Air Limbahpun Dimanfaatkannya Sebagai Penghasil Energi Listrik

Air Limbahpun Dimanfaatkannya Sebagai Penghasil Energi Listrik
info gambar utama
  • Air limbah potongan hewan bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik.
  • Slaughtering House Waste Water [SHOWER] adalah alat penghasil listrik yang bersumber dari air limbah rumah potong hewan. Sistem yang digunakan berupa MFC [Microbial Fuel Cell] yaitu listrik dihasilkan dengan memanfaatkan bakteri dalam air limbah tersebut.
  • Berdasarkan riset, sebagian besar rumah potong hewan di Indonesia memiliki total mikrobia cukup tinggi, hingga 36.105. Jumlah ini lebih dari cukup untuk menghasilkan listrik.
  • Pemanfaatkan limbah bayam, kulit pisang, dan kulit jeruk dengan untuk menghasilkan listrik juga dilakukan. Kulit pisang paling potensial, karena tegangan dan arusnya lebih stabil.

Hendra Surawijaya sumringah. Penelitiannya bersama Elfahra Casanza dan Rizhaf Setyo Hartono, membuahkan hasil.

Slaughtering House Waste Water [SHOWER] atau alat penghasil listrik bersumber dari air limbah rumah potong hewan [RPH] benar-benar bekerja. Bukan sulap. Empat bulan, waktu yang dihabiskan tiga mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang, untuk menciptakan teknologi tersebut.

Lebih membanggakan, mereka meraih perunggu pada ajang International Bujang Valley Competition 2019 di Universiti Teknologi Mara [UiTM], Kedah, Malaysia, 13 Juni 2019. Tentu saja, berkat penemuan brilian ini.

Limbah RPH tidak hanya mengandung feses hewan, namun juga rumen, darah, maupun lemak. “Apabila tidak diolah, tingkat pencemarannya yang mencapai 105 CFU/mL, akan mengotori sungai. Dampaknya, penyakit diare datang, jika tanpa sengaja kita konsumsi,” ujarnya, Kamis [18/7/2019].

Sungai Citarum yang dicemari limbah industri dan sampah rumah tangga | Foto: Donny Iqbal/Mongabay Indonesia
info gambar

Bagaimana alat ini bekerja? Hendra dan kolega menerapkan sistem MFC [Microbial Fuel Cell]. Metode yang menghasilkan listrik dengan memanfaatkan bakteri di air limbah potongan kambing dan sapi.

“Berdasarkan riset, sebagian besar RPH di Indonesia memiliki total mikrobia cukup tinggi. Kisarannya hingga 36.105. Jumlah ini lebih dari cukup untuk menghasilkan listrik,” tuturnya.

SHOWER menggunakan konsep Agar Salt Bridge. Limbah dan air garam dihubungkan sebagai elektrolit. Mekanisme kerjanya mudah. Limbah cair saringan terakhir, ditampung dan dicampur Effective Microorganism-4 [EM4]. Tujuannya, menghilangkan bau tidak sedap. Setelah itu, campuran dimasukkan wadah, ditambahkan manitol salt agar serta garam elektrolit.

“Bakteri akan berinteraksi, kemudian menghasilkan elektron dan proton pada anoda. Elektron ditransfer melalui sirkuit eksternal, sedangkan proton dipindahkan ke selaput pemisah manitol salt agar menuju katoda. Beda potensial elektron dan proton ini menghasilkan arus listirk,” jelasnya.

Hendra menuturkan, listrik dari satu sel akan terpancar 120 miliamper, tegangan 0,8 volt. Limbah RPH yang mencapai 123 m3, dapat dijadikan 55.000 sel. Sama dengan 340 mega watt.

“Atau, setara daya 103 ribu rumah.”

 Popok bayi yang mencemari Sungai Brantas, Jawa Timur | Foto: Petrus Riski/Mongabay Indonesia
info gambar

Penelitian

Bagaimana tim terbentuk? Hendra menuturkan, pemilihan berdasarkan ketertarikan dan keahlian. Setiap anggota harus bisa berkarya, juga memasang rangkaian listrik. Maret 2019 tim bekerja.

Prosesnya bukan tanpa hambatan. Tim harus melakukan perubahan desain prototype tiga kali. Kendalanya pada pembuatan agar. “Penemuan ini diharapkan bisa menjadi energi alternatif ramah lingkungan, efisien, murah, dan mudah digunakan. Sebab, dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan menjawab tantangan zero waste,” tuturnya.

Meski masih memiliki kekurangan dan kajian lebih lanjut, Hendra optimis, alat ini berprospek cerah, terutama mengatasi persoalan listrik. “Atau bahkan ketahanan energi Indonesia di masa mendatang,” tutur laki-laki asal Kalimantan.

SHOWER, penghasil listrik yang bersumber dari air limbah rumah potong hewan | Foto: Hendra Surawijaya
info gambar

Ani Setianingrum, pembimbing tim yang merupakan Dosen Kesehatan Masyarakat Veteriner menyatakan, limbah merupakan masalah yang terus ada. Pemanfaatan tepat, diharapkan dapat mengurangi ancaman lingkungan dan penyakit. Terutama, pada manusia.

“Penyakit datang karena tingginya bakteri. Inovasi memanfaatkan bakteri, di lingkungan sekitar sebagai sumber energi, merupakan langkah positif mengurangi problem yang ada,” ungkapnya, Senin [22/7/2019].

Menurut Ani, penelitian ini harus dikembangkan. Mulai dari prototype, analisa bakteri asal limbah RPH, hingga penyempurnaan produk. “Agar menghasilkan listrik yang benar-benar diandalkan,” paparnya.

 Sistem yang digunakan alat ini berupa MFC [Microbial Fuel Cell] yaitu listrik dihasilkan dengan memanfaatkan bakteri dalam air limbah | Foto: Hendra Surawijaya
info gambar

Pada 2018, penelitian listrik telah dilakukan tiga mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian [FTP], Universitas Brawijaya: Elviliana, Chrisma Virginia, dan Oddy South Lolo Toding. Mereka memanfaatkan limbah bayam, kulit pisang, dan kulit jeruk dengan teknologi MFC.

Berdasarkan riset tersebut, kulit pisang paling berpotensi. Tegangan dan arusnya lebih stabil, tidak ada penurunan berarti. Proses menghasilkan listrik praktis dan efisien, karena memanfaatkan mikroba yang ada.

“Sayuran dan buahan sisa dianggap tidak berguna, padahal jika diteliti memiliki kegunaan. Sampah, jika diolah jadi barang berkelas,” jelas Elviliana, dikutip dari Surya Malang.

Sementara, riset membasmi limbah sungai dengan ampas tebu dilakukan Indah Feliana, Joshia Christa, dan Philio Valerino, pertengahan 2018. Mereka yang juga masasiswa Brawijaya, bereksperimen membuat adsorben dari ampas tebu, untuk mengurangi kadar logam berat dan limbah di sungai. Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap zat mengalir.

Indah, dikutip dari KBRmengatakan, setiap tahun di Indonesia, ada 10,2 ton ampas tebu yang dihasilkan. “Riset ini berguna untuk pengolahan limbah,” paparnya.

Rizhaf Setyo, Elfahra Casanza, dan Hendra Surawijaya akan terus menyempurnakan SHOWER | Foto: Hendra Surawijaya
info gambar

Bermanfaat

Manajer Perusahaan Daerah Rumah Potong Hewan Malang, Jawa Timur, Arif Adi Rendra, menyambut gembira inovasi ini. “Sesuatu yang tidak berguna dan seharusnya dibuang, diubah jadi listrik. Berdampak baik pada masyarakat dan lingkungan,” ujarnya, Jumat [19/7/2019].

Arif menuturkan, pihaknya terus memperhatikan pengolahan air limbah potongan hewan. Sejauh ini, diolah menjadi pupuk dan biogas. Namun, sebatas memanfaatkan isi rumen.

“Kami ingin mengaplikasikan, paling tidak di RPH atau lingkungan sekitar,” tuturnya.

Outlook Energi Indonesia 2016 Dewan Energi Nasional, menunjukkan, tahun 2050 kebutuhan energi Indonesia pada batubara mencapai 86 juta TOE, gas 96 juta TOE, dan minyak 260 juta TOE. Sementara energi baru terbarukan [EBT] mencapai 48 juta TOE, dan listrik sebesar 196 juta TOE.

Berdasarkan PP No. 79 Tahun 2014, Indonesia menargetkan pemanfaatan EBT sebesar 23 persen di 2025, dan 31 persen pada 2050.

*Calista Amalia Wiradara, Mahasiswa Universitas Brawijaya, Malang [Studi Media dan Komunikasi, FISIP]. Magang di Mongabay Indonesia, Juli – September 2019


Catatan kaki: Ditulis oleh Calista Amalia dan diposting ulang dari Mongabay Indonesia atas kerjasama dengan GNFI

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini