Apresiasi Seniman Perempuan di Ruang Publik Jakarta

Apresiasi Seniman Perempuan di Ruang Publik Jakarta
info gambar utama

Salah satu hal yang semakin berkembang di Indonesia adalah industri kreatifnya, negara ini pun memiliki banyak sumber daya manusia yang potensial untuk mengembangkannya. Hal tersebut dapat dilihat salah satunya dengan muncul banyaknya seniman dengan berbagai hasil karya.

Pada Senin (26/8/19) tepatnya di Stasiun Moda Raya Terpadu (MRT) Istora Mandiri, Jalan Jenderal Sudirman, Gubernur Jakarta Anies Baswedan meresmikan Jakarta Artweek 2019 sebagai wadah untuk menunjukan hasil karya seniman Indonesia.

Selama tiga minggu hingga 15 September 2019, warga Jakara akan disuguhkan dengan hasil karya sepuluh seniman perempuan Indonesia.

Kegiatan bertajuk “Perempuan Bicara Seni” ini dapat kita temui di 21 titik halte
bus dan pintu stasiun masuk MRT. Titik tersebut di antaranya di halte Ratu Plaza, halte Mendikbud, 3 halte Istora Senayan, halte Benhil, halte Meridien, halte sebelum Sahid, halte Menara Astra, halte Davinci, halte UOB, halte Bumiputra, halte Mayapada Tower 2, halte Plaza Sentral, halte Atmajaya, halte Polda Metro Jaya, halte Niaga Tower, halte Sumitmas, serta halte seberang Ratu Plaza.

Seniman yang berpartisipasi

Karya Patricia Untario, salah satu seniman yang berpartisipasi dalam kegiatan Jakarta Artweek 2019 bertajuk
info gambar

Ada sepuluh seniman yang berpartisipasi dalam kegiatan ini yang masing-masing memiliki ciri khas dalam karyanya. Pertama adalah Patricia Untario, dalam karyanya ia sering kali menggunakan material kaca yang kemudian dikombinasikan dengan permainan cahaya.

Seniman kedua adalah Budi Asih, dengan jenis gambar naifnya ia berusaha
menceritakan tentang kehidupan dan kedekatan manusia dengan alam sekitar. Berikutnya adalah Dian Suci, sama seperti Budi ia juga berasal dari Yogyakarta. Ia sering mengolah ruang, obyek domestik, tubuh dan metafora dalam karyanya.

Hasil karyanya merupakan pengaruh pengalamannya sebagai ibu rumah tangga dan hal lain yang ia rasakan sebagai perempuan.

Selanjutnya ada Hanggita Dewi, seniman kelahiran 1995 yang telah banyak ikut
pameran ternama ini mengangkat tema self-love dalam acara tersebut. Hanggita menganggap mencitai diri sendiri adalah awal dari proses pengembangan diri seseorang yang penting.

Lalu ada Kalya Risangdaru, yang ingin menunjukkan isu-isu perempuan
lewat karyanya. Menurut perempuan kelahiran 1993 ini lukisan merupakan
medium yang tepat untuknya menunjukkan kedekatannya dengan isu-isu tersebut.

Kemudian ada Maharani Mancanagara, ia menampilkan hasil karyanya dengan
menggambar orang-orang yang berdansa. Karyanya memiliki makna bahwa semua setiap orang memiliki kebebasan untuk berekspresi.

Hasil karyanya merupakan hasil kombinasi dari eksplorasi sejarah dan pengalamannya sendiri.

Lalu ada Ajeng Martiasa Putri yang mengambil tema “Be You, Do You, For You
untuk karyanya. Pesan yang ingin disampaikan dalam karyanya adalah bahwa
keindahan akan selalu kembali pada diri sendiri.

Berikutnya ada Sanchia Hamidjaja, perempuan yang lahir di Jakarta pada 1983 ini banyak terinspirasi dari kartun, komik dan pembivaraan sehari-hari. Dalam
karyanya ia mengangkat tema “Helai yang Liar” yang bermakna seorang
perempuan dapat menjadi liar dan penurut dan meski tak sempurna perempuan
juga kuat dan hebat di saat bersamaan.

Selanjutnya ada Theresia Sitompul, lewat karyanya perempuan berdarah Batak
yang lahir di Pasuruan ini ingin mengajak orang-orang untuk tak lupa menjaga
lingkungan layaknya kita menjaga diri sendiri.

Seniman terakhir adalah Cempaka Surakusumah karyanya mencerminkan emosi
karena menurutnya karya seni selalu dipengruhi dengan emosi dan tak dapat
langsung dituangkan dalam bentuk yang realis.

Harapan dari kegiatan

Karya Theresia Sitompul yang dapat dinikmati dinikmati masyarakat sekitar Gelora Bung Karno | Foto: Liputan6.com
info gambar

Acara yang menunjukkan sepuluh perempuan menunjukan ekspresi seninya di
ruang publik ini awalnya di inisiasi oleh Mugi Rekso Abadi (MRA) Media.
Kegiatan ini juga mendukung program pemerintah Provinsi Jakarta menuju City
4.0, di mana kemajuan kota didukung dengan kolaborsi warga yang didukung
dengan pemberian fasilitas tertentu oleh pemerintah.

Antusias warga Jakarta terhadap seni kian hari semakin meningkat, terlihat dari
acara ataupun pameran seni yang banyak dijadikan destinasi hiburan masyarakat.

Dengan adanya kegiatan ini diharap hasil karya anak bangsa dapat dikenal secara lebih luas sehingga apresiasi terhadap karya-karya tersebut semakin besar sehingga kita bisa menjadi destinasi wisata seni.


Referensi: kompas.com | cosmopolitan.co.id | beritagar.id | detik.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini