Banyak orang menghabiskan waktu selama bulan Ramadan dengan berbagai cara, salah satunya adalah berlatih tarian sufi.
Tarian ini diciptakan oleh Mawlana Jalaludin Rumi dan ditampilkan untuk pertama kalinya di Anatolia, Turki, pada abad ke-13 dan telah menjadi kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Nurul Hidayah AlMubarokah di desa Sempu Boyolali di Jawa Tengah.
Instruktur Musa Asngari mengatakan tarian itu membantu siswa mendapatkan ketenangan, fokus pada minat mereka, dan meningkatkan kesehatan fisik mereka melalui gerakan.
Setiap sore, sejumlah santri berlatih di auditorium atau di luar ruangan.
Tarian ini dimulai dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh para penari, yang mengenakan kostum yang terdiri dari sikke (topi berbentuk kerucut) dan tennur (jubah berlengan panjang). Para pemula cenderung merasa pusing dan bahkan mungkin pingsan karena mereka tidak terbiasa dengan gerakan dari tarian Sufi ini, yang merupakan putaran berlawanan arah jarum jam yang cepat, simbol upaya untuk melawan keinginan duniawi.
Mereka juga secara bersamaan mengucapkan dzikir selaras dengan iringan musik. Menurut siswa Hermawan, ini adalah bentuk meditasi untuk peningkatan diri dan konsentrasi.
Catatan kaki: Jakarta Post
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News