Di Idulfitri Namanya Mudik, di Iduladha Namanya Toron

Di Idulfitri Namanya Mudik, di Iduladha Namanya Toron
info gambar utama

Tradisi mudik pada umumnya akan dilakukan ketika Idulfitri, dan menjadi momentum yang ditunggu-tunggu. Ciri khasnya macet dengan segala kendaraan dan muatannya. Tujuan dari mudik adalah untuk berkumpul bersama sanak keluarga dan menjalin silaturahmi. Berkunjung ke makam leluhur dan berdoa.

Namun berbeda dengan di Pulau Madura. Walaupun di Idulfitri tetap ramai, tapi tradisi pulang kampung pada Iduladha menjadi hal yang unik. Sebagian orang mungkin akan pulang kampung juga ketika Iduladha tapi tidak sebanyak saat Idulfitri.

Di Madura tradisi pulang kampung tersebut dinamakan tradisi toron atau turun ke bawah yang artinya adalah pulang kampung. Ternyata toron juga dilakukan pada tiga hari penting, yakni Idulfitri, Iduladha, dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Toron pada dasarnya memang bisa dilakukan kapan saja. Liburan panjang misalnya ada kesempatan untuk menengok sanak saudara.

Namun selain itu masyarakat Madura juga melakukan toron ketika ada sanak saudara yang meninggal, acara pernikahan hingga keberangkatan haji. Acara-acara keagamaan seperti hari raya dan Maulid Nabi menjadi momen yang sangat dihormati, sehingga selalu menyempatkan diri untuk toron.

Bagi masyarakat Madura, dengan melakukan toron dapat membangun kembali solidaritas yang mengarah kepada jalinan silaturahmi antar-kerabat dan orang-orang Madura. Keakraban dan keutuhan antar warga pun saling terjalin dan semakin mesra.

Bekal maupun oleh-oleh menjadi hal yang seolah wajib untuk dibawa sebagai wujud keterikatan warganya dan walaupun sedang merantau, tapi tidak melupakan tanah kelahirannya.

Toron dilakukan oleh masyarakat Madura yang sedang merantau atau bermigrasi ke daerah lain. Migrasi orang Madura disebut dengan “onggah” atau munggah yang dalam bahasa Indonesia artinya naik.

Namun ketika warga Madura sudah kembali ke tanah kelahiran istilah onggah sudah tidak digunakan dan menggunakan isitlah alajar atau berlayar.

Alajar naik perahu | Sumber: kabarrakyat.id
info gambar

Onggah bisa menaikkan taraf perekonomian orang Madura merajut kesuksesan di daerah lain. Hal tersebut juga memperlihatkan keluetan dan semangat kerja keras orang Madura.

Adanya toron juga sebagai realisasi rasa rindu terhadap sanak saudara dan dilakukan ketika hari raya atau tellasan aghung moso ajjih. Tellesan bagi masyarakat Madura sangatlah sakral setelah setahun bekerja di luar Madura akan memanfaatkannya untuk minta sapora atau minta maaf serta nyalase atau ziarah ke makam.

Saat Maulid Nabi biasanya masyarakat Madura juga melaksanakan peringatan secara individu tetapi memang tidak bersamaan, karena bergantung dengan aktivitas warga Madura di perantauan.

Terkadang warga juga menitipkan sumbangan ke masjid atau mengadakan peringatan Maulid Nabi di perantauan dengan mengundang kyai jika memang tidak bisa toron. Pelaksaan Maulid Nabi secara individu disebut dengan pathobin.

Tradisi toron dilakukan orang Madura untuk menjaga kelestarian budaya atau kearifan lokal yang sudah turun-temurun. Bagi masyarakat Madura, kearifan lokal menjadi media dalam menyusun kebutuhan rohaniyah bagi keberlangsungan hidup masyarakat Madura. Agama juga menjadi salah satu faktor tradisi tetap berjalan.

Kearifan lokal diekspresikan sebagai bentuk Andhap asor tolak ukur menanamkan etika dan estetika. Raddin attehna, bagus tangka gulina yakni cantik hati dan tingkah lakunya, bila cempa, palotan, bila kanca, taretan yangberate bila beras (kualitas) yaitu ketan, bila teman adalah saudara.

Mon ba’na etabi’ sake’ ja’ nabi’an oreng yakni kalau kamu dicubit sakit, jangan nyubit orang lain kehidupan yang harmoni menjadi penekanan untuk kehidupan yang diharapkan. Rampa’ naong beringin Korong, ghu’tegghu’ sabbhu’ atau song-osong lombung yang berarti solidarits sosial antar warga.

Ternyata tradisi toron di Madura tidak hanya dijalankan ketika hari besar Iduladha saja, tetapi tradisi pulang kampung tersebut dilaksanakan seperti ketika Maulid Nabi dan Idulfitri. Silaturahmi dan menjalin kembali tali saudara serta mengingat tanah kelahiran menjadi tujuan tradisi tersebut.

Catatan Kaki: brilio.net | lontarmadura.com | ejournal.uin-malang.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KM
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini