Lomba Makan Kerupuk Terbesar dari Garda Depan Ekonomi Indonesia!

Lomba Makan Kerupuk Terbesar dari Garda Depan Ekonomi Indonesia!
info gambar utama

Sejatinya, toko kelontong di Indonesia bukan menjadi hal yang baru lagi. Toko kelontong yang biasa kita temukan di sekitar rumah ternyata sudah ada lama sebelum menjamurnya minimarket atau supermarket. Kelontong ini sendiri berarti alat kelentungan yang biasa dibunyikan oleh penjajah barang dagangan guna menarik perhatian pembeli. Toko kelontong biasanya menjual peralatan sehari-hari seperti keperluan rumah tangga, bahan memasak, bahkan camilan dan kerupuk.

Namun, bagaimana sih sejarah toko kelontong ini? Nama kelontong ini sendiri merujuk ada bunyi-bunyian dari alat tambur kecil yan memiliki tali di bagian samping-sampingnya. Saat dimainkan, alat ini akan berbunyi thok.. thok.. thok.. yang membuat suara tersebut diimplementasikan menjadi Klontongan atau kelontong.

Awal mula sistem penjualan kelontong keliling ini diperkenalkan oleh pedagang etnis Tionghoa pada zaman dahulu untuk berdagang. Menjajakan dengan berkeliliing di pemukiman warga semabri membunyikan alat tambur kecil yang menarik perhatian warga yang mendengarnya.

Uniknya, pedagang kelontong ini melayani sistem kredit atau yang disebut mendreng. Karena semakin menjamur, pada abad ke-19 banyak didirikan penjual toko-toko kelontong bermunculan. Hal ini dirasa menguntungkan warga untuk memenuhi kebutuhan mereka, namun dengan keuangan yang belum stabil. Sejak saat itu, masyarakat Indonesia banyak mengembangkan bisnis ini sebagai bisnis rumahan, dan memilih untuk membuka toko ini di halaman mereka.

Tak sampai disitu, toko kelontong masa kini mulai memperlihatkan kegengsiannya dalam persaingan era modern ini. Dari Wifi, pembayaran Debit, hingga CCTV disuguhkan bagi para pembeli, lho. Bukan hanya beras dan sabun, toko kelontong kini menyediakan pengisian internet dan pulsa.

Toko kelontong sendiri adalah salah satu elemen penting dunia UKM Indonesia. Usaha Kecil Menengah ( UKM ) sendiri kini tengah dalam proses menuju garda terdepan perekonomian Indonesia. Hal ini terbukti dengan kontribusinya sebesar 60% terhadap produk dosmetik bruto ( PDB ) Indonesia.

Dari semua keunikan toko kelontong tersebut, mereka masing-masing pasti menjual kerupuk putih khas Indonesia. Makanan ringan yang terbuat dari tepung kanji ini memang sudah menjadi teman santap saat makan. Faktanya, kerupuk ini ternyata sudah ada sejak abad ke-9. Hal itu tertulis di prasati Batu Pura yang bertuliskan proses pembuatan kerupuk hingga dikosumsi masyarakat pada saat itu.

Pada zaman kolonial, kerupuk menjadi lauk favorit para pejuang kita terdahulu. Bagimana tidak, para pejuang yang menyantap kerupuk putih ini dengan nasi sudah terasa istimewa dan lezat. Hal tersebut menajdi alasan mengapa lomba makan kerupuk selalu menjadi acara favorit saat perlombaan kemerdekaan.

Makna dari makan kerupuk yang digantung ini menunjukan perjuangan dan sikap yang tak pernah menyerah dalam menjaga Indonesia. Untuk itu, dalam memperingati HUT RI yang ke-74 tahun ini, SRC mengajak masyarakat khususnya kawula muda berkontribusi untuk mengenang kembali para pejuang kita terdahulu dan turut meramaikan lomba makan kerupuk ini.

SRC atau Sampoerna Retail Community merupakan toko kelontong masa kini yang tergabung dalam program kemitraan Sampoerna yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing para pemilik toko kelontong melalui pendampingan usaha yang berkelanjutan.

Kini, 100,000 toko kelontong disekitarmu yang tergabung kedalam program SRC akan berusaha untuk mengadakan lomba makan kerupuk terbesar se-Indonesia agar bisa berpartisipasi dalam pemecahan rekor muri, lho. Bukan hanya toko kelontong saja, tapi kawan GNFI juga bisa ikut berpartisipasi dalam acara ini. Gimana sih caranya? Kawan GNFI bisa mengikuti aksi Photo Challenge dengan pose seunik dan seseru mungkin dalam aksi makan kerupuk dengan total hadiah sebesar 170jt. Cek di sini (https://src.id/merah-putih) untuk mengetahui toko kelontong mana saja yang mengadakan aktivitas ini, siapa tau ada di sekitar tempat tinggal Kamu. Ayo ikutan!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
YF
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini