Air Tahu dan Air Tajin Ternyata Bisa Jadi Kain

Air Tahu dan Air Tajin Ternyata Bisa Jadi Kain
info gambar utama

Apakah Kawan GNFI pernah mengira bahwa air limbah bekas memproduksi tahu bisa menjadi kain yang kemudian bisa diolah untuk membuat baju atau sepatu? XXLab menjawab pertanyaan tersebut melalui inovasinya.

Irene Agrivina, Asa Rahmana, Atika Rizkiana, Eka Jayani, dan Ratna Djuwita adalah para sosok di balik inovasi cemerlang XXLab. Mereka mampu mengolah cairan ampas tahu menjadi nata de soya, lalu kemudian diolah menjadi kain untuk membuat pakaian, sepatu, dan sebagainya. Inovasi tersebut berhasil menang dalam ARS Electronica 2015.

XXLab | Foto: jogja.tribunnews.com
info gambar

Berawal dari keingintahuan untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan (sains), kelima wanita asal Yogyakarta ini yakin bahwa tidak ada jarak antara sains dengan manusia. Proses pembuatan nata de soya melibatkan ibu-ibu sekitar pabrik tahu.

Oleh karena itu XXLab menampung limbah bekas produksi tahu di Srandakan, Bantul. Proses mengolah air limbah tahu menjadi nata de soya membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni 10 hari.

Setelah proses tersebut selesai, XXLab akan mengambil untuk merubahnya menjadi kain di laboratorium mereka di Jalan Taman Siswa. XXLab menjual nata de soya kepada masyarakat Srandakan dengan harga murah. Selain untuk membuat kain, nata de soya dapat dikembangkan menjadi bio fuel dan bahan-bahan arsitektur.

Hasil inovasi XXLab | Foto: rappler.com
info gambar

Menggunakan nata de soya tentu ramah lingkungan. Residu yang dihasilkan dari proses produksi nata de soya dapat digunakan sebagai pupuk organik. Irisan kain yang tersisa dapat menyuburkan tanaman. Mereka berencana tahun depan XXLab bisa memasarkan produk kain nata de soya. Saat ini produk buatannya masih dalam proses penyempurnaan.

Tak hanya kain dari limbah ampas tahu, ternyata air tajin atau air cucian beras juga bisa diolah menjadi kain sebagai bahan pakaian dalam yang aman untuk wanita. Diciptakan dari tangan seorang desainer yang juga merupakan anggota dari XXLab, Irene Agrivia Wisyaningrum. Kekhawatirannya pada sampah yang tak terdaur ulang hasil produksi pakaian dalam membuat ia tergerak untuk menciptakan inovasi yang membawa dampak positif.

Irene Agrivia Wisyaningrum | Foto: Dina Fitrianisa/Berita Satu
info gambar

Mengutip dari Beritasatu.com, “Ketika kita melihat kehidupan seorang perempuan, selain dapur, maka sandangnya adalah salah satu hal yang paling penting. Terlebih pakaian dalam yang sifatnya sangat intim dan privasi. Saya berusaha membuat ide pakaian dalam perempuan yang ramah lingkungan, sebuah sistem loop (berputar) dan sirkular,” terang Irene, di Galeri Nasional, Selasa (26/2).

Air cucian beras | Foto: honestdocs.id
info gambar

Penggunaan air bekas mencuci beras berdasarkan riset yang di dalaminya untuk menggunakan limbah dapur. Menurutnya beras dan nasi adalah dua hal yang dekat dengan kehidupan. Pengolahannya cukup sederhana, air tajin diubah menjadi selulosa dengan menambahkan sejumlah bakteri seperti acetobacter xylinum, serta bunga bakteri.

Inovasi yang dinamakan tajin masih dalam tahap wacana bersama para desainer lokal. Harapannya agar dapat disulap menjadi produk pakaian dalam lokal khas Indonesia. Irene membuka penelitiannya untuk publik agar para perempuan terdorong untuk melakukan hal serupa.

Jadi, apakah Kawan GNFI tertarik ciptakan inovasi untuk menjaga lingkungan?

Sumber: republika.co.id | beritasatu.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

NC
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini