Armi Susandi Ciptakan FEWEAS Agar Banjir Tak Meluas

Armi Susandi Ciptakan FEWEAS Agar Banjir Tak Meluas
info gambar utama

Indonesia hanya memiliki dua musim, yakni panas dan hujan. Sayangnya diantara berkah yang dibawa hujan terkadang terdapat musibah. Ya, banjir, mengantui di setiap rintik yang turun. Sebagian orang mungkin sudah terbiasa, namun tetap saja kerugian yang ditimbulkan tidak biasa.

Berbagai upaya dari pemerintah maupun masyarakat telah dilakukan, mulai dari pengerukan sampah yang ada di sungai, hingga lokalisasi penduduk yang berada di bantaran sungai. Namun nampaknya belum membawa perubahan yang signifikan, upaya mitigasi perlu diterapkan.

Armi Susandi, laki-laki kelahiran Padang, 04 September 1969. Pernah menginjakkan kaki di Amerika pada 2002 silam, membuatnya terinspirasi untuk menciptakan suatu teknologi peringatan dini bencana yang berguna bagi bangsa.

Dr. Armi Susandi meraih gelar doktornya dalam bidang perubahan iklim dari Max Planck Institute for Meteorology, Jerman. Rasa penasaran laki-laki yang akrab disapa Armi akan prediksi kebencanaan khususnya hidrometeorologi yang nantinya dapat diinformasikan kepada masyarakat secara cepat dan mudah, dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

Idenya menjadi modal awal terciptanya sebuah teknologi mutakhir. Rasa penasarannya kemudian terfasilitasi. Pada tahun 2002 ia berkesempatan menjejakkan kaki di Colorado, Amerika Serikat tepatnya di National Center for Atmospheric Research (NCAR).

Di sana sedang membuat sistem informasi tentang potensi Malaria, mengambil lokasi suatu negara di Afrika dengan basis kecamatan. Data yang digunakan adalah data satelit. Mengetahui bahwa teknologi tersebut sangat bagus, sehingga ia coba terapkan di Indonesia dengan peruntukan yang berbeda, yakni prediksi dan potensi bencana.

FEWEAS resmi dirilis | Foto: itb.ac.id
info gambar

Sadar bahwa negerinya sering diusik bencana, ia merasa bahwa Indonesia hanya ada early warning atau peringatan dininya saja, tanpa ada early action atau tindakan awal (pencegahan). Prediksi dibutuhkan untuk menentukan tindakan awal yang tepat. Tercipatalah FEWEAS (Flood Early Warning and Early Action System).

Proses penciptaannya dimulai dari pembuatan model iklim jangka panjang yang selanjutnya diterapkan ke banyak tempat di Indonesia sehingga tahu kapan bencana itu akan terjadi berdasarkan curah hujan yang terjadi, selanjutnya terciptalah model cuaca jangka pendek.

Semua teknologi tersebut menghasilkan prediksi dengan interval waktu hitungan jam saja. Prediksinya mudah diakses melalui aplikasi yang dapat diunduh di telepon genggam atau dengan membuka websitenya.

Tampilan Aplikasi FEWEAS | Foto: dokumen pribadi
info gambar

Armi berharap dengan adanya teknologi yang sudah diciptakan, kebencanaan bisa lebih ditekan karena masyarakat memiliki hak untuk berkurang kebencanaannya dan pemerintah memiliki kewajiban untuk mewujudkannya dengan teknologi.

Tanpa teknologi ‘nothing’ dengan teknologi bisa lebih mudah. “Seharusnya pemerintah zaman now sadar akan hal tersebut. Membangun infrastruktur supaya bencana bisa berkurang, sama seperti investasi. Kalau belum menggunakan prediksi akan terus mengeluarkan ongkos,” pungkasnya.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NC
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini