Arswendo Otmowiloto Maestro Literasi Indonesia

Arswendo Otmowiloto Maestro Literasi Indonesia
info gambar utama

Arswendo Otmowiloto atau yang biasa disebut dengan Wendo adalah sosok wartawan senior yang karyanya tak luput termakan zaman. Wendo lahir pada 26 November dari keluarga yang pas-pasan. Wendo kecil mempunyai cita-cita menjadi dokter dan tak pernah terwujud karena masalah biaya yang cukup besar untuk menjadi dokter dan melihat situasi kelurga saat itu sangat kekurangan.

Wendo tumbuh menjadi anak laki-laki tanpa kepala keluarga ibunya janda dan tak punya pekerjaan tetap ayahnya meninggal tahun 1960. Selama memenuhi kebutuhannya keluarga Wendo hanya mengandalkan hasil uang pensiunan ayahnya dan tak ada sisa untuk Wendo melanjutkan pendidikan.

Wendo lahir dengan kemampuan yang luar biasa pada saat dia SMA Wendo masuk dalam peringkat 10 besar. Tetapi sayang, setelah lulus SMA Wendo tak dapat mengambil ijazahnya karena banyaknya tunggakan uang sekolah yang berbulan-bulan tak dibayar.

Tetapi, dibalik kekurangan finasial yang dimiliki keluarganya ada bakat Wendo yang lainnya yaitu mengarang. Wendo pandai mengarang sejak duduk di kelas 5 SD bakat mengarang ini didapat karena Wendo gemar sekali membaca komik. Pada masa SMA Wendo memberanikan diri untuk mengirim tulisannya keberbagai media masa lokal dan karyanya berhasil dimuat dalam media tersebut dan diberi imbalan uang.

Disela-sela waktunya yang luang sebagai pekerja di toko Wendo akhirnya mengisi waktu tersebut dengan menuis dan mengirimnya di berbagai media masa dan tembus pada saat itu pula Wendo mendapat tambahan pemasukan. Pada saat itulah tumbuh kepercayaan diri Wendo untuk mengirim tulisannya ke media masa.

Cerpen pertamanya yang ia tulis dengan menggunakan bahasa Indonesia yang berjudul Sleko pada tahun 1971 diambil dari sebuah nama jalan di daerah Stasiun Tawang Semarang sejak saat itu Wendo sering menulis dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

Sepanjang ia berkarir menjadi penulis salah satu tulisannya pernah di filmkan yaitu Keluarga Cemara yang ditayangkan pada tahun 90 an. Tak hanya itu Wendo juga mengeluarkan beberapa tulisan lainnya dan dijadikan sebuah sinetron seperti Ali Topan Anak Jalanan (1997-1998), Deru Debu (1994-1996) 1 Kakak 7 Ponakan (1996), Jalan Makin Membara II Dan III (1995-1997), dan Imung (1997).

Salah Satu karya Wendo yang berjudul Keluarga Cemara pernah di filmkan dan dibuatkan Sinetron pada tahun 90 an: Sumber | Goodnewsfromindonesia
info gambar

Dibalik jati dirinya sebagai penulis Wendo juga berprofesi sebagai Wartawan di berbagai majalah dan surat kabar. Wendo juga pernah menjadi Wartawan di media Kompas dan menjadi Pimpinan Redaksi Hai, Monitor, dan Senang.

Wendo juga diketahui pernah melanjutkan Pendidikannya di Intitut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Solo tetapi, ia tak menyelesaikannya. Tahun 1979 Wendo mengikuti International Writing Program di University Lowa-Lowa City Amerika Serikat. Tak hanya itu Wendo juga pernah didapuk untuk mengelola Tabloid Bintang Indonesia dan berhasil menghidupkan Tabloid Bintang.

Tetapi sayang Wendo hanya bertahan 3 tahun untuk Tabloid Bintang selebihnya ia mendirikan perusahaan sendiri bernama T Atmo Bismo Sangotrah yang memayungi sedikitnya 3 tabloid seperti Tabloid Bianglala, Ina (sekarang menjadi Ino), dan Tabloid Pro TV.

Berkat karyanya Arswendo dianugerahi Hadiah Zakse atas esainya Buyung Hok dalam Kreativitas Kompromi pada 1972. Tak hanya itu Wendo juga mendapatkan Hadiah Harapan dan Hadiah Perangsang dalam Sayembara Penulisan Naskah Sandiwara pada tahun 1972 dan 1973.

Pada bulan Juli tepatnya tanggal 19 tahun 2019 lalu Arswendo harus menghembuskan nafas terakhir karena penyakit kanker prostat yang dideritanya. Terima kasih Arswendo karena telah menghidupkan Literasi Indonesia.

Catan Kaki: Historia.id | Cnnindonesia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini