Menempa Diri bersama Komunitas Penulis

Menempa Diri bersama Komunitas Penulis
info gambar utama

Jika engkau ingin mengenal dunia, maka menulislah. Namun, jika ingin dikenal dunia, maka menulislah. (Pramoedya Ananta Noer)

Banyak perempuan Indonesia berkiprah di dunia menulis. Perempuan yang berkarya dalam membuat novel, puisi, penulis biografi, editor, dan banyak lagi profesi lainnya.

Salah satu penulis novel perempuan inspiratif yang aku kagumi adalah Kirana Kejora. Dari tangan dinginnya, beberapa kisah nyata dikemas apik sehingga melahirkan novel yang sarat pesan, bahkan difilmkan.

Satu lagi, Indari Mastuti. Entah apa yang ada dalam benak seorang Teh Indari, setelah berkiprah di dunia menulis belasan tahun, telah melahirkan puluhan buku, e-book, dan banyak lagi karya lainnya yang terukir pada semesta.

Begitu tingginya daya kreatif dan inovasi, sampai saat ini 73 judul telah dibukukan Teh Indari. Aku, mungkin masih jauh disebut penulis, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mempunyai karya yang inspiratif.

Menulis adalah salah satu cara mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan hati. Tidak sedikit bagi orang, khususnya perempuan, menulis merupakan terapi jiwa.

Iya, betul, aku merasakan juga. Namun, setelah mengikuti tiga kelas menulis secara daring, aku tetap belum merasa puas. Rasa penasaran terus menggelitik.

Ikut kelas sudah, lalu kebingungan mau melakukan apa lagi. Aku butuh sesuatu yang memaksa agar terus menulis, butuh tantangan.

Komunitas penulis pertama

Akhirnya, aku masuk komunitas menulis pertama, yaitu IIDN (Ibu-ibu Doyan Nulis). Setiap anggota mendapat materi secara terjadwal. Mulai dari PUEBI, nge-blog, tips menulis, menarik beberapa penulis untuk menjadi copywriter, ghost writer, dan banyak lagi lainnya.

Karakter setiap komunitas penulis berbeda

Tidak lama kemudian, aku masuk komunitas menulis bernama Emak Belajar Menulis (EBN). Di dalamnya ada jadwal harian yang memicu kita untuk memenuhinya.

Terbayang kan, pontang-panting aku mengikuti irama komunitas itu. Dalam seminggu, empat jadwal tetap diterapkan. Satu jadwal yang membuatku enggak nyaman, yaitu fiksi mini.

Di EBN inilah, rasa puisiku muncul dan terasah lagi. Selain itu, banyak ilmu yang didapat tentang dunia menulis. Ternyata, buku antologi pertamaku lahir di komunitas ini dengan zona resah, fiksi mini.

Mencari hal baru, kembali menggelitikku. Masuk ke dalam komunitas menulis lainnya. Komunitas ini mempunyai platform sendiri dengan nama basagita.com.

Kemampuanku membuat artikel kembali diuji. Tentunya dengan fee yang telah ditetapkan, meluncur sekitar lima artikel masuk platformnya. Bersama komunitas ini, kembali aku menggulirkan dua buku antologi, yaitu fiksi mini dan puisi.

Manfaat bergabung dengan komunitas

Sebetulnya, apa manfaat kita bergabung dengan sebuah komunitas? Ada beberapa yang kurasa hingga kini, yaitu:

  1. Memperluas pertemanan di dunia maya bersama penulis lainnya.
  2. Mendapat materi-materi secara gratis.
  3. Mendapat sharing dari orang-orang yang mumpuni di bidangnya.
  4. Menelurkan buku antologi.
  5. Mendapat job.
  6. Menempa diri untuk belajar konsisten dalam menepati tugas.
  7. Belajar memahami sifat-sifat anggota di dalam komunitas, dan masih banyak lagi.

Memilih komunitas penulis

Dalam memilih komunitas, menurutku tidak ada batasan. Mau yang berbayar atau yang gratis. Terpenting adalah kita merasa nyaman berada di dalamnya, mampu mengikuti aturan main, dan konsisten dalam setiap challenge atau event yang diadakan komunitas tersebut.

Masuk ke dalam berbagai komunitas penulis adalah salah satu cara kita mengembangkan dan meningkatkan kemampuan, kepekaan menulis dalam bentuk apa pun.

Keep writing, enjoy it! Tinggalkan jejak kita pada literasi.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WR
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini