Pada Selasa (12/11) Prof. Bambang Hero Saharjo, seorang Spesialis Forensik Api, Insitut Pertanian Bogor (IPB) mendapat penghargaan John Maddox dalam acara penganugerahan John Maddox Prize 2019 yang dilakukan di Welcome Collection, Euston, London. Terpilihnya sosok Bambang dilatarbelakangi oleh perjuangan yang dilakukannya lewat berbagai advokasi untuk menjaga kondisi hutan di Indonesia.
Penghargaan yang diberikan oleh Putri John Maddox yaitu Robyn Maddox tersebut adalah bentuk apresiasi kepada para ilmuwan yang memiliki pendirian teguh dalam mempertahankan fakta ilmiah yang didapatkan yang juga bisa dipertanggungjawabkan.
Penghargaan yang sudah diberikan kepada beberapa ilmuwan selama 8 tahun terakhir tersebut pun didapatkan setelah dilakukan penjurian oleh tokoh-tokoh ilmuwan Inggris yang tergabung dalam organisasi nirlaba, Sense About Science.
Sebagai Guru Besar IPB dalam bidang Perlindungan Hutan, Prof. Bambang memiliki kemampuan untuk melacak rute dan sumber kebakaran hutan. Kemampuan tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh pria kelahiran Jambi tersebut dengan menggunakan data penelitiannya sebagai bukti guna melawan pengertian-pengertian yang salah terkait kebakaran hutan di Indonesia.
Dilansir dari Kompas.com selama ini Prof. Bambang sendiri sudah bersaksi pada 500 kasus pengadilan yang menyelidiki masalah kebakaran. Bahkan pada 2018 dirinya sempat digugat oleh sebuah perusahaan sawit karena mengajukan bukti pembakaran lahan gambut oleh perusahaan tersebut. Beruntung gugatan tersebut ditolak sehingga dirinya tak terjerat hukuman dan denda kepada persuhaan terkait.
Perjuangan Bambang ternyata dilihat oleh seorang profesor asal Universitas Lancaster, Inggris. Karena berbagai hal yang dilakukannya dirasa perlu untuk diapresiasi dan mendapat pengakuan ilmuwan lain di dunia namanya pun dicalonkan dalam John Maddox Prize 2019. Bambang pun akhirnya terpilih dari 206 kontestan yang berasal dari 38 negara.
Pria kelahiran 10 November 1964 tersebut memang selalu fokus mempelajari lingkungan. Ia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 1987. Setelah itu ia melanjutkan pendidikan master di Kyoto University pada 1996 dengan fokus pada Divisi Pertanian Tropis.
Ia akhirnya menamatkan pendidikan doktornya di Kyoto University pada 1999 tepatnya di Laboratorium Tropical Forest Resource And Environment, Division Of Forest And Biomaterial Science.
Sumber: kompas.com | sinarharapan.co
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News