Bulk Store: Konsep Toko Baru atau Sama dengan Pasar Tradisional?

Bulk Store: Konsep Toko Baru atau Sama dengan Pasar Tradisional?
info gambar utama

Dunia sempat gempar dengan prediksi bahwa sampah plastik akan lebih banyak dari jumlah ikan di laut pada tahun 2050.

Pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman pun turut berkoordinasi untuk mengalokasikan dana sebesar Rp 13 triliun per tahun untuk menurunkan 70 persen sampah laut.

Masyarakat seluruh dunia pun juga turut andil dalam mengurangi konsumsi sampah plastik dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali Indonesia.

Banyak inovasi dan kampanye gerakan yang dilakukan, mulai dari menggunakan sedotan bambu dan stainless steel, membawa kantong belanja sendiri, hingga mengaplikasikan gaya hidup nol sampah atau biasa disebut zero waste.

Salah satu kampanye mengurangi sedotan plastik untuk menyelamatkan penyu | Sumber: Vsco
info gambar

Gaya hidup zero waste ini diartikan tidak menghasilkan sampah plastik, satu pun, sehingga barang yang menggunakan plastik sebagai kemasannya juga berusaha dihindari oleh konsep nol sampah.

Kondisi ini kemudian memunculkan ide membuat bulk store. Konsep toko ini berbentuk seperti toko grosir yang menjual barang dalam jumlah dan ukuran besar, namun tidak dijual dalam kemasan plastik.

Justru para pembeli yang ingin membeli di bulk store harus membawa wadah dan kantong belanja sendiri. Harga dari barang yang dibeli dihitung berdasarkan jumlah dan beratnya dalam satuan gram atau kilogram.

Jika pembeli tidak membawa wadah sendiri, maka bisa meminjam dari toko tersebut. Cukup dengan membayar deposit, yang kemudian bisa diambil di transaksi selanjutnya atau membeli wadah yang dapat dipakai ulang yang tersedia di toko tersebut.

Seperti toko grosir pada umumnya, bulk store menjual berbagai kebutuhan dasar, seperti sayur, buah, hingga telur. Toko yang juga disebut zero waste shop ini pun mulai bermunculan di Indonesia dan mendapat sambutan positif dari masyarakat Tanah Air.

Salah satu bulk store di Serpong | Sumber: Food in Rupiah
info gambar

Namun ketika saya pertama kali mendengar bulk store dan melihat salah satu toko ini secara langsung di Surabaya, saya bertanya-tanya, bukankah ini sama saja seperti pasar tradisional? Namun dengan tempat yang lebih bagus dengan harga yang relatif lebih mahal?

Mari kita lihat kembali sistem pasar tradisional di Indonesia. Menjual berbagai macam buah segar, sayur, bumbu dapur, hingga sesuatu yang jarang dibutuhkan seperti contohnya bunga dan arang.

Kemudian penjual di pasar tradisional juga tidak mengemas barang-barangnya dalam plastik. Mereka pun juga tidak melarang jika kita membawa kantong belanja sendiri dari rumah.

Setelah saya membandingkan bulk store dan pasar tradisional dengan baik, barulah saya menyadari bahwa ada perbedaan keunggulan dari masing-masing penyedia kebutuhan ini.

Bulk store memang menjual banyak bahan-bahan yang sama dengan yang dijual di pasar tradisional, namun juga ada beberapa benda buatan rumah atau homemade.

Mulai dari sampo, sabun, hingga body lotion yang dijual di bulk store ini bukan buatan pabrik, sehingga tidak dijual dalam bentuk kemasan plastik. Hal ini juga dinilai lebih ramah lingkungan, karena dibuat dengan bahan-bahan alami.

Salah satu contoh sampo buatan rumah yang dijual di bulk store | Sumber: Green Queen
info gambar

Seperti pada umumnya, pembeli membawa wadah sendiri, dan harga akan dihitung dengan satuan mililiter (ml). Bahkan terdapat bulk store di Surabaya ada yang berinisiatif untuk membuat deodoran homemade, yang jelas tidak tersedia di pasar tradisional.

View this post on Instagram

[DIY ALL NATURAL DEODORANT] ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Sudah tahu kan, kalau deodoran di pasaran mengandung banyak sekali bahan kimia yang berbahaya untuk tubuh? Kebanyakan mengandung paraben, aluminium, triclosan, dan pewangi sintetis. Bayangkan kalau kita menggunakan bahan kimia ini setiap hari! ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Bikin sendiri yuk deodoranmu. Bahannya sederhana dan cara membuatnya juga gampang kok. Berikut ini resep deodoran yang bisa kamu praktekkan sendiri di rumah. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Bahan: 2 sendok makan cacao butter (melembapkan kulit) 2 sendok makan EVCO (antibakteri alami dan melembapkan) 1 sendok makan baking soda (menetralkan PH dan bau badan) 2 sendok makan tepung pati garut/arrowroot (menyerap keringat) 10 tetes tea tree/lavender/rosemary oil (antibakteri) ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Petunjuk: - Lelehkan cacao butter dan EVCO dalam panci - Masukkan baking soda, tepung pati garut, dan oil - Aduk sampai rata sampai adonan konsisten - Pindahkan ke dalam wadah ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Nah, resep di atas adalah untuk deodoran (tidak menyetop keringat, hanya menetralkan bau badan). Untuk yang kulitnya sensitif terhadap baking soda, dosisnya bisa dikurangi atau dihilangkan. ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Ohya, cacao butter, EVCO, baking soda, dan arrowroot, tersedia di toko dan bisa dibeli dalam jumlah berapapun yang kamu butuhkan. Cocok untuk yang masih pengen coba-coba kan? Yuk coba, dan jangan lupa sharing ya! ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ Credit photo: bodyunburdened.com ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ #diy #deodoranalami #zerowastestore #zerowastedeodorant

A post shared by Alang Alang Zero Waste Store (@alangalang_zerowaste) on

Menurut saya, bulk store dan pasar tradisional tidak bisa dibandingkan, karena memiliki keunggulan dan peminatnya masing-masing. Justru menurut saya kedua "toko" ini saling melengkapi kebutuhan masyarakat yang ingin mencoba menjalani hidup zero waste.

Hal terpenting dari konsep hidup zero waste ini adalah komitmen dari masyarakat untuk berpartisipasi mengurangi sampah plastik yang mulai menyesakkan laut kita.

Menurut kamu?


Catatan kaki: Waste4Change | Greenpeace

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NG
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini