Panen Gotong Royong di Green House My Darling Kampung Pulosari

Panen Gotong Royong di Green House My Darling Kampung Pulosari
info gambar utama

Seperti di kota-kota besar lainnya, program smart city mulai digalakan di Surabaya. Dalam program pencanangan pemerintah ini, warga diajak untuk memaksimalkan potensi kampungnya menjadi tiga kategori besar, yaitu Smart Society, Smart Economy, dan Smart Environment.

Smart Society berfokus pada pemanfaatan smart energy, smart water/air land, dan smart waste management. Maksudnya, para warga diharapkan bisa bergerak aktif dalam pengelolaan energi terbarukan.

Smart Economy berfokus pada smart industry, smart and creative startup, smart small business, dan smart tourism. Dalam program ini, pemberdayaan ekonomi dan UMKM dijadikan tujuan utama.

Smart Environment mencakup smart health, smart education, smart government, smart save and secure, dan smart generation. Ini menggabungkan kecanggihan teknologi berbasis digital dengan sektor kesehatan, pendidikan, dan pemerintahan.

Diharapkan, dengan adanya program Smart City ini, Surabaya semakin mampu bersaing dalam kompetisi global. Sosialisasi akan adanya program ini pun sudah mulai dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya. Mereka mendatangi kampung-kampung yang telah aktif bergerak dalam kegiatan pengembangan kualitas ini.

Pembibitan lele sesuai dengan pengelompokan umur

Plt. DKRTH yang juga Kepala Bappeko, Eri Cahyadi, menyatakan bahwa adanya program Surabaya Smart City(SSC) ini bertujuan mengembalikan nilai-nilai kearifan lokal Surabaya. Meski Surabaya termasuk kota yang maju, dia berharap orang-orang Surabaya tetap ramah dan mau bergotong royong.

"Harus ada gotong royong, ramah tamah, bisa menghargai, toleransi, dan tidak cuek dengan tetangga. Sebab, yang kami nilai sebenarnya bukan hanya hijaunya, tapi juga kerukunan warga yang ada di dalamnya," tuturnya.

Dia juga menekankan bahwa program SSC ini berbeda dengan Green and Clean atau program-program sebelumnya. Dalam program Green and Clean, masyarakat kampung berbondong-bondong menjadikan kampung asri dan bersih. Namun setelah program selesai, warga seperti kebingungan soal langkah selanjutnya.

Dengan program SSC, tak hanya membuat kampung semakin hijau, namun juga semakin mengakrabkan antarwarga, serta mengangkat perekonomian warga.

Sebagai salah satu solusi, Eri juga telah melakukan MoU dengan hotel-hotel dan apartemen supaya 40% pegawai diambil dari warga asli Surabaya. Ke depannya, diharapkan restoran-restoran di Surabaya bisa mengambil bahan baku dari warga setempat, bukan berasal dari luar Kota Surabaya.

’’Sampo-sampo, sandal, sabun, harus dikerjakan UMKM Surabaya,’’ imbuhnya.

Salah satu kampung yang menjadi destinasi sosialisasi adalah Pulosari III-K yang terletak di Kelurahan Gunungsari, Kecamatan Dukuh Pakis. Lokasi ini tidak sembarangan dipilih. Selain terlihat asri dan resik, Kampung Pulosari ini juga ternyata telah menjalankan program budidaya hasil kerjasama warga setempat.

Program unggulan ini berupa Green House My Darling (Masyarakat Sadar Lingkungan) 02 07. Keempat angka di belakang diambil dari lokasi yang terletak di RT 02 RW 07.

Dari Warga untuk Warga

Program yang menampilkan berbagai kreativitas warga ini 100% dijalankan secara bergotong royong. Menurut Tri Junaidi, faskel Kelurahan Gunugsari, kepedulian warga di kampungnya memang sangat tinggi.

"Wah, kalau sudah bekerja memang suka lupa waktu. Begitu ada ide, langsung digarap bersama-sama. (Ada) Ide malam hari, kami kerjakan malam itu juga,’’ tegas Didik, sapaan akrabnya.

Hal senada juga disampaikan Riyono Qomarudin, ketua RT 01. Menurut pria yang dipanggil Rio ini, tingginya rasa memiliki terhadap kampungnya sendirilah yang membuat warga selalu bersemangat ketika diajak mengembangkan area ini.

Beberapa sudut di Green House Kampung Pulosari juga disulap menjadi spot foto yang menarik. Selain menghiasinya dengan tanaman-tanaman hias, pendopo kecil, dan patung Suro dan Boyo, tempat ini juga didekorasi dengan robot Transformers Bumblebee.

Menariknya, robot ini dibuat dengan memanfaatkan sampah-sampah yang dikumpulkan. Singgih, sang dekorator, membuat rancangannya dan merakit robot itu sendirian dalam kurun waktu kurang lebih 1,5 bulan.

"Sponepa, paralon, onderdil motor bekas, hingga tutup botol bekas," ujarnya saat ditanya perihal bahan-bahan yang ia gunakan.

Keberadaan robot Transformers sebagai seni daur ulang barang bekas ini juga pernah menarik perhatian saat Pilpres lalu, karena berfungsi sebagai dekorasi TPS yang unik.

Mengembalikan yang Terbengkalai

Lahan yang digunakan sebagai Green House ini dulunya adalah area yang terbengkalai. Sebelum diberdayakan sebagai Green House, tanah tersebut sering digunakan sebagai tempat pembuangan sampah.

Di satu sudut di tanah tersebut juga terdapat rumah yang lama tak ditempati. Melihat lahan kosong yang tak dimanfaatkan, warga kemudian terpancing untuk begerak membuat perubahan. Kurang lebih dua tahun lalu, warga meminta izin pada para ketua RT dan RW untuk mengubah lahan kumuh itu menjadi Green House.

Sekarang, tempat itu dimanfaatkan sebagai pusat kegiatan warga untuk pemberdayaan lingkungan. Mereka membuat kebun TOGA, hidroponik, dan bahkan kolam budidaya lele dan nila.

Beberapa warga yang memang memiliki pengalaman dan ilmu terkait bidang-bidang itu, ditugaskan sebagai pengawas sekaligus pembimbing bagi warga-warga lainnya. Misalnya saja Ucok, yang pernah belajar tentang budidaya ikan di Bandung. Ilmunya itu membuatnya dinilai mampu menjadi penanggung jawab perikanan di Green House tersebut.

Sayuran hidroponik yang ada di green house Pulosari, siap dipanen

Hasil panen sayuran atau ikan itu kemudian diberikan untuk warga kembali, sebagai apresiasi karena telah turut berpartisipasi dalam memelihara dan merawat. Karena antusiasme warga cukup tinggi, Rio mengatakan bahwa mereka berencana untuk menambahkan pembibitan patin juga ke dalam agenda perikanan Green House tersebut.

"Kami juga berencana mau menjadikan (ikan-ikan) sebagai UMKM, jadi abon lele, nanti kerja sama dengan ibu-ibu di sekitar," tambahnya.

Ketika warga sendiri sudah merasakan manfaat dari pemberdayaan lingkungan tersebut, kepedulian akan kebersihan dan pelestarian lingkungan akan semakin kuat. Itulah yang diharapkan dapat tercapai kelak, sehingga Surabaya bisa menjadi smart city yang sesungguhnya.


Catatan kaki: DNK.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MN
GI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini