Plastik Ramah Lingkungan dari Limbah Eceng Gondok

Plastik Ramah Lingkungan dari Limbah Eceng Gondok
info gambar utama

Melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) yang diselenggarakan oleh Kemenristekdikti, tim mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) telah berhasil membuat bioplastik dari limbah eceng gondok.

Tim tersebut adalah mahasiswa gabungan dari fakultas MIPA dan Kedokteran, yaitu Rizka Lailatul Rohmah (D4 K3), Jeesica Hermayanti Pratama (S1 Kimia), dan Amalia (S1 Kimia) berhasil menciptakan inovasi plastik ramah lingkungan (Bioplastik).

Produk bioplastik tersebut dinamai dengan singkatan B-CAN (Bioplastics Based on Cellulose Acetate Nanofiber).

Isu global terkait dampak penggunaan plastik dan kurangnya pemanfaatan limbah eceng gondok menjadi latar belakang mahasiswa UNS melakukan inovasi pembuatan bioplastik B-CAN ini.

Hal ini terkait dengan ditemukannya sampah plastik di perairan Indonesia yang tidak hancur meskipun sudah berusia 19 tahun.

Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah plastik di Indonesia dalam kurun waktu satu tahun mencapai angka 10,95 juta lembar.

B-CAN merupakan produk bioplastik temuan mahasiswa UNS yang ramah lingkungan dan memiliki biaya yang terjangkau, dengan bahan campuran selulosa eceng gondok, pati, kitosan, dan gliserol.

Setelah melakukan penelitian selama beberapa waktu, akhirnya tim peneliti UNS berhasil menemukan formula yang sesuai dalam pembuatan B-CAN. Sifat fisik produk B-CAN yang dihasilkan, berwarna bening, lentur, dan mudah terurai di lingkungan.

Alasan mahasiswa UNS ini menggunakan limbah eceng gondok karena rendahnya pemanfaatan limbah oleh masyarakat. Selain itu, sering dianggap sebagai gulma yang dapat merusak lingkungan perairan.

Perkembangbiakkan eceng gondok yang sangat cepat menimbulkan beberapa masalah pada lingkungan dan aktivitas sungai, misalnya mempercepat pendangkalan sungai atau saluran air alami, menurunkan produksi ikan, menurunkan siklus transfer oksigen dari ke habitat perairan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air sampai 3 hingga 7 kali lebih besar daripada penguapan air di perairan terbuka.

Padahal, eceng gondok mengandung selulosa dengan kadar yang tinggi, mencapai 50 persen. Selulosa dari tumbuhan eceng gondok inilah yang nantinya akan dimanfaatkan oleh tim peneliti UNS sebagai bahan campuran dalam bioplastik.

Hasil dari penelitian ini telah didaftarkan sebagai hak cipta dan paten. Lebih lanjut, hasilnya juga akan didiseminasikan dalam pertemuan ilmiah internasional 14thJoint Conference on Chemistry 2019 yang akan diselenggrakan September nanti di Solo, Jawa Tengah.

Melalui inovasi B-CAN ini, harapannya mampu menjadi inovasi dalam produksi bioplastik serta mengurangi permasalahan plastik dan limbah eceng gondok.

Referensi:

Fachry, A. R., Sari, T. I., Dipura, A. Y., & Najamudin, J., 2010. Mencari Suhu Optimal Proses Karbonisasi dan Pengaruh Campuran Batubara Terhadap Kualitas Briket Eceng Gondok. Jurnal Teknik Kimia, 17(2) : 55-67.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

RR
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini