Inilah Filosofi Jawa yang Mengajarkan Bertutur dan Berpenampilan Baik

Inilah Filosofi Jawa yang Mengajarkan Bertutur dan Berpenampilan Baik
info gambar utama

Filosofi terdakang membuat kita berpikir keras untuk memahami maknanya, jika sudah mendapatkan makna barulah filosofi tersebut dapat mengubah kita ke lebih baik.Termasuk juga filosofi jawa. Tidak dipungkiri jika Indonesia memiliki ratusan filosofi, khususnya Jawa yang masih dijunjung tinggi nilai budayanya.

Salah satu filosofi yang masih menjadikan sebuah patokan masyarakat Jawa adalah "Ajining Dhiri Saka Lathi, Ajining Raga Saka Busana"

Ajining diri saka lathi

Sumber : wajibbaca.com
info gambar

Kata tersebut memiliki arti bahwa seseorang dapat dihargai dan dihormati berdasarkan ucapannya atau perkataannya.

Contohnya adalah orang akan lebih dihargai di sebuah komunitas atau masyarakat jika orang tersebut bertata krama baik. Orang yang berilmu akan menggunakan bahasa yang santun dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Tidak bersikao sombong dan menyebarkan ilmu yang bermanfaat juga termasuk
di dalamnya.

Bisa dikatakan, orang harus selalu menjaga setiap ucapan agar senantiasa berkata baik dan tidak berbohong. Selain itu, pada masyarakat Jawa juga memiliki tata krama berbicara, seperti tingkatan-tingkatan tertentu, contohnya : Jika anak berbicara kepada orangtua, maka anak harus mengunakan bahasa Jawa krama (halus), sedangkan jika orang tua berbicara kepada anak boleh menggunakan bahasa ngoko (Jawa sehari-hari).

Ajining raga saka busana

Sumber : akasara
info gambar

Mengenakan pakaian yang baik juga memiliki nilai tata krama di masyarakat Jawa. Kata tersebut mengandung makna bahwa seseorang akan berharga jika dilihat dari penampilan atau busana yang orang itu pakai. Namun bukan berarti ingin bersikap sederhana meski pintar atau memiliki harta, lalu menggunakan pakaian yang tidak rapi (lecek), atau bahkan mengenakan kaos pada acara resmi.

Sebaiknya berpenampilan sesuai dengan kondisi atau tempatnya. Selain baju, tubuh juga harus tetap diperhatikan, seperti wajah, rambut, aroma tubuh.

Contohnya : dalam masyarakat Jawa juga dikenal dengan golongan priyayi, abangan dan santri. Golongan priyayi adalah golongan yang paling tinggi diantara golongan lain, sehingga kaum priyayi sangat dihormati. Biasanya golongan priyayi dapat dikenali dari cara berbusananya.

--

Sumber : pubakuncara, desember2017.blogspot.com, akasara

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini