Dalam siklus kehidupan kedewasaan seseorang pasti ditandai dengan perubahan biologis pada tubuh misalnya saja haid atau menstruasi adalah istilah untuk perempuan yang sudah memasuki fase keremajaan diri.
Proses keluarnya darah menstruasi yang terjadi akibat siklus bulanan alami pada tubuh perempuan. Haid biasanya ditandai dengan penebalan dinding rahim yang berisi pembuluh darah.
Proses perubahan diri pada anak perempuan biasanya disambut dengan berbagai tradisi misalnya saja diadakan acara syukuran atau upacara sebagai bentuk ungkapan rasa syukur orangtua karena sang anak perempuan telah memasuki fase baru.
Di Jawa banyak sekali tradisi untuk perempuan yang memasuki fase pertama kali haid misalnya, orangtua membagikan bubur merah kepada warga sekitar untuk menandakan bahwa, sang anak telah memasuki fase kedewasaan.
Bukan hanya di Jawa berbagai daerah tradisi Nusantara pun menggelar ritual yang serat akan makna dan budaya guna memperingati fase pertama kali haid untuk seorang perempuan apa saja tradisi tersebut:
1. Tradisi Potong Gigi (Bali)
Tradisi Potong Gigi di Bali adalah salah satu upacara keagamaan Hindu Bali yang menandai seorang anak perempuan memasuki usia remaja atau akil baliq. Tradisi ini biasanya disebut metatah, mapandes, atau mesangsih.
Menurut kepercayaan warga setempat, tradisi potong gigi melambangkan sebagai pensucian kepada anak yang beranjak usia remaja. Selain itu, ada unsur estetik yang terdapat pada tradisi tersebut yaitu untuk menambah aura kecantikan dan susunan gigi menjadi rapi.
2. Monondaega (Minahasa)
Di Minahasa ada upacara adat Monondaega untuk anak perempuan yang mendapatkan menstruasi pertama sebagai ungkapan rasa syukur.
Dalam upacara tersebut, daun telinga anak perempuan itu akan ditindik dan dipasang anting-anting sebagai tanda bahwa sang anak perempuan sudah beranjak dewasa.
Lalu, gigi sang anak juga akan diratakan dengan tujuan supaya kecantikan dan kedewasaannya kian terpancar
3. Mome'ati (Gorontalo)
Tradisi di Gorontalo ada upacara Mome'ati untuk anak perempuan muslimah yang pertama kali memasuki fase haid. Anak perempuan yang telah memasuki akil baliq tersebut dituntut oleh pemuka agama untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Setelah itu, sang anak perempuan membacakan rukun iman, rukun islam dan rukun ihsan. Prosesi ini disaksikan oleh kedua orangtua, nenek, kakek dan seluruh anggota keluarganya. Ritual adat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Gorontalo karena ada nilai estetika, etika, dan religius dan pendidikan.
Catatan Kaki: mahligai-indonesia.com | IAIN_Sultan_Amai_Gorontalo
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News