Menariknya Belanja di Pasar Kaget Tengah Hutan Belantara Wamena

Menariknya Belanja di Pasar Kaget Tengah Hutan Belantara Wamena
info gambar utama

Indonesia kaya akan pasar tradisional yang unik dan beragam. Dari keunikan dan daya tarik pasar tradisional tersebu,t pasar kaget tengah hutan Wamena lah yang menjadi salah satunya.

Pasar ini merupakan pasar tradisional khas suku Dani yang melakukan transaksi jual beli guna memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Uniknya, jika biasanya pasar-pasar kaget berlokasi di pinggir jalan atau di alun-alun kota, maka berbeda dengan di Wamena, pasar kaget ini berada di tengah hutan belantara di daerah Wamena Papua.

Menariknya lagi, pasar kaget ini karena sebagaian besar penjualnya adalah Suku Dani, maka mereka tetap berjualan dengan menggunakan pakaian adat tradisional. Bahkan, yang diperdagangkan pun sangat unik dan menarik perhatian, dimana pasar ini menjual barang-barang khas penduduk suku Dani yang merupakan salah satu suku asli dari Papua.

Barang-barang yang dijual di Pasar Kaget Tengah Hutan Wamena | Foto : traveltodayindonesia.com
info gambar

Barang-barang yang diperjual belikan pun merupakan barang-barang tradisional tanah Papua. Seperti, koteka, noke atau tas wanita papua, tombak, kalung, dan yeranggen atau perhiasan yang terbuat dari taring babi.

Harga yang dipasarkan pun bervariasi, jika Kawan GNFI tertarik ingin membelinya, maka harus merogoh kocek senilai Rp 300 ribuu hingga Rp 500 ribuan, sedangkan untuk kalung dengan hiasan taring babi berkisar Rp 30-100 ribu, tergantung ukuran besar taringnya.

Pasar ini juga menjual bunga abadi, tetapi berbeda dengan bunga edelweiss. Bunga ini merupakan bunga khas Wamena yang berwarna-warni dan jika dilihat sekilas tampak seperti bunga kertas. Namun, bunga ini dapat bertahan hingga bertahun-tahun lamanya.

Tidak hanya menjual hasil kerajinan tangan saja, di pasar ini kalian bisa menemukan buah legendaris dari Papua, yaitu buah merah, konon katanya buah ini berkhasiat sebagai antivirus HIV.

Dilansir dari beritahati.com barang yang dikenal sangat mahal untuk dibelanjakan adalah hiasan kepala yang terbuat dari burung Kasuari, harganya bisa mencapai sampai Rp 400 ribu untuk satu hiasan kepala.

Memang kurang lengkap rasanya apabila sudah datang jauh-jauh ke Wamena namun tidak membawa oleh-oleh khas suku Dani yang tentu saja tidak diragukan lagi keasliannya, karena membeli langsung dari tempat asalnya sendiri.

Dalam penyajian dagangan di pasar kaget ini, mereka membaginya ke dalam dua kelompok. Dimana, hampir semua perempuan menjual kalung dan aksesoris khas Papua, sedangkan yang laki-laki menjual tombak, panah, dan kapak batu.

Foto : traveltodayindonesia.com
info gambar

Layaknya pasar-pasar kaget pada umumnya, ketika sudah sampai tempat, para pedagang suku Dani langsung menggelar lapaknya, kemudian menatanya sedemikian rupa di sekitaran hutan Wamena. Pasar ini dibuka secara dadakan dan waktunya yang tidak menentu, muncul dengan begitu cepat kemudian bubar dengan begitu singkat.

Berbelanja di pasar kaget ini Kawan GNFI tidak perlu cemas akan gangguan dari polisi pamong praja yang biasa mengejar para pedagang pasar kaget di pinggir jalan. Karena lokasinya yang berada di tengah hutan dan rerumputan Wamena maka terbebas dari hambatan maupun keramaian jalan raya.

Meskipun masyarakat suku Dani banyak yang tidak bisa menggunakan Bahasa Indonesia, namun itu tidak menjadi masalah, karena ada beberapa kawan lainnya dari suku Dani yang dapat berbahasa Indonesia dan siap membantu para pembeli untuk sekedar tawar menawar soal harga.

Biasanya panasnya trik matahari di Wamena tidak membuat para pembeli lelah untuk berbelanja, mereka yang berkunjung ke pasar kaget tersebut memanfaatkan waktu untuk berburu barang-barang asli dari Papua.

Bagaiamana, tertarik berbelanja di pasar kaget Wamena ini?


Catatan kaki: Detiktravel | Traveltoday

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

A.
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini