Temanten Tebu; Upacara Adat Memulai Musim Giling Tebu

Temanten Tebu; Upacara Adat Memulai Musim Giling Tebu
info gambar utama

Istilah pengantin ternyata tidak hanya berlaku untuk manusia saja, tetpi juga berlaku untuk benda. Pengantin tebu misalnya. Ya, pengantin tebu adalah sepasang tebu yang dirias layaknya pengantin.

Lalu, apa yang dimaksud dengan pengantin tebu?

Pengantin tebu atau yang biasa disebut Temanten Tebu adalah upacara adat yang dilakukan di banyak Pabrik Gula (PG) khususnya di pulau Jawa untuk menandai awal musim penggilingan tebu setiap tahunnya. Tebu yang digunakan sebagai pengantin dapat berupa tebu-tebu yang dibentuk sehingga menyerupai boneka dan dirias layaknya pengantin. Namun, ada juga yang menggunakan boneka yang berwujud pengantin lalu tebu-tebu tersebut hanya sebagai pengiring boneka pengantin. Beberapa pabrik gula yang masih melestarikan upacara adat Temanten Tebu antara lain PG Pangka Kabupaten Tegal, PG Pesantren Baru Kota Kediri, PG Meritjan Mojoroto Kediri, PG Madukismo Yogyakarta dan pabrik gula lainnya.

Di PG Pangka Kab. Tegal, pengantin yang digunakan pada upacara gilingan tebu menggunakan boneka, sementara tebu-tebu menjadi pengiring dari boneka pengantin tersebut. | Sumber Tegal-Slawi
info gambar

Bagaimana prosesi Temanten Tebu dilaksanakan?

Setiap daerah atau setiap pabrik gula memiliki cara dan adat sendiri dalam melakukan prosesi Temanten Tebu. Secara umum, tebu-tebu yang hendak dipilih menjadi pengantin haruslah tebu yang bagus. Tebu-tebu tersebut kemudian dirias sedemikian rupa layaknya pasangan pengantin. Kemudian, Temanten Tebu diarak dari pabrik gula menuju tempat penggilingan tebu dengan diiringi oleh kebudayaan maupun adat dari masing-masing daerah. Sesampainya di tempat penggilingan, Temanten Tebu tersebut dinikahkan dengan cara digiling sebagai tanda mulainya musim giling tebu dan musim panen tebu.

Masing-masing ‘mempelai’ tebu diberikan nama oleh para petani dengan harapan nama yang disematkan dapat terwujud pada hasil tebu. Seperti misalnya nama ‘mempelai’ tebu di PG Rendeng Kudus yakni Roro Ayu Manis untuk tebu perempuan dan Bagus Rosan Prakosa. Nama Roro Ayu Manis disematkan pada tebu perempuan dengan harapan, hasil panen tebu dapat menghasilkan tebu yang manis dan batangnya cantik tanpa cacat. Selain itu, nama Bagus Rosan Prakosa juga menyiratkan harapan hasil panen tebu menghasilkan tebu yang bagus, kuat dan menjulang tinggi. Layaknya memberikan nama pada anak manusia, memberikan nama untuk pasangan Temanten Tebu pun harus memiliki arti yang baik.

Salah satu wujud syukur atas hasil panen tebu adalah dengan melakukan upacara adat temanten tebu. | Sumber Info Publik
info gambar

Apa sih tujuan diadakannya upacara Temanten Tebu?

Berlangsungnya prosesi Temanten Tebu bertujuan untuk mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dari petani dan pihak pabrik gula atas hasil panen tebu pada tahun tersebut. Selain itu, harapan hasil gilingan tebu menjadi gula dapat maksimal, karyawan pabrik gula selalu selamat saat mengoperasikan mesin-mesin penggiling tebu, serta hasil panen tebu dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat. Selain sebagai agenda tahunan guna mewujudkan rasa syukur, upacara Temanten Tebu juga kini menjadi salah satu daya tarik wisata tahunan bagi masyarakat setempat.

Musim giling tebu tidak hanya ditandai dengan Temanten Tebu, namun juga ditandai dengan adanya pasar malam di sekitar pabrik gula selama 2 minggu. Pasar malam tersebut menghadirkan banyak pedagang kaki lima, wahana permainan seperti komedi putar, biang lala, untuk memeriahkan musim giling tebu. Setiap pabrik gula memiliki jadwal yang berbeda dalam melakukan prosesi penggilingan, di PG Pangka Kabupaten Tegal biasanya penggilingan tebu dilakukan sekitar bulan Mei.


Catatan kaki: Liputan6.com| Kumparan | bumn.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Widhi Luthfi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Widhi Luthfi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini