Menelusuri Kejayaan Band Rock Legendaris Indonesia

Menelusuri Kejayaan Band Rock Legendaris Indonesia
info gambar utama

Ketika musik rock menjamur di Amerika & Inggris, demam musik rock melanda dunia termasuk Indonesia. Musik keras yang dulu dikecam Presiden Soekarno dengan sebutan Musik ‘Ngak Ngik Ngok’ telah mulai memasuki Indonesia sejak dimulainya era orde baru.

Sudah tak dapat dipungkiri kalau industri musik rock di Indonesia memiliki cerita yang menarik untuk dinikmati. Musisi bergenre rock lambat laun mulai bermunculan, mulai dari era 70-an hingga sekarang. Namun tahukah kalian bahwa banyak band rock yang karyanya sempat mendunia dan berpengaruh bagi sejarah bangsa indonesia?

Saya berusaha merangkum beberapa band-band rock legendaris dengan musik, gaya, dan atraksi cadas yang dimilikinya.

  1. Godbless

GODBLESS BAND

Foto: Godbless Band | Sumber: GodBlessRock.com

Terbentuk pada tahun 1973, Godbless dipiawai dengan formasi awal Iyek (vokal), Ludwig (gitar), Fuad Hassan (drum), Yockie Suryoprayogo (keyboard) dan Donny Fattah (bas gitar).

Nama God Bless diperolehnya melalui sebuah rundingan kesepakatan yang sangat panjang. Beberapa nama sudah dirumuskan mulai dari The Balls, The Road, The Gods, sampai Crazy Wheels tetapi tidak kunjung menemukan kesepakatan nama yang dapat merepresentasikan bandnya.

Hingga disuatu waktu ditemukan kartu ucapan dengan tulisan "May God bless You!" yang tergeletak di meja ruang tamu Camila Malik, adik Iyek. Langsunglah muncul kesepakatan nama God Bless sebagai identitas band mereka hingga sekarang

  1. Duo Kribo

DUO KRIBO INDONESIA

Foto: Duo Kribo Vol. II | Sumber: Youtube.com

Duo Kribo muncul setelah perpecahan yang ada pada band Ucok Harahap, AKA (Apotik Kali Asin) dan band Achmad Albar, God Bless, yang sepi dari panggilan manggung. Nama Duo Kribo didapatkan dengan ciri khas penampilan rambut kribo duo maut ini.

Tak diduga-duga, bersama Ian Antono mereka berhasil menjual 100.000 kaset pada penjualan album pertama yang berjudul Duo Kribo Volume I (Irama Tara, 1977). Neraka Jahanam, Rahmat dan Cinta, dan Monalisa adalah hits kenamaan yang bikin mereka meledak di awal kemunculannya.

Sukses dengan album debut, Duo Kribo merilis Volume II (Irama Tara, 1978). Album berisi 9 lagu ini diracik oleh beberapa musisi ternama, di antaranya Ian Antono dan keyboardis legendaris Indonesia, Yockie Suryoprayogo (almarhum).

Gelombang rock yang dibawa duo kribo ini tidak hanya berhenti pada dunia musik rock saja, mereka memutuskan untuk melebarkan sayap ke industri perfilman. Melalui kesuksesan album-albumnya membuat mereka dilirik oleh Perusahaan Film Intercine untuk membuat Film Duo Kribo yang dirilis tahun 1978 dan disutradarai oleh Eduard Pesta Sirait yang menampilkan Achmad Albar, Ucok Harahap, Grace Simon, dan Eva Arnaz.

  1. AKA (Apotik Kali Asin)

AKA BAND INDONESIA

Foto: AKA Band | Sumber: Instasaver.org

Hal yang selalu terpintas di pikiran ketika mendengarkan musik rock adalah atraksi panggung yang beringas dan cadas. Ya hal itu dimiliki seorang Andalas Datoe Oloan Harahap alias Ucok Harahap, vokalis band AKA.

Band berasal dari Kota Pahlawan ini merupakan salah satu pioner rock legendaris di Indonesia. Nama AKA diambil dari bisnis keluarga Ucok yaitu Apotik Kali Asin (1967). Dengan personel final Sjech Abidin pada drum, Soenata pada gitar, Arthur Kaunang pada gitar, dan Ucok sebagai vokalis dan keyboardist.

AKA merilis album debut pada 1970, bertajuk Do What You Love. Produktivitas AKA terbilang tinggi, nyaris tiap tahun mereka tidak pernah absen merilis album. Meski usang, musik AKA tetap relevan didengar saat ini.

Pamor AKA melesat karena permainan musik yang cadas dan lihainya Ucok untuk memanaskan panggung dengan atraksi yang beringas selayaknya rockstar luar negeri. Kegilaan atraksinya dapat dilihat ketika ia berani meminum darah bintang, digantung dengan posisi kepala di bawah, hingga ditenggelamkan ke dalam peti mati. Aksi teatrikal tersebut pasti terekam di kepala tiap penonton yang menontonnya.

Malangnya kesukesan AKA tidak dapat diteruskan dengan personel secara utuh. Ketiga personel lainnya memutuskan hengkan dari band tersebut dan memulai band baru bernama SAS tanpa Ucok Harahap. Salah satu prestasi AKA salah satunya, mereka mampu menempatkan singel mereka yang bertajuk Crazy Joe ke dalam tangga lagu radio Australia. Sebuah kejadian langka dalam industri musik saat itu.

  1. The Gang Of Harry Roesli

The Gang Of Harry Roesli Band

Foto: Philosophy Gang Album | Sumber: Irama Nusantara

The Gang of Harry Roesli adalah grup progressive rock/jazz bentukan Alm. Harry Roesli bersama Albert Warnerin, Indra Rivai, dan Harry Krishnadi (akrab disapa Harry Pochang). Usai melepas Philosophy Gang, album mereka satu-satunya, mereka akhirnya bubar pada tahun 1975.

Dilansir melalui artikel di kompas.com, Pada 1973, mereka merilis Philosophy Gang. Album ini memuat tujuh komposisi, lima di antaranya ditulis Harry dan dua yang lainnya dibikin Albert. Lewat Philosophy Gang, kita diperlihatkan betapa mahir dan jeniusnya Harry memadukan rock dengan blues, funk, dan jazz.

Sayang, perjalanan The Gang of Harry Roesli cuma bertahan selama lima tahun. Harry memutuskan untuk fokus kepada proyek Teater Ken Arok miliknya. Teater Ken Arok terinspirasi oleh pementasan bertajuk Jesus Christ Superstar yang dibawakan Remy Sylado dan kelompoknya di Orexas pada 1973.

  1. The Rhythm Kings

The Rhythm Kings Band Indonesia

Foto: The Rhythm King - Sunyi | Sumber: Youtube.com

Berasal dari Medan grup band ini terbentuk tahun 1967, terdiri dari Mawi Purba (bas/vokal), Mawan Purba (gitar/vokal), Reynold Panggabean (drum -yang kemudian digantikan Ayun) Muchsin (bas), Darma Purba (saksofon) mengawali karier mereka sebagai band pengiring pesta-pesta dansa di sekolahan. Dalam setiap aksi panggung di Sumatera Utara dan Aceh mereka sering memainkan nomor-nomor dari Deep Purple, Lead Zeppelin, Black Sabbath dan Santana.

Dalam perjalanannya mereka bahkan mampu menembus Singapura dan dikontrak main di night club Flamingo selama 3 bulan. Nama The Rhythm of King’s merambah tingkat Nasional setelah menghasilkan debut album Maafkanlah Beta (1970) dilanjutkan Pujaanku (1972) dan AIga (Pop Melayu/ 1973).

Band ini bisa disebut lebih eksis sebagai band panggung, namun mereka tak menyesali kurang terkenal sebagai band rekaman.

Sumber: tirto.id | supermusic.id | kompas.com | kumparan.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini