Menikmati Sejuknya Hutan Pinus Limpakuwus

Menikmati Sejuknya Hutan Pinus Limpakuwus
info gambar utama
  • Hutan pinus Limpakuwus yang terletak di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jawa Tengah semakin menambah destinasi wisata alam di lereng Gunung Slamet bagian selatan
  • Hutan yang ditumbuhi pohon pinus berumur lebih dari 30 tahun itu menjadi daya tarik wisatawan, karena lingkungannya yang sejuk dan asri
  • Hutan yang dibuka menjadi wisata alam dan dibuka pada akhir 2018 lalu dikelola oleh Pokja Wisata Desa Limpakuwus
  • Ke depan, konsep pengelolaannya akan mengacu pada Perhutanan Sosial melalui Kulin KK

Lereng selatan Gunung Slamet yang berada di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menyimpan beragam keindahan alam. Mulai dari hutan, air terjun, sungai dan lainnya. Semuanya menyajikan sensasi tersendiri. Tetapi semuanya berujung pada daya tarik alamnya. Seperti hutan pinus Limpakuwus yang terletak di Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang yang berbatasan persis dengan Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden atau sekitar 15 km dari Kota Purwokerto.

Hutan pinus Limpakuwus yang berada di lereng selatan Gunung Slamet itu berada pada ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan ketinggian itu, maka kesejukan sudah terasa. Bahkan, kalau pagi dan sore menjelang senja, kabut juga turun menambah syahdu suasana. Meski di awal musim kemarau, tetapi masih ada hujan meski tidak terlalu deras. Kesejukan semakin terasakan.

Seorang pengunjung, Irfan (24) warga Purwokerto, mengatakan,walaupun rumahnya tidak terlalu jauh dari hutan pinus Limpakuwus, tetapi suasana sangat berbeda dengan Kota Purwokerto. “Kalau di kota kan sudah panas, tetapi begitu masuk ke hutan pinus Limpakuwus, suasana benar-benar berbeda. Apalagi perjalanan menuju hutan pinus Limpakuwus melewati kawasan yang sejuk di Baturraden,”jelas Iran yang ditemui Mongabay-Indonesia pada Selasa (4/6/2019).

Suasana sejuk kawasan hutan pinus Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, kompleks Wana Wisata Baturaden, Banyumas | Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia
info gambar

Perjalanan ke hutan Limpakuwus memang menyenangkan. Karena melewati jalanan kawasan Wana Wisata serta jalan depan Telaga Sunyi. Di kawasan Baturraden itu, jalanan naik turun dengan pemandangan pepohonan yang asri serta suhu yang sejuk. “Saya baru tahu, ternyata hutan pinus Limpakuwus bersebelahan persis dengan Telaga Sunyi Baturraden. Tetapi kalau hutan pinus sudah beda desa, karena masuk Limpakuwus, Sumbang,” katanya.

Pengunjung lainnya, Girang (23) menuturkan meski jalan menuju ke lokasi hutan pinus Limpakuwus cukup menanjak, tetapi kondisinya sudah halus. “Di sepanjang perjalanan, pepohonan menjulang tinggi. Bahkan, di sebelahnya ternyata ada tempat ladang rumput yang luas untuk berkeliarannya sapi-sapi. Sayang, waktu saya datang, tidak ada sapi yang berada di luar,” ujarnya.

Memang, sebelah persis hutan Limpakuwus merupakan padang rumput milik Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian (Kementan). “Kalau sapi-sapinya keluar, tentu ada pemandangan yang lebih asyik lagi. Itu bisa dilihat dari arah hutan pinus Limpakuwus,” jelasnya.

Meski demikian, mereka tetap menikmati suasana hutan pinus Limpakuwus. Karena begitu masuk kawasan setempat, hiruk pikuk kota benar-benar sirna, tergantikan dengan situasi yang sejuk dan asri. “Di sini kita bisa ‘selfie’, jalan-jalan bersama keluarga, menikmati alam. Benar-benar cocok untuk keluar dari ruwetnya dan panasnya kota,” tambah Alex (43) wisatawan asal Jakarta.

Baginya, berwisata ke hutan pinus Limpakuwus menjadikan dirinya kembali ‘fresh’. Tidak hanya soal suasana semata, tetapi juga menghirup udara segar di hutan.

Pengunjung melewati jembatan kayu saat berjalan-jalan di hutan pinus Limpakuwus | Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia
info gambar

Ketua Kelompok Kerja (Pokja) Wisata Hutan Pinus Limpakuwus, Eko Purnomo mengatakan para pemuda dan warga Desa Limpakuwus bekerja sama dengan Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur melakukan kerja sama untuk mengembangkan hutan pinus tersebut.

Pada lahan 10 hektare milik Perhutani, dikelola oleh Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Ardi Rahayu, Desa Limpakuwus. Pepohonan pinus yang ada di lokasi setempat sudah berusia lebih dari 30 tahun.

“Setelah melakukan kerja sama, kami mulai mengembangkan hutan pinus Limpakuwus dan infrastrukturnya. Ada pembuatan jalan, jembatan, dan fasilitas lainnya. Kemudian, pada 15 Desember 2018 lalu, hutan mulai dibuka. Dan ternyata, pengunjungnya cukup banyak, terutama kalau akhir pekan dan musim liburan,” katanya.

Eko mengatakan dalam beberapa bulan terakhir jumlah pengunjung terus mengalami peningkatan. Mereka kenal hutan pinus Limpakuwus dari berbagai informasi terutama media sosial. Sebab, kalau orang yang datang ke hutan setempat pasti akan berswafoto dan mengunggahnya di media sosial.

“Dalam satu bulan, pengunjung mencapai 6.000 hingga 8.000 orang. Bahkan pada saat akhir pekan, dalam sehari bisa mencapai 400-500 orang pengunjung,”ungkapnya.

Pengunjung berjalan santai di kawasan hutan wisata hutan pinus, Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, kompleks Wana Wisata Baturraden, Banyumas | Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia
info gambar

Untuk tiket masuk, kata Eko, masih cukup murah, hanya Rp10 ribu saja. Namun, kalau pengunjung akan mencoba fasilitas lainnya masih harus merogoh ongkos. Misalnya seva arena ATV, hammock atau jika ada acara seperti prewedding. Tetapi, tarifnya tidak terlalu mahal. Misalnya untuk sewa hamock hanya Rp5 ribu, sewa ATV Rp20 ribu dengan 4 kali putaran dan kalau untuk prewedding bayar Rp100 ribu.

Eko mengungkapkan dengan semakin banyaknya pengunjung, maka pihaknya akan terus berbenah supaya ada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sebab, selama ini masyarakat khususnya di Desa Limpakuwus umumnya hanya sebagai buruh tani dan pekerja sapi perah. “Dengan mengelola wisata hutan Limpakuwus, maka kami berharap akan semakin meningkatkan kesejahteraan warga. Apalagi, Limpakuwus merupakan salah satu desa yang cukup miskin di Banyumas,”ujarnya.

Wisatawan berjalan di jalanan tanah yang berundak di hutan pinus Limpakuwus, Kecamatan Sumbang, Banyumas, Jateng | Foto: L Darmawan/Mongabay Indonesia
info gambar

Dihubungi terpisah, Junior Manager Bisnis KPH Banyumas Timur Sugito mengatakan kerja sama antara Perhutani dengan LMDH Limpakuwus didasarkan pada Peraturan Pemerintah (PP) No.72/2010.

“Dengan PP tersebut, LMDH bersama Perhutani akan dapat melakukan kerja sama dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan hutan secara bersama. Namun demikian, dengan adanya konsep Perhutanan Sosial, maka muncul Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) No.83/2016. Ke depan, kami mendorong konsep Perhutanan Sosial melalui Pengakuan dan Perlindungan Kemitraan Kehutanan (Kulin KK),”kata Sugito.

Ia mengatakan pada prinsipnya, pihaknya terus mendorong peningkatan pendapatan masyarakat di sekitar hutan. Tentu saja, tanpa harus merusak hutan. Malah sebaliknya, dengan melestarikan hutan dapat mendatangkan keuntungan.


Catatan kaki: Ditulis oleh L Darmawan dan diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini