Cara Menghabiskan Waktu di Bulan Ramadan Ala Masyarakat Desa Sempu, Boyolali

Cara Menghabiskan Waktu di Bulan Ramadan Ala Masyarakat Desa Sempu, Boyolali
info gambar utama

Banyak orang menghabiskan waktu selama bulan Ramadan dengan berbagai cara, salah satunya adalah berlatih tarian sufi.

Tarian ini diciptakan oleh Mawlana Jalaludin Rumi dan ditampilkan untuk pertama kalinya di Anatolia, Turki, pada abad ke-13 dan telah menjadi kegiatan ekstrakurikuler di Pondok Pesantren Nurul Hidayah AlMubarokah di desa Sempu Boyolali di Jawa Tengah.

Siluet penari Sufi | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
info gambar

Instruktur Musa Asngari mengatakan tarian itu membantu siswa mendapatkan ketenangan, fokus pada minat mereka, dan meningkatkan kesehatan fisik mereka melalui gerakan.

Setiap sore, sejumlah santri berlatih di auditorium atau di luar ruangan.

Tarian Sufi yang telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Sempu, Boyolali | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
info gambar

Tarian ini dimulai dengan doa-doa yang dipanjatkan oleh para penari, yang mengenakan kostum yang terdiri dari sikke (topi berbentuk kerucut) dan tennur (jubah berlengan panjang). Para pemula cenderung merasa pusing dan bahkan mungkin pingsan karena mereka tidak terbiasa dengan gerakan dari tarian Sufi ini, yang merupakan putaran berlawanan arah jarum jam yang cepat, simbol upaya untuk melawan keinginan duniawi.

Sikke dan Tennur yang dikenakan saat menari tarian Sufi | Foto: Maksum Nur Fauzan / Jakarta Post
info gambar

Mereka juga secara bersamaan mengucapkan dzikir selaras dengan iringan musik. Menurut siswa Hermawan, ini adalah bentuk meditasi untuk peningkatan diri dan konsentrasi.


Catatan kaki: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini