Tani Panen Ajak Masyarakat Dukung Climate Strike dengan Melawan Food Waste

Tani Panen Ajak Masyarakat Dukung Climate Strike dengan Melawan Food Waste
info gambar utama

Sepertiga makanan yang dihasilkan tidak berakhir di piring kita, atau bahkan dibuang ke tempat sampah. Setidaknya demikian menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations. The Economist tahun 2016-2017 juga menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara terbesar kedua setelah Arab Saudi yang menghasilkan food waste dan food loss di dunia.

Selain berdampak negatif terhadap ekonomi, food waste juga berdampak negatif pada lingkungan dan iklim, melalui kontribusinya terhadap karbon dioksida (CO2) dan metana yang dihasilkan.

Memahami permasalahan itu, Tani Panen mendukung aksi nyata untuk mengatasi krisis iklim alias climate strike. Dengan dukungan @america dan Campaign, Tani Panen mengadakan talkshow bertajuk “Food Waste Battle: Why Do We Throw Away Perfectly Good Food?”.

Topik ini diangkat sebagai upaya penyadartahuan masyarakat sebagai konsumen bahwa ada masalah serius di balik makanan yang mereka yang makan. Apa lagi, masalah ini masih terlalu sering diabaikan dan diremehkan, tanpa diketahui bahwa ada bahaya yang mengancam.

“Limbah makanan yang berada di tempat pembuangan akhir menghasilkan metana dalam jumlah yang sangat besar. Metana adalah gas rumah kaca yang lebih kuat daripada karbon dioksida (CO2), yang dapat memperburuk konsekuensi negatif pada pemanasan global, yaitu perubahan iklim. Oleh karena itu, ini adalah masalah yang perlu diangkat dan ditangani oleh kita semua,” tegas Satya Hangga Yudha Widya Putra, B.A. (Hons), MSc, terhadap potensi perubahan iklim yang disebabkan food waste.

Hangga sendiri merupakan Co-Founder dan Penasehat Indonesian Energy and Environmental Institute (IE2I) dan Ketua Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rumah Millennials.

Azmi Basyarahil, CEO dan Co-Founder Ranum Farm, juga menyampaikan peran penting yang dipegang konsumen. Misalnya, masyarakat harus mulai membangun ekosistem pertanian yang lestari dan saling menguntungkan bagi konsumen dan petani, semudah dengan ikut berkontribusi pada keberlanjutan sistem pangan, khususnya pangan sehat berkualitas yang dihasilkan dari sumber daya lokal.

Whisnu Afrianto, Founder dan CEO tanipanen @Campaign
info gambar

"Every bite of food has a story and impact on families, the environment, and our farmers. Mari bergotong royong! Fokus untuk terus mengkampanyekan cara baru kita dalam mengkonsumsi pangan. Kenali siapa penanamnya, ketahui kisah perjalanan pangan kita sendiri. The shorter our distance with food, the better!" tutur Azmi.

Tidak sekadar bincang-bincang, Tani Panen juga mengajak masyarakat untuk beraksi langsung dalam climate strike, dengan mengajarkan cara pembuatan eco-enzym dari sampah organik. Peserta yang hadir juga dapat mengikuti langsung sesi sensory test untuk merasakan makanan hasil olahan dari produk yang berbeda grade.

Kegiatan ini diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk mengambil langkah nyata untuk climate strike. Acara ini juga menjadi permulaan fase kedua gerakan Tani Panen di level sustainable agriculture.

Sebagai salah satu finalis Young Changemakers Social Enterprise Academy (YCSEA), Tani Panen membuat proyek food forest berlokasi di Kediri, Jawa Timur. Proyek ini kemudian diharapkan dapat menjadi wadah untuk penelitian, pendidikan, dan pemberdayaan masyarakat terkait isu pertanian, kehutanan, dan lingkungan.

Hal ini dilakukan karena Tani Panen percaya bahwa perubahan sistematis untuk mengatasi pemasalahan lingkungan bukan sekadar menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi juga harus dilakukan bersama-sama oleh seluruh masyarakat.

Aksi nyata juga dapat dilakukan lewat beragam cara, salah satunya adalah mengurangi konsumsi. Sebagai langkah awal aksi, tanipanen menantang masyarakat untuk beraksi dengan membuat daftar rencana belanja setiap kali akan pergi berbelanja. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan impulsif membeli barang yang sebenarnya tidak diperlukan dan berpotensi terbuang.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

MD
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini