Umur Panjang Rokok Kretek di Pulau Jawa

Umur Panjang Rokok Kretek di Pulau Jawa
info gambar utama

Rokok kretek merupakan salah satu komoditas yang keberadaannya sudah cukup lama di Indonesia, kita pun dikenal sebagai salah satu penghasil tembakau terbesar di dunia.

Keberadaan rokok yang diproduksi tanpa menggunakan mesin ini berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Kebiasaan untuk mengonsumsinya pun merupakan warisan sejarah Indonesia.

Sejak kapan rokok kretek populer?

Rokok kretek memiliki bahan dasar cengkeh dan tembakau. Kombinasi keduanya kemudian dilinting (dibungkus) lalu dibakar. Sebelum tergantikan kertas awalnya pembungkus rokok yang dipakai adalah kulit jagung atau biasa disebut klobot.

Ketika dibakar dan dihisap rokok ini akan mengeluarkan bunyi kretek-kretek
sehingga bunyi tersebut menjadi acuan namanya.

Awal mula kedatangan tembakau di Indonesia adalah lewat para pengusaha
Portugis. Karena lahan yang subur dan iklim yang tropis, tanaman tersebut sukses dibudidayakan di Indonesia. Tembakau akhirnya mulai dibudidayakan pada zaman Belanda.

Riwayat kretek sendiri masuk dalam buku ringkasan yang ditulis sejarawan Amen Budiman dan Anghokam dalam “Sejarah Hikayat Kretek”. Diceritakan bahwa kretek ditemukan oleh Haji Djamari pada abad ke-19.

Mulanya pria yang merupakan penduduk asli Jawa Timur tersebut mengalami sakit pada bagian dada yang ternyata merupakan asma. Untuk mengobatinya, ia mencoba memakai minyak cengkeh di bagian dada dan punggung. Karena berangsur pulih ia mulai mencoba melakukan beberapa eksperimen.

Pertama ia mencoba mengunyah langsung bunga cengkeh dan mendapat hasil
yang lebih baik pada kesehatannya. Selanjutnya ia mencoba meracik cengkeh
dengan mencampurnya dengan tembakau yang selanjutnya dibakar dan dihisap.
Djamari akhirnya sembuh setelah rutin menghisap hasil eksperimennya tersebut.

Rokok lintingan hasil eksperimennya akhirnya mulai terkenal dan dipantenkan
oleh salah seorang pengusaha lokal asal kudus, Nitisimo di kota Kudus. Ia merupakan orang pertama yang mendaftarkan perusahaan produsen kretek pertama dengan nama NV. Bal Tiga Nitisemito pada 1908.

Pada era tersebut industri kretek berada pada kejayaan. Sejak itu banyak bermunculan perusahaan rokok di kudus diantaranya Tebu dan Cengkeh, Kretek Goenoeng, Kedoe, Jangkar, Delima, Sukun, Garbis dan Manggis, Jambu Bol, Nojorono dan terakhir Djarum, yang hingga kini masih menjadi tulangpunggung ekonomi Kudus.

Pekerja pelinting rokok kretek di Kudus, Jawa Tengah |Foto: wego.co.id
info gambar

Kretek sendiri mulai dikenal dunia karena tokoh K.H Agus Salim. Pada tahun 1953, dalam acara penobatan Ratu Elizabeth II sebagai Ratu Inggris di Istana
Buckingham, diplomat era Soekarno tersebut melakukan kebiasaannya menghisap rokok. Ia pun memperkenalkan rokok kretek kepada pangeran Philip.

Versi lain mengenai sejarah kretek mengatakan rokok ini sudah ada sejak zaman kerajaan Jawa. Diceritakan bahwa ada seorang wanita bernama Roro Mendut yang sangat rupawan. Salah satu pria yang terpikat dengannya adalah panglima perang sultan agung dari Kerajaan Mataram, Tumenggung Wiraguna.

Sayangnya pinangan sang panglima ditolak oleh Roro Mendut yang menyebabkannya diharuskan membayar pajak karena kemarahan Panglima.
Sejak itu Roro Mendut pun berjualan rokok lintingan dengan memakai air liurnya sebagai perekat lintingan.

Kretek dan tata kramanya dalam kesusastraan Jawa

Ilustrasi rokok kretek dan bahan bakunya |Foto : bolehmerokok.com
info gambar

Kretek juga masuk dalam naskah karya sastra Jawa kuno. Dalam serat Centhini
yang ditulis pada 1814, tembakau dikisahkan sebagai hidangan wajib bagi para tamu di Jawa.

Kekeluargaan adalah hal yang diharapkan dari aktivitas menikmati tembakau bersama karena dianggap dapat menghilangkan segala jarak dan bisa mencairkan suasana.

Menurut serat Subasita karangan Ki Padmasusastra yang ditulis pada 1914, hasil olah kretek dari tembakau merupakan cermin perilaku kesantunan orang Jawa. Serat tersebut menuliskan bahwa seseorang harus melihat kanan kiri sebelum menghisap tembakau.

Keberadaan wanita dan anak-anak pun harus dihindari jika ingin menikmatinya.
Selain itu jika berkunjung ke tempat tinggal orang lain hendaknya memperhatikan ada atau tidaknya asbak. Jika tidak ada, lebih baik untuk tidak merokok di lokasi tersebut untuk menghormati tuan rumah.


Sumber: rappler.com | beritagar.id | merdeka.com | perpusnas.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini