Indonesia Bawa Warna Baru dalam ASEAN COSTI Meeting 2019

Indonesia Bawa Warna Baru dalam ASEAN COSTI Meeting 2019
info gambar utama

Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) menggelar the 76th Meeting of the ASEAN Committee on Science, Technology and Innovation (COSTI -76) selama lima hari di Nusa Dua, Bali, terhitung sejak 24 – 28 Juni 2019. Dalam kegiatan yang dilakukan dua kali setahun ini, Indonesia dipercaya sebagai tuan rumah. Kesempatan ini dimanfaatkan secara total oleh Kemenristekdikti untuk membawa warna baru dalam kegiatan yang berfokus pada pengembangan riset-riset sains dan teknologi negara-negara ASEAN, yakni poin inovasi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa riset sains dan teknologi tidak bisa dilepaskan dari perkembangan zaman, sehingga inovasi menjadi salah satu poin penting untuk dibicarakan dalam ajang ini.

Sejak didirikan pada 1978, kegiatan ASEAN COSTI berupaya untuk meningkatkan kualitas riset di bidang d Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dari masing-masing negara. Karena itu, Kemenristekdikti kali ini membawa agenda besar untuk mendorong ASEAN memasukan Revolusi Industri 4.0 kedalam berbagai programnya.

"Pada komite ini, prioritasnya selain ke Revolusi Industri Keempat itu juga membicarakan keikutsertaan dari private companies ke dalam (program inovasi ASEAN) ini. Selama ini kesannya COSTI ini sains dan teknologi saja, tapi sentuhan dari triple helix of innovative program (kerja sama pemerintah, industri, dan akademisi) masih jauh. Mereka pada dasarnya saintis, tapi saintis itu bukan hanya menghasilkan paper, tapi juga harus berguna, bisa aplikasi juga," ungkap Kepala Biro Kerja Sama dan Komunikasi Publik Kemenristekdikti Nada D.S. Marsudi yang menjadi Kepala Delegasi Indonesia untuk ASEAN COSTI ke-76.

Dalam ASEAN COSTI, masing-masing negara menyumbang sebesar 1 juta dollar untuk mendukung riset-riset yang dilakukan. Kedepannya, dalam masing-masing subkomite akan ada bagian khusus yang bertugas untuk mendorong interaksi antar subkomite melalui implementasi teknologi yang mana tujuan utamanya adalah untuk menyiapkan ASEAN dalam menyongsong Revolusi Industri 4.0. "Indonesia akan menyarankan, perlu ada interaksi yang lebih erat antara subkomite masing-masing terutama dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Misalnya pada Subcommittee on Food Science and Technology dan Subcommittee on Marine Science and Technology. Sekarang sudah ada artificial intelligence untuk diaplikasikan dalam subkomite masing-masing," ungkap Nada.

Tidak hanya itu, pada bidang yang lebih spesifik, peran aktif delegasi Indonesia juga ditunjukan dalam beberapa pertemuan yang dilakukan, dimana Indonesia terlibat sebagai pemimpin dari pertemuan tersebut. Salah satu hasil dari pertemuan-pertemuan tersebut adalah kesepakatan tentang adanya pembaharuan dari format proposal penelitian yang lebih sesuai dengan perubahan zaman serta sistem pemeriksaan proposal penelitian yang lebih efisien.

Dalam kegiatan yang sementara berlangsung ini, delegasi yang hadir tidak hanya datang dari negara – negara anggota ASEAN saja, melainkan partner-partner lain yang berasal dari Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan Uni Eropa.

*GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini