Bagaimana Masjid Dapat Berperan dalam Aksi Cinta Lingkungan?

Bagaimana Masjid Dapat Berperan dalam Aksi Cinta Lingkungan?
info gambar utama

Eco-masjid adalah cara hidup berkelanjutan yang diterapkan di tempat ibadah. Inovsi ini digencarkan oleh Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup dan Sumber Daya Alam (LPLHSDA) Majelis Ulama Indonesia (MUI) bersama Dewan Majid Indonesia (DMI).

Dengan adanya penerapan tersebut masjid dapat berperan membangun kesadaran masyarakat terkait aksi ramah lingkungan.

Istilah eco-masjid muncul dari dua kata yaitu eco yang memiliki makna ekologi sehingga berhubungan erat dengan ekosistem yang dibentuk oleh mahluk dan lingkungan sekitarnya, dan masjid sebagai tempat ibadah umat muslim.

Eco-masjid sendiri memiliki tujuan agar fungsi masjid tak hanya terbatas sebagai tempat ibadah, namun juga pusat pembelajaran khususnya terkait lingkungan.

Dilansir dari dw.com, Dr. Hayu Prabowo selaku Direktur LPLHSDA MUI percaya bahwa permasalahan lingkungan khususnya yang diakibatkan oleh manusia berkaitan erat dengan moral manusia itu sendiri.

Pendekatan moral tepatnya lewat agama pun dirasa merupakan jalur yang ideal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk aktif menjaga alam.

Apa yang diterapkan eco-masjid?

Hingga saat ini masjid yang terdaftar sebagai penggiat eco-masjid sendiri berjumlah kurang lebih seratus, namun jumlah tersebut tak sepadan dengan jumlah total masjid yang ada di Indonesia yang mencapai sekitar 800 ribuan.

Masjid-masjid yang telah terdaftar umumnya melakukan pengembangan fasilitas energi dan air yang ramah lingkungan di antaranya seperti listrik surya dan biogas, panen air hujan, tungku bakar sampah, sumur resapan, keran hemat air wudhu hingga pembangkit listrik dari sampah dan masih banyak hal lain.

Masjid At Taufiq yang menjadi salah satu penggiat eco-masjid di Indonesia | Foto: faridfaizal.com
info gambar

Salah satu contoh eco-masjid adalah Masjid At Taufiq yang berlokasi di GOR Senen, Jakarta Pusat. Masjid tersebut telah memasang setidaknya lima fasilitas konservasi air tanah lewat pemanen air hujan, sumur resapan air, penghijauan, biopori dan penghemat keran air wudhu.

Perhatian khusus pada air

Masjid sebagai salah satu tempat ibadah umat dengan kapasitasnya untuk menampung umat tentu mengonsumsi air cukup banyak pula. Hal ini pun menjadi perhatian khusus eco-masjid.

Pada penjelasan Hayu ke greeners.co, air memang penting karena selain memiliki fungsi sebagai kebutuhan manusia keberadaannya juga harus dijaga, karena menjadi bagian dari proses menyucikan diri dalam peribadahan.

Ilustrasi umat muslim yang sedang membersihkan diri sebelum beribadah | Foto: bandungkita.id
info gambar

Terkait hal tersebut, eco-masjid memiliki tiga program yaitu hemat air, simpan air dan jaga air. Hemat air sendiri diberlakukan dengan mengajak umat muslim melakukan wudhu dengan volume air satu mud atau sebanyak dua telapak tangan orang dewasa sehingga tidak boros air. Banyak air yang sama dengan 625- 1030 ml tersebut sama dengan satu botol air mineral ukuran sedang.

Hayu juga menjelaskan pada greeners.co, pembatasan aliran keran air juga menjadi cara termudah untuk mengontrol debit air pada keran yang dipakai di masjid. Pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan memasang bulatan karet kecil berukuran setengah inci yang dilubangi dan dimasukkan sedotan air mineral. Berdasarkan hasil pengujian, cara ini dapat menghemat penggunaan air dari 50 hingga 70 persen.

Di tahun 2020 MUI juga menargetkan 1000 masjid dapat ikut bergabung sebagai penggiat eco-masjid. Upaya tersebut akan dilakukan diantaranya lewat lomba masjid ramah lingkungan, yang serupa dengan Adipura dan Adiwiyata.

Sumber: greeners.co | dw.com | idntimes.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

AH
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini