Kedua Etnis Ini Kesampingkan Perbedaan Bekerja Sama Demi Capai Satu Tujuan

Kedua Etnis Ini Kesampingkan Perbedaan Bekerja Sama Demi Capai Satu Tujuan
info gambar utama

Orang Minang dan orang keturunan Tionghoa bersama-sama bergabung untuk memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dengan melayani 10.000 porsi ayam bacang (nasi diisi dengan isi ayam dan dibungkus dengan daun bambu) dan lamang baluo (nasi ketan dengan nasi kelapa diisi ) selama festival kuliner dua hari di Padang, Sumatra Barat.

Acara ini berlangsung dari 6 hingga 7 Juni di Kota Tua di Jl. Batang Arau dan menarik minat hingga 15.000 pengunjung.

Asisten Deputi Kementerian Pariwisata Raseno Arya mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya orang-orang dari dua kelompok etnis itu bekerja bersama untuk memecahkan rekor MURI.

“Ini adalah pertama kalinya di sejarah Indonesia bahwa dua budaya berbeda telah bersatu untuk memecahkan rekor MURI. Semoga ini bisa menjadi contoh persatuan yang harmonis dalam keberagaman,” kata Raseno seperti dikutip oleh kompas.com, Kamis.

Dia juga menambahkan bahwa pemerintah kota Padang telah berkoordinasi dengan Kementerian Pariwisata untuk menyelenggarakan acara tersebut setiap tahun.

Bacang dan Lamang Baluo yang disediakan di Padang | Foto: Iggoy el Fitra / Jakarta Post
info gambar

Ketua penyelenggara acara, Alam Gunawan, mengatakan bahwa penyelenggara memilih hidangan untuk mewakili budaya Minangkabau dan Tionghoa.

Alam mengatakan festival itu juga dimaksudkan untuk mempromosikan pariwisata dan budaya Sumatra Barat, serta meningkatkan ekonomi lokal.

"Selain disediakan bacang dan lamang baluo, pengunjung juga dapat menyaksikan pertunjukan seni yang memamerkan kedua budaya tersebut. Kami juga akan memamerkan pakaian, tarian, dan musik dari kedua etnis selama acara ini,” tambahnya.

Ia juga menyatakan bahwa tujuh profesional telah bekerja untuk membuat bacang, selain 15 orang yang memasak lamang baluo. Para profesional ini, menurut Alam, terkenal karena keterampilan mereka dalam membuat jajanan tradisional.

Secara terpisah, Walikota Padang Mahyeldi mengatakan ia berharap festival ini akan menarik lebih banyak wisatawan dan membantu menjaga toleransi di kota yang mayoritas penduduknya Muslim ini.

"Kedua grup etnis telah hidup selaras selama bertahun-tahun. Ini adalah sesuatu yang sangat kami hargai,” katanya.


Catatan kaki: Jakarta Post

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini