebagai ketua, seorang guru yang berpenampilan kalem bersedia repot merintis berdirinya IIDN Jogja yaitu mbak Astuti Rahayu. Mbak Astuti ini kemudian mengajak kami di grup untuk kopdar pertama yang waktu itu dihadiri lima orang perempuan yaitu mbak Tuti sendiri, saya, mbak Ety, mbak Shendy dan Bunda Kun.

Kami kopdar pertama di masjid kampus UGM. Di sana kami berkenalan dan saling bercerita mengenai pengalaman menulis. Mbak Astuti ternyata sudah menerbitkan beberapa buku, lho. Khususnya buku-buku pelajaran.

Singkat cerita, waktu itu Mbak Tuti meminta kami membantunya dan akhirnya saya bersedia membantu sebagai sekretaris dan mbak Ety sebagai bendahara. Atau terbalik ya, saya bendahara dan mbak Ety sekretaris, saya agak-agak lupa.

Sebagai komunitas yang bergiat di masalah tulis menulis, kami menyelenggarakan berbagai agenda yang berhubungan dengan itu.

Pelatihan menulis dengan narasumber dari luar IIDN maupun dari IIDN sendiri, kopdar dan sharing pengalaman menulis, kunjungan ke penerbit, menulis antologi, dan kegiatan positif lainnya.

Selain ilmu yang bermanfaat, berkomunitas di IIDN Jogja juga menyebabkan saya memiliki banyak teman baik di Jogja. Saya bisa menyombongkan diri dan yakin bahwa saya tak perlu pesan kamar hotel bila ke Jogja karena saya memiliki teman-teman yang bersedia menampung saya di rumahnya.

Hahaha. Pede abiss.

Sekarang, dari sejak awal berdiri, grup IIDN Jogja di Facebook sudah berkembang menjadi 381 anggota, walau yang rutin kopdar mungkin belum sampai 10 persennya.

Ketuanya sudah berganti menjadi mbak Irfa Hudaya yang telah menerbitkan beberapa novel. Adapun IIDN Interaktif (IIDN Pusat) sudah berkembang dan memiliki anggota sekitar 21 ribu orang.

Selain Teh Indari sebagai founder dan selalu sebagai pengompor positif di grup, IIDN kini digerakkan oleh seorang ketua yang aktif dan smart, yaitu mbak Widyanti Yuliandari. Beliau seorang blogger aktif dan telah menerbitkan buku tentang food combining.

Selain komunitas IIDN, saya juga bergabung di komunitas penulis merah jambu, atau disingkat Kelas MJ. Anggotanya adalah para alumni kelas menulis online yang diselenggarakan oleh Mbak Nurhayati Pujiastuti.

Pertama kali saya mengenal mbak Nurhayati hanya melalui nama saja di berbagai cerpen majalah. Beliau cukup tenar sebagai penulis cerpen di era tahun 1990-an.

Tak disangka saya bisa mengenalnya dan berinteraksi walau hanya di dunia maya. Saat mbak Nurhayati membuka kelas nulis cerita anak pada tahun 2014, tanpa pikir panjang saya mendaftar.

Hasil dari kelas ini, tidak hanya berupa cerpen saya kemudian dimuat di Bobo, tapi juga berbagai jenis tulisan lain menemukan jodohnya.

Setelah kelas nulis usai, mbak Nurhayati lalu mengundang alumni kelas nulisnya untuk bergabung dalam sebuah grup bernama merah jambu. Ada fanpage kami lho di Facebook. Silakan di-like, yaa…

Berbeda dengan komunitas IIDN Jogja yang rajin kopdar karena anggotanya sebagian besar berada di satu kota, anggota komunitas MJ nyaris tak pernah kopdar.

Bagaimana tidak, anggotanya tersebar dari Sabang sampai Merauke. Kadang-kadang saja jika kebetulan berkunjung ke suatu kota dan ada anggota MJ di kota tersebut, disempatkan untuk kopdaran ketemuan.

Kesempatan kopdar juga muncul saat beberapa anggota mengikuti pelatihan atau event-event menulis lainnya. Walaupun tak pernah berjumpa, interaksi di dunia maya tak membatasi kami untuk menjadi saling akrab dan dekat, lho.

Contohnya saya dan uni Novia Erwida, nggak pernah bertemu tapi sudah saling mentahbiskan diri sebagai tante dan keponakan. Walaupun sebenarnya kalau lagi saut-sautan komen lebih mirip Tom and Jerry, hehehe.

Oh iya, anggota kelas MJ tidak banyak, yang tergabung dalam grup Facebook hanya 31 orang, dan yang join di grup WhatsApp 27 orang. Biar dikata hanya sedikit, tapi kami yang sedikit ini selalu bergerak meski kadang slow motion.

Kami bergerak untuk membuat perubahan. Mencoba menyumbangkan konten bacaan positif di tengah masyarakat milenial yang terlalu banyak menghadapi godaan zaman.

Kegiatan kami di Kelas MJ cukup bervariasi. Untuk kegiatan eksternal, kami mengelola fanpage di facebook (yang saat ini jumlah membernya ada 353 orang) dan mem-posting materi bergantian di sana.

Kadang kami juga mengadakan kelas-kelas nulis gratis untuk anggota fanpage. Kemudian untuk kegiatan internal, kami dituntut untuk selalu mengembangkan kemampuan menulis.

Kami saling sharing info lomba di grup dan kemudian berjamaah mengikuti lomba tersebut, kami masih gemar mengikuti kelas-kelas menulis online yang bermanfaat, kami juga tengah menyusun antologi kumcer di samping berbagai proyek nulis pribadi.

Mbak Nurhayati yang kami ibaratkan kepala sekolah, juga menekankan bahwa kami tidak boleh hanya berhenti sebagai penulis. Selain menulis, kami juga harus bisa mempromosikan hasil karya dan juga bisa membuat ilustrasi atau menggambar.

Kadang-kadang mbak Nurhayati memanggil kami semua di postingannya dan meminta kami menyetor hasil karya berupa ilustrasi, rekaman video mendongeng, ataupun sekadar seru-seruan membuat cerita berantai.

Kalau mbak Nurhayati Pujiastuti ibaratnya kepala sekolah, berarti seharusnya ada ketua kelasnya, dong? Iya, memang secara periodik, Mbak Nurhayati menunjuk salah seorang dari kami untuk menjadi ketua kelas yang mengkoordinir teman-teman lain melakukan berbagai tugas penulisan.

Ketua kelas MJ, siapa? Ehehe, kenalkan, saya ketua kelas untuk periode ini. Mumpung belum diganti, pamer dulu jadi ketua kelas, hehe. Soalnya habis lebaran sudah waktunya ganti peran, hahaha.

Demikianlah dua komunitas yang sangat berarti dalam mendukung perkembangan hobi menulis saya. IIDN Jogja dan Kelas MJ. Komunitas penulis perempuan, sejatinya mempunyai arti yang sangat besar bagi perempuan yang gemar menulis.

Sebab seperti kodrat seorang perempuan yang multitasking, di sebuah komunitas menulis, kita tidak hanya dapat memuaskan dahaga untuk mengembangkan hobi kita, namun juga mendapatkan dukungan dari teman dan menemukan tempat curhat.

Bagi saya pribadi, berkomunitas tidak perlu syarat muluk-muluk. Cukup bila komunitas itu membuat kita merasa nyaman dan diterima, serta membuat kita lebih hidup dan berkembang ke arah yang lebih baik, maka dia akan menjadi komunitas kesayangan.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

IN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini