Piala Dunia U-20 2021 Bukan Garis Finis

Piala Dunia U-20 2021 Bukan Garis Finis
info gambar utama

Melaju ke Piala Dunia selalu menjadi mimpi Indonesia. Bahkan saking inginnya tampil di ajang itu, selalu saja ada calon Ketua Umum PSSI yang mencantumkan "lolos ke Piala Dunia" di visi misinya.

24 Oktober 2019 lalu, Indonesia telah dipastikan bakal tampil di Piala Dunia. Bukan yang senior memang, tapi 'hanya' timnas juniornya. Di tahun 2021 mendatang Timnas U-20 kita akan berlaga di kejuaraan internasional dua tahunan itu.

Usai kabar gembira ini tersiar di seantero negeri, euforia langsung melanda seluruh Bumi Pertiwi. Walau lolos karena terbantu status tuan rumah, tapi negara mana yang tak bangga timnasnya bermain di Piala Dunia?

Uni Emirat Arab (UEA) saja sewaktu lolos ke Piala Dunia 1990, tiap pemainnya dihadiahi satu unit mobil Rolls Royce, walau tersingkir di fase grup sebagai juru kunci. Kemudian Haiti yang menjadi bulan-bulanan di penyisihan grup Piala Dunia 1974, dengan bangganya menjunjung "prestasi" mencetak gol yang membuat rekor nirbobol beruntun Dino Zoff terhenti di menit 1.142.

Dan ini kita bicara tentang Indonesia. Negara yang mengagungkan sepak bola di atas segalanya. Orang rela meredam nafsu politiknya sejenak karena sepak bola, rela menahan hasrat seksualnya hanya demi nonton bola, bahkan bisa saja lupa Jumatan gara-gara bal-balan.

Tak peduli apakah yang bermain timnas senior atau junior, toh ini tetaplah Piala Dunia. Apa lagi, Indonesia punya anomali. Timnas juniornya lebih disayang masyarakat ketimbang timnas seniornya. Para remaja dengan lambang Garuda di dada, kini lebih bergelimang trofi ketimbang kakak-kakaknya yang kerap dihujani caci-maki.

Tapi perlu diingat, bermain di Piala Dunia bukanlah tujuan akhir sepak bola Indonesia. Justru, kesempatan inilah yang menjadi titik awal era baru olahraga sebelas lawan sebelas ini di Tanah Air.

BACA JUGA: Piala Tiger, Arena Bertarung Predator Asia Tenggara

Timnas U-19 Indonesia usai mencetak gol penyama kedudukan ke gawang Korea Utara (10/11) | Foto: pssi.org
info gambar

Babak baru, generasi baru

Di Piala Dunia U-20 2021, Indonesia akan diwakili oleh generasi Bagus Kahfi, Bagas Kaffa, David Maulana, dan rekan-rekannya. Merekalah generasi pemenang Piala AFF U-16 2018, dengan permainan memukau, aksi-aksi brilian, dan banjir gol. Nyaris tanpa cela.

Di kaki, tangan, dan kepala mereka, narasi sepak bola Indonesia seakan menemui cerita bahagianya. Setelah menjadi yang terbaik di Asia Tenggara level U-16 tahun lalu, tahun ini anak-anak asuh Fakhri Husaini tersebut sukses meraih tiket kelolosan ke Piala Asia U-19 2020.

Garuda Jaya (julukan Timnas U-19) menjadi penerang di tengah redupnya prestasi timnas di level internasional. Maka tak heran, mereka digadang-gadang jadi generasi baru yang akan memulai babak baru sepak bola Indonesia.

BACA JUGA: Garuda Jaya Genggam Tiket ke Piala Asia

Setiap generasi punya ceritanya masing-masing. Generasi Rully Nere yang merajai Asia Tenggara tahun 1980-an, generasi Bambang Pamungkas identik dengan runner-up, generasi Evan Dimas yang membuat publik mulai melirik timnas junior, kemudian generasi Egy Maulana Vikri yang banyak menarik atensi klub Eropa, dan kini muncul generasi Bagas-Bagus dengan segala potensinya.

Di setiap lini, ada tipe pemain modern yang sangat dirindukan timnas senior Indonesia. Ketenangan Rizky Ridho mengolah bola di lini belakang, piawainya David Maulana mengatur tempo permainan dan mengirim umpan panjang, juga betapa uniknya chemistry Bagas-Bagus yang berposisi bek kanan dan penyerang, dalam mengobrak-abrik pertahanan lawan.

Kelak, mereka yang akan menggantikan kakak-kakaknya di timnas senior. Kelak, mereka yang akan menjadi tulang punggung Tim Garuda.

Ketika Beto Goncalves dan Ilija Spasojevic semakin menua, ketika kaki-kaki Andik Vermansah dan Riko Simanjuntak tak lagi selincah di usia emasnya, ketika Evan Dimas dan Ricky Fajrin menuju kepala tiga, dan bila belum ada kiper yang benar-benar memberi rasa aman, di para penggawa Timnas U-19 harapan itu ada.

5-6 tahun lagi, generasi yang menjuarai Piala AFF U-19 2013 akan menyentuh usia emasnya. Di saat itu pula, Saddil Ramdani, Egy Maulana Vikri, dan kolega seangkatannya mencapai usia matang di kisaran 25 tahun. Bayangkan, betapa hebatnya jika generasi itu ditambah materi pemain terbaik dari Timnas U-19 saat ini.

Tentu dengan catatan, tidak ada faktor non-teknis yang menghambat laju karier mereka. Baik dari sisi internal (diri mereka sendiri), maupun eksternal (federasi, klub, kompetisi).

BACA JUGA: Kalau Suporternya Tidak Dewasa, Timnasnya Ya Gitu-gitu Aja

Piala Asia U-19 2020 dan Piala Dunia U-20 2021 akan menjadi dua turnamen besar untuk mengukur kemampuan Timnas U-19 generasi terkini. Dengan lawan tanding dan atmosfer yang berbeda, dua kejuaraan itu akan memberi pengalaman baru dibandingkan bermain di level Asia Tenggara. Privilege ini tidak dimiliki generasi-generasi sebelumnya.

Dibandingkan berkali-kali mengadakan pemusatan latihan di luar negeri, mengundang tim antah-berantah untuk uji tanding, bukankah jauh lebih efektif menurunkan langsung timnas di ajang kompetitif level Asia dan dunia?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini