Mengenal PLTU Paiton, Pembangkit Listrik Terbesar di Asia Tenggara

Mengenal PLTU Paiton, Pembangkit Listrik Terbesar di Asia Tenggara
info gambar utama

Pada pertengahan abad 19, pabrik ketenagaan listrik mulai digencarkan di Indonesia oleh Belanda untuk keperluan sendiri. Tak hanya berpusat pada pabrik ketenagaan listrik, namun pabrik gula dan teh juga didirikan punya pembangkit tenaga listrik sendiri.

Sekitar tahun 1942, Jepang mengambil alih pengelolaan pabrik–pabrik milik Belanda, sesaat Belanda menyerah terhadap Jepang kala itu. Hal itu dimanfaatkan para pemuda dan buruh listrik berani menghadap Presiden Soekarno guna menyerahkan semua perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui delegasi Buruh/pegawai Listrik dan Gas yang dipimpin KNI Pusat.

Sejak 27 Oktober 1945, presiden pertama Indonesia membentuk Jawatan Listrik dan Gas yang bekerja di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

16 tahun kemudian, Jawatan Listrik dan Gas ini diubah namanya menjadi BPU-PLN (Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang sama-sama bergerak di bidang kelistrikan, gas, dan kokas, namun 4 tahun kemudian BPU-PLN harus dipisahkan, tepatnya 1 Januari 1965 menjadi Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas.

Perusahaan Listrik Negara (PLN) diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 17 tahun 1972 yang ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) yang memberi pelayanan di bidang kelistrikan untuk kebutuhan umum.

PLTU Paiton di malam hari | Foto: Andromeda.id
info gambar

Sejak saat itu pemerintah memberi penawaran terhadap sektor swasta untuk yang bergerak di bidang bisnis penyediaan listrik beralih ke Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) an menjadi PKUK dalam penyediaan listrik untuk kebutuhan umum sampai sekarang.

Namun, bagaimana jika pembangkit listrik Indonesia mempunyai pembangkit terbesar di Asia Tenggara? Ya, PLTU Paiton. Alasan PLTU menjadiyang terbesar di Asia Tenggara karena kapasitas PLTU pada tahun 2015 mencapai 21 ribu gigawatt (GW) atau setara dengan 40% dari julam kapasitas mesin penghasil listrik yang terpasang sebesar 52,9 GW.

PLTU Paiton, merupakan pembangkit listrik tenaga uap yang berdiri di Desa Binor, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pembangkit listrik ini dikelola oleh PT. Pembangkit Jawa Bali (PJB), PT Paiton Energym dan PT Java Power ini memiliki total kapasitas energi sebesar 4,600 megawatt (MW). Hal itu yang membuat Paiton menjadi pembangkit tenaga listrik terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara.

Energi yang dihasilkan pembangkit ini mampu menyuplai listrik di area Jawa dan Bali. Sejak 26 tahun lalu, PLTU Paiton dikenal sebagai objek penting nasional, ia mampu menghasilkan ribuan lampu saat malam hari yang membuatnya indah dan menyala-nyala di lereng perbukitan.

Pantai di Paiton | Foto: jatimnet.com
info gambar

Pembangkit listrik Paiton ini dikelilingi oleh kawat-kawat tinggi yang berduri lengkap dengan gundukan batu bara yang terlihat di samping bangunan. Batu bara tersebut akan dimanfaatkan sebagai bahan bakar penggerak turbin yang nantinya mengasilkan energi listrik.

Pasti kita bertanya-tanya, bagaimana dampak lingkungan yang dihasilkan dari PLTU ini terhadap lingkungan sekitar? Pada tahun 2017 lalu, PLTU Paiton berhasil memperoleh penghargaan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berupa Proper Emas.

Proper Emas ini sendiri merupakan penghargaan paling bergengsi. PLTU Paiton melakukan condenser cleaning atau menjaga limbah uap agar tidak mengotori udara di sekitar bangunan. PLTU ini sengaja menjaga pohon mangrove agar tetap tumbuh subur di sepanjang pesisir pantai.

Selain PLTU Paiton, ada 4 jajaran PLTU yang masuk dalam kategori besar di Indonesia seperti PLTU Suralaya (Banten), PLTU Cirebon (Jawa Barat), PLTU Batang (Jawa Tengah), PLTGU Karawang (Jawa Barat).

Catatan kaki: 99.co | pln.co.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini