Membingkai Kenangan Melalui Tulisan

Membingkai Kenangan Melalui Tulisan
info gambar utama

Sore ini saya tersenyum malu sendiri. Ketika menemukan beberapa lembar kertas, dalam tumpukan buku-buku lama, yang tak tersentuh. Beberapa lembar kertas dengan coretan tangan yang sedang galau saat itu.

'Dalam tangis, perlahan kudengar suara langkah menuju dapur. Sejuk rasa dalam hati, berharap itu adalah suara langkahmu. Membuat minuman hangat penetral hati. Menyerahkan minuman hangat itu, dan lalu memelukku. Menunggu sedikit lama, namun tak kunjung datang. Oh, tidak. Minuman hangat itu ternyata diminumnya sendiri, bukan untukku. Hiks hiks....'

Kertas itu saya tunjukkan Pak Suami, sejenak bertanya-tanya dan mengingat-ingatnya. Kemudian kami pun tertawa bersama. Ya, itu adalah kejadian sekitar delapan belas tahun lalu, saat awal pernikahan kami.

Hanya karena sedikit salah komunikasi, sehingga salah waktu jemput kerja. Masalah kecil, namun seolah besar dirasa saat itu. Tetapi menjadi lucu dan berlebihan ketika dibaca ulang di saat ini. Hehehe...

Sedikit cerita tentang tulisan saya di masa lalu, membuat saya berpikir. Menulis ternyata menjadi salah satu media pelepas kegundahan hati. Menulis memang sudah sangat tidak asing bagi kita semua.

Wajib dipelajari sejak masa anak-anak. Namun, tidak banyak orang memahami betapa berharga dan pentingnya sebuah tulisan. Begitu banyaknya keajaiban didapat dengan menulis.

Keajaiban menulis

  1. Menulis membuat saya terobati. Tanpa harus membuang energi untuk marah, yang mungkin, akan membuat masalah semakin panjang. Menulis dapat mengubah, yang menyakitkan di masa lalu, menjadi pembelajaran bahkan hiburan di masa yang akan datang.
  2. Menulis mampu menjaga setiap kenangan yang ada. Tanpa tulisan, setiap pengalaman perjalanan kehidupan, ataupun rangkaian perjalanan wisata kita akan menguap begitu saja. Hilang. Terlupakan. Rugi sekali, bukan? Padahal, tulisan kita tentang hal tersebut akan sangat membantu kita mengenangnya. Bahkan, bermanfaat sebagai pembelajaran ataupun menjadi informasi destinasi wisata bagi orang lain. Ayo, kita mulai mencari, menemukan, dan membagi informasi seputar destinasi menarik di Indonesia!
  3. Menulis menjadi ladang pahala. Ketika seorang penulis menuliskan beberapa tips, dan wawasan seputar parenting, agama, wisata, kuliner, dan lain-lain. Maka, InsyaAllah pahala aka terus mengalir.
  4. Menulis dapat membuat saya lebih bijak dalam bersikap, dan mudah mengendalikan emosi. Lebih baik menulis ketika ada yang tidak sesuai di hati. Kemudian, cukup menyimpannya rapat dalam buku harian pribadi. Atau dikemas dalam novel fiksi penuh sarat makna.
  5. Menulis juga bisa menjadi sumber mata pencaharian. Seperti menjadi ghost writer, copywriter, penulis novel buku atau novel, dan masih banyak yang lain. Bahkan, saat ini profesi penulis telah diakui pemerintah, serta telah masuk dalam pilihan profesi yang bisa dicantumkan di E-KTP.

Keren, kan? Yakin, masih mau pikir-pikir lagi buat menulis?

Saya pun mulai jatuh cinta dengan dunia literasi. Memaksa diri untuk terjun di beberapa komunitas menulis, membuat saya lebih banyak belajar.

Beruntung saya dipertemukan dengan komunitas menulis yang keren. Mulai dari Komunitas Menulis Online, Ibu-ibu Doyan Nulis, Joeragan Artikel, dan Pena Srikandi.

Bertemu banyak mentor dan senior yang berbakat namun tidak pelit ilmu, merupakan rejeki tak ternilai buat saya. Berharap suatu saat nanti saya dapat mengikuti jejak-jejak beliau menghasilkan karya yang bermanfaat.

"Tulisan kita tak akan mati, bahkan bila kita mati" (Helvy Tiana Rosa)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

HM
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini