Mengenal Carica, Buah Endemik Pendukung Ekonomi Negeri di Atas Awan

Mengenal Carica, Buah Endemik Pendukung Ekonomi Negeri di Atas Awan
info gambar utama

Dataran Tinggi Dieng kerap kali dijuluki sebagai Negeri di Atas Awan karena suhunya yang dingin dan lokasinya yang diapit oleh bukit dan gunung. Daerah ini memiliki banyak daya tarik, selain terkenal karena pesona alam dan adatnya, daerah yang terletak di kabupaten Wonosobo ini juga memiliki buah unik yang khas.

Carica merupakan nama buah unik dari Dieng yang sering kali dijadikan buah tangan oleh para wisatawan. Oleh masyarakat setempat buah ini dipercaya merupakan kesukaan para dewa di mana daerah Dieng masih kental dengan adat dan budaya kepercayaan.

Buah Carica sebenarnya berasal dari pegunungan Andes yang membentang dari Panama di Amerika Tengah hingga Bolivia di Amerika Selatan. Awal mula kedatangan buah yang hanya tumbuh di ketinggian 1.500 hingga 3.000 meter di atas permukaan laut ini ke Indonesia, diperkenalkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda jelang perang dunia kedua. Tepatnya pada abad ke-19 dan berhasil dikembangkan di daerah Dieng.

Perbedaan dan persamaan carica dengan pepaya

Secara fisik sebenarnya buah dengan nama latin Carica candamsrcensis ini memiliki kemiripan dengan buah Pepaya bahkan sering dijuluki sebagai “Pepaya Gunung”.

Beberapa persamaan kedua buah ini terletak pada warnanya yang hijau ketika mentah dan kuning ketika matang juga pohonnya yang memiliki bentuk yang mirip.

Perbedaan keduanya terletak pada ukuran buah dan pohon carica yang umumnya lebih kecil dari pepaya. Buah Carica umumnya memiliki diameter tiga hingga enam sentimeter dengan panjang enam hingga sepuluh sentimeter, rasa buah carica pun cenderung lebih asam dari pepaya.

Berbeda dengan pepaya buah carica memiliki banyak getah, sehingga perlu berhati-hati ketika memotongnya karena getah carica dapat menyebabkan iritasi kulit bagi yang menyentuhnya.

Pada carica, tekstur lembut yang biasa dijumpai pada pepaya tak akan ditemukan. Buah carica memiliki tekstur yang lebih keras, sehingga membutuhkan proses pengolahan untuk dapat dikonsumsi. Tak jarang petani yang tidak bisa mengolah pun menjualnya pada produsen olahan Carica.

Buah yang tumbuh pada pohon dengan tinggi sekitar satu hingga dua meter ini biasanya diolah menjadi berbagai jenis makanan di antaranya manisan, dodol, selai, sirup, kripik hingga es krim.

Biasanya olahan-olahan tersebut disajikan dan dijual dalam gelas kaca, cup mangkok hingga plastik kemasan makanan ringan, dengan ukuran yang bervariasi.

Kemasan olahan carica umumnya berwarna dominan kuning dan dipadukan dengan warna hijau yang mengikuti warna asli buah carica ketika matang dan siap diolah.

Hasil olahan Carica | Foto: genpi.co
info gambar

Kandungan dan manfaat

Selain nikma, carica juga mengandung berbagai vitamin yang baik untuk tubuh di antaranya vitamin A, vitamin C, gula, vitamin E, vitamin B kompleks, Zat agrinin dan kandungan serat yang tinggi.

Dikarenakan memiliki zat-zat tersebut buah ini pun baik untuk membantu menangkal radikal bebas, mencegah penuaan dini, mendukung kesehatan mata dan kulit, memperlancar metabolisme tubuh dan pencernaan juga membantu menghambat pertumbuhan sel kanker terutama kanker payudara.

Selain manfaat kesehatan, buah ini jelas menjadi salah satu sumber pemasukan bagi warga daerah Dieng. Maka tak heran jika berkunjung ke sana, wisatawan dapat dengan mudah menemukan penjual carica di pinggir jalan.

Tak hanya itu, permintaan pun sering kali datang dari negara tetangga. Sebenarnya buah serupa juga terdapat di bali dengan sebutan Gedang Memedi namun hasil Carica dari Dieng lebih dikenal masyarakat.

Sumber: berkahberniaga.com | kompasiana.com | jualcarica.com |carica.co.id | msn.com | beritagar.id | kompasiana.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini