Mengenal Young Cassavapreneurs Program

Mengenal Young Cassavapreneurs Program
info gambar utama

Saat ini dunia menghadapi kondisi VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity), sehingga menuntut masyarakat Indonesia untuk lebih adaptif terhadap tantangan era disrupsi dan dinamika global.

Sekolah, kuliah, magang, merupakan dinamika kehidupan sebelum seseorang memasuki dunia kerja. Para pencari kerja yang berjumlah jutaan orang tidak sebanding dengan daya serap yang hanya sekitar 20 persen, sehingga sisanya menganggur.

Berharap dapat panggilan dari lamaran lainnya, meningkatkan keterampilan melalui kursus, bahkan sampai ada yang frustasi menghalalkan segala cara demi mengais penghasilan.

Tidak dapat dipungkiri, kesejahteraan suatu bangsa bertolok ukur pada kemajuan ekonominya. Hal tersebut dapat tercapai dengan banyak cara, melalui kewirausahaan yang kuat dari warga negaranya merupakan salah satunya.

Bahkan, suatu negara dapat dikatakan sudah maju jika jumlah wirausahawannya berjumlah lebih dari 2 persen dari populasi penduduk negara tersebut.

Berkaca ke negara kita, ternyata jumlah wirausahawan di Indonesia menembus 3,1 persen. Walaupun sudah mencapai angka 8,06 juta jiwa, tetapi jumlah wirausahawan di Indonesia masih terbilang rendah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia.

Menjadi wirausaha merupakan salah satu alternatif yang cukup menjanjikan untuk kehidupan yang akan datang. Bekerja dengan memulai usaha mandiri juga dapat membuka lapangan pekerjaan yang sangat bermanfaat untuk masyarakat sekitar.

Sayangnya, semangat untuk menjadi wirausahawan belum begitu tumbuh di kalangan generasi muda Indonesia. Untuk itu, pelatihan kewirausahaan bagi generasi muda terus menerus dilakukan dengan harapan dapat melahirkan calon-calon wirausahawan muda mandiri di masa depan.

Hal tersebut yang melatarbelakangi tim Young Cassavapreneurs Indonesia (YCPI) dalam mengusung Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang pengabdian kepada masyarakat atau yang disingkat menjadi PKM-M.

Tim ini berdiri pada September 2018 dengan beranggotakan Sultan Laga Putra Azdi, Zakiyah Salsabil Syahfil, Maulida Nurul Fatkhiyatut Taufiqoh dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, dan Flamora Gresafira Cahya serta Sri Wiji Utami dari Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Ide dasar dari program binaan desa ini ingin berkontribusi dalam tercapainya tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 poin pertama, yaitu mengakhiri kemiskinan dimanapun dalam segala bentuk.

Mengolah tepung mocav bersama remaja desa
info gambar

Di Desa Benteng tempat tim YCPI melaksanakan program, masih banyak pemudanya yang belum bisa menikmati pendidikan formal karena berbagai kendala. Namun, terdapat dua kendala yang paling utama yaitu keterbatasan ekonomi dan jarak yang jauh untuk bersekolah.

Di sisi lain, Desa Benteng memiliki potensi komoditas singkong yang melimpah. Dengan berbagai manfaat yang terkandung di dalamnya, singkong bisa diolah menjadi produk yang bernilai jual tinggi.

Sayangnya, masih banyak warga desa yang menjual singkong hasil panen secara langsung tanpa diolah. Dari tengkulak mereka hanya dibayar dengan harga rendah yaitu Rp 2.000 hingga Rp 3.000 per kilogram.

Mengetahui fakta-fakta tersebut, kami melihat peluang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mempersiapkan para pemuda Desa Benteng untuk menjadi wirausahawan sukses masa depan di bidang singkong.

Agar program YCPI dapat berlangsung dengan lancar dan berkelanjutan, tim bekerja sama dengan Komunitas Pendidik Nusa di Desa Benteng. Komunitas ini hadir sebagai jawaban atas keresahan beberapa pemuda serta salah satu tokoh desa, dengan kondisi pendidikan di Desa Benteng yang masih rendah.

Komunitas Pendidik Nusa membuka Sekolah Terbuka bagi anak-anak yang ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama. Saat ini terdapat 9 siswa yang tergabung di dalamnya.

Mereka merupakan anak-anak yang Desa Benteng yang memiliki keterbatasan ekonomi. Anak-anak inilah yang menjadi sasaran kegiatan PKM-M tim Young Cassavapreneur Indonesia (YCPI).

Tim berharap program ini dapat membantu meningkatkan motivasi dan keterampilan berwirausaha dari target sasaran serta membantu mengoptimalkan potensi desa.

Tim YCPI bekerja sama dengan bapak Arfan Damari selaku pendiri komunitas Guru Pendidik Nusa dan ibu Hadi selaku Pemimpin Kelompok Wanita Tani Barokah Desa Benteng.

Para peserta mendapatkan ilmu dan pengalaman praktek dalam meningkatkan nilai tambah singkong mulai dari tahap persiapan bahan baku hingga pemasaran. Ke depannya, program YCPI dapat diadopsi sebagai kegiatan ekstrakurikuler di Sekolah Terbuka Desa Benteng.

Untuk menyebarluaskan program YCPI, tim berkesempatan menjadi narasumber dalam acara “Numpang Nampang” di Radio Republik Indonesia Pro 2 FM pada 16 Mei 2019.

Tema pada segmen tersebut adalah Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Wujud Kontribusi Mahasiswa. Agar manfaat dari program ini bisa terasa lebih luas di desa-desa lain di seluruh Indonesia, tim YCPI juga menghasilkan sebuah buku panduan dengan judul “Makmur bersama Cassavapreneurs”.

Buku ini ditujukan kepada para pembaca yang berminat untuk melaksanakan program YCPI di daerah lain atau mengadaptasinya, agar bisa meningkatkan nilai tambah dari komoditas lain.

Tim YCPI berharap lahirnya para wirausahawan muda dari berbagai desa dapat mendukung terwujudnya program pemerintah One Village One Company.

Sumber: Bogorkab.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

SA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini