Kebakaran Hutan: Murka Tuhan Akibat Ulah Kita Sendiri

Kebakaran Hutan: Murka Tuhan Akibat Ulah Kita Sendiri
info gambar utama

Almarhum Prof. Cak Nur Cholis Majid, seorang ilmuwan Islam terkemuka dari Jombang, alumni Pesantren Gontor dan Amerika Serikat, pernah mengatakan bahwa segala bencana yang terjadi seperti banjir, tanah longsor (termasuk kebakaran hutan), dalam terminologi agama adalah bentuk siksaan Tuhan dan siksaan itu turun sebenarnya disebabkan oleh karena ulah tangan manusia sendiri. Hal ini disebut di kitab suci Alquran.

Kebakaran hutan di negara kita kali ini memang hebat dan menyebabkan kerusakan hutan yang parah. Harian Kompas 18 tahun yang lalu tanggal 16 Februari 2001 pernah menulis laporan bahwa dalam 12 tahun terakhir itu.

Sejak tahun 2001 tingkat kerusakan hutan di Indonesia mencapai 1,8 juta hektare. Jumlah itu meningkat terus tahun-tahun berikutnya sampai lebih dari 2 juta hektar; dan para peneliti hutan dari luar negeri sudah menyimpulkan bahwa hampir semua kejadian kebakaran di Indonesia ini karena “human caused” atau akibat ulah manusia sendiri.

Kebakaran hutan yang terjadi akhir-akhir ini memang telah menyebabkan kesulitan perekonomian, menurunnya tingkat kesehatan banyak orang di provinsi-provinsi yang terdampak; sampai-sampai warga membeli tabung oksigen karena sulit bernapas, dan beberapa penerbangan terpaksa dibatalkan.

BACA JUGA: Pelajaran Berharga Bangsa: Meninggalnya "Rudy" BJ Habibie

Kebakaran itu juga menyebabkan ketegangan diplomatik dengan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, karena asap dan kabutnya juga menyelimuti kedua negara itu; bahkan running text TV Al Jazeera, Doha, tanggal 20 September 2019 menyebutkan bahwa kabut asap akibat kebakaran ini sudah sampai negara Thailand bagian selatan.

Banyak tulisan dari media luar negeri mengatakan bahwa kebakaran di tanah gambut di hutan itu menyebabkan 17 kali lebih banyak asap dibandingkan dengan kebakaran hutan itu sendiri dan menghasilkan 700 ton CO2 yang berakibat buruk pada lingkungan dan kesehatan selama periode 8 bulan.

Karena itu kita merasa sedih kalau melihat banyak anak- anak kecil, bayi dan orang sepuh yang kena penyakit pernafasan dalam jangka waktu lama.

Kebakaran hutan akibat ulah tangan manusia itu sebagian besar dilakukan untuk maksud land clearing sebelum membuka lahan baru untuk menanam pohon, misalkan kelapa sawit karena biayanya lebih murah, dan itu dilakukan baik oleh individu maupun perusahaan-perusahaan besar.

Ketegangan diplomatik antara Indonesia dengan negara-negara tetangga itu muncul karena saling tuduh siapa pelaku pembakaran itu, misalkan apakah perusahaan-perusahaan besar yang melakukannya itu milik Indonesia atau milik negara-negara tetangga tersebut; tentu juga karena asap kebakaran itu menyelimuti langit kedua negara itu.

BACA JUGA: Imbas Kemacetan dan Efeknya ke Daya Saing

Siapapun pelakunya, presiden Jokowi sampai marah kenapa kebakaran itu terjadi lagi dan lebih besar dari tahun 2015, padahal sudah sering diingatkan, kenapa kalau ada satu titik api tidak langssung ditangani sebelum meluas.

Yang kena marah presiden itu ya Kementerian terkait, ya kepala daerah, ya aparat keamanan daerah, karena dianggap terlambat menanganinya. Akibatnya ribuan personel dikerahkan untuk memadamkan kebakaran itu agar tidak meluas lagi.

Memang kebakaran hutan kali ini sulit ditangani karena sudah terlanjur meluas, dan menurut Pusat Meteroologi ASEAN yang berpusat di Singapura, menemukan ada 1.619 titik api di hutan Sumatra dan Kalimantan.

Akibat kebakaran hutan itu tentu adalah penggundulan hutan yang menyebabkan menurunnya water catchment area atau peresapan air tanah yang sering kali menyebabkan banjir bandang. Lebih dari itu kebakaran ini menyebabkan terganggunya megadiversitas hayati yang dimiliki Indonesia misalnya ratusan jenis binatang mamalia, ratusan binatang reptil, dan lain-lainnya.

BACA JUGA: Senyum Anak-anak Papua, Membuatnya Tidak Tega Meninggalkan Mereka

Perlu diingat bahwa Indonesia ini adalah salah satu lima besar negara di dunia yg memiliki sekitar 38.000 spesies pohon tinggi, nomor satu di bidang keragaman kelapa sawit, memiliki banyak jenis tanaman-tanaman yang penting untuk obat dan malahan ada negara asing yang mematenkan produk obatnya yang berasal dari tanaman-tanaman hutan kita itu.

Banyak negara di dunia ini menggantungkan hutan tropis milik dua negara yaitu Brasil dan Indonesia, karena dianggap sebagai paru-paru dunia yang dapat menghindari polusi dunia akibat berlubangya lapisan ozon di planet ini.

Kebakaran hutan di hutan Amazon, Brasil, baru-baru ini misalnya menjadi topik pembicaraan pimpinan negara-negara maju di Prancis; sebab kebakaran hutan itu dapat menimbulkan perubahan iklim (climate change) yang parah di planet bumi.

Presiden Prancis, Emanuel Macron, mengatakan bahwa hutan Amazon itu menghasilkan 20 persen oksigen dunia, Pimpinan Jerman, Angela Merkel, juga mengutarakan hal yang sama tentang pentingnya hutan Amazon itu untuk dunia.

BACA JUGA: Menggugat Cara Kita Merayakan Hari Proklamasi

Untuk mencegah terulangnya lagi ulah tangan manusia yang menyebabkan kebakaran hutan kita ini sebenarnya adalah soal tegasnya penegakan hukum; yang sering terjadi penegakan hukum itu lemah sehingga kejadian serupa terulang lagi.

Tidak ada penindakan hukum yang keras terhadap para pelaku pembakaran baik individu maupun korporasi. Dalam hal ini tentu hukum tidak boleh hanya pada kaum lemah tapi tumpul apabila berkaitan dengan korporasi-korporasi besar.

Di atas semua itu, seluruh anak bangsa haruslah menyadari dan ingat ajaran agama yang suci yang mengajarkan bahwa murka Tuhan itu turun akibat ulah tangan manusia/kita-kita sendiri.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini