Lepas dari Gawai, Bank Indonesia Kenalkan Literasi Pada Anak

Lepas dari Gawai, Bank Indonesia Kenalkan Literasi Pada Anak
info gambar utama

Teknologi, saat ini sudah menjamur dan mudah didapatkan dari dewasa bahkan anak-anak ikut menjadi pemakai aktif. Menurut penelitian di Amerika Serikat dan Kanada, penggunaan gawai pada anak memiliki jangka waktu sesuai umur mereka. Untuk anak berusia 0-2 tahun tidak diperkenankan meyentuh ponsel apapun, karena di masa-masa itu, otak anak masih dalam perkembangan yang sangat cepat.

Kemudian untuk anak yang berusia 3-5 tahun, mulai dibatasi penggunaannya satu jam dalam satu hari, dan dua jam per hari untuk anak yang berusia 6 hingga 18 tahun. Namun, berbalik fakta dengan penggunaan anak-anak saat ini yang ternyata 4-5 kali lebih banyak dari jumlah yang dianjurkan.

Para orang tua saat ini mempunyai peran penting dalam perkembangan anak-anak mereka, dari lingkungan keluarga, lingkungan teman, hingga lingkungan sekolahnya. Cris Rowan, merupakan peneliti asal Amerika Serikat mengatakan perlu adanya larangan penggunaan ponsel, tablet, atau perangkat game pada usia di bawah 12 tahun.

Saat ini 75 persen dari anak-anak usia dini mengalami kesusahan tidur yang berdampak pada aktivitas belajar mereka. Anak-anak mampu mengoperasikan gawai mereka hingga larut malam, lewat dari batas jadwal tidur mereka.

Ini disebabkan kecanduan anak yang merasa nyaman dengan gawainya. Akibatnya, berdampak pada berkurangnya interaksi anak pada orang tua dan lingkungan.

Sumber: IFLScience
info gambar

Fenomena tersebut memang cukup memprihatinkan, sementara fenomena gawai saat ini tidak bisa dihentikan. Namun, para orang tua bisa lho untuk mulai mengajarkan pada anak untuk mengurangi penggunaan internet secara berkala.

Mulai dari hal kecil seperti mengenalkan buku pada mereka. Membiasakan membaca buku pada anak, bahkan sebelum mereka sekolah, membuat mereka terbiasa dengan penggunaan buku daripada gawai.

Peran orang tua mengenalkan buku pada anak bisa dari membacakan dongeng pada mereka sebelum tidur. Dongeng ini sendiri berisi sastra lama yang menceritakan suatu fenomena yang penuh khayalan, namun dikemas dengan mudah untuk anak-anak. Penggunaan dongeng ini mulai dilupakan karena penggunaan ponsel yang mempermudah hanya dalam satu genggaman.

Pemerintah saat ini mulai menggalakan program literasi pada anak, guna menumbuhkan rasa ingin tahu mereka dan memperkenalkan buku yang dikemas secara menyenangkan.

Di Surabaya, Perpustakaan Bank Indonesia yang terletak di Jalan Taman Sumoyo ini punya program unik yang dinamakan ‘Pojok Dongeng dan Dolanan’. Program yang baru didirikan bulan Maret 2019 ini sukses membuat anak-anak takjub dan mampu mengedukasi anak-anak untuk kembali pada buku bacaan.

Sumber: Mega Savithri
info gambar

Perpustakaan Bank Indonesia ini awalnya mengundang anak-anak sekolah dasar di sekitar wilayah tersebut. Namun saat ini, program dongeng dari Bank Indonesia sudah dijadikan tempat Sekolah Dasar lainnya untuk program belajar diluar sekolah atau study tour.

Program ini memperkenalkan bagaimana cara memperlakukan uang sebagaimana mestinya. Kegiatan ini juga memperkenalkan cara mengenali keaslian dari uang rupiah, hingga sejarah terbentuknya rupiah sebagai mata uang Indonesia.

Anak-anak secara tidak langsung ikut serta dalam perekonomian di Indonesia yang dikemas secara menarik dari proses pembuatan uang hingga pengedarannya, lengkap dengan boneka puppet menambah keseruan program ini. Program dongeng ini diadakan 2 kali dalam satu bulan, yakni hari sabtu di minggu ke-2 dan ke-4 di perpustakaan Bank Indonesia.

Program ini membuat tingkat literasi anak-anak akan meningkat dan mempunyai dampak baik bagi orang tua untuk turut serta memberi dukungan buku terhadap anak-anak.


Catatan kaki: fimela.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini