Beragam Rokok Anti Kanker dari Gombong

Beragam Rokok Anti Kanker dari Gombong
info gambar utama

Gombong, salah satu kota di Kebumen, Jawa Tengah yang masih jarang sekali didengar oleh masyarakat Indonesia. Padahal, Gombong menyimpan banyak cerita budaya yang tidak kalah unik dari daerah lainnya di Indonesia. Salah satu keunikannya ialah terdapat rokok linting khas Gombong yang masih eksis hingga saat ini.

Terdapat perusahaan Rokok Klembak Menyan atau yang lebih dikenal dengan merk Rokok Sintren. Perusahaan rokok klembak menyan telah beroperasi dari tahun 1955 hingga saat ini, yang diawali oleh pasangan suami istri The Tjoan (Agus Subianto) dan Tjo Goe Nio (Setiawati). Saat ini usaha rokok klembak menyan diteruskan oleh anak mereka yang merupakan generasi kedua keluarga, Edi Hartanto.

Selain memproduksi rokok bermerk Sintren, perusahaan rokok klembak menyan juga memproduksi rokok dengan merk Togog dan Bangjo. Perusahaan dengan bangunan zaman dahulu ini masih bertahan dan berdiri kokoh di Jl. St.Ganggodndang, Wonokriyo, Kec. Gombong

Tidak hanya merek rokok Sintren yang bertahan sejak tahun 1955, para pekerjanya pun masih bekerja di pabrik ini dari tahun 1955 hingga saat ini. Maka dari itu jangan kaget jika tidak menemukan satu pun pekerja yang masih berusia muda di pabrik ini, melainkan para pekerja dengan usia 65 tahun hingga 90 tahun.

Hal yang sangat menakjubkan karena pekerja yang mengoperasikan alat pemotong kertas, pengelola bahan baku, keuangan, hingga para pelinting rokok sudah banyak yang bungkuk, berkulit kriput, dan rambut penuh dengan uban.

Pekerja pabrik rokok Klembak Menyan | Foto: Della Aniswara/GNFI
info gambar

Para pekerja di perusahaan rokok klembak menyan ini, mulai bekerja dari jam 6 pagi hingga jam 1 siang. Saat ditemui oleh tim GNFI, Edi mengatakan “Si mbah sudah pada tidak kuat bekerja lama-lama, punggung mereka sudah pada sakit. Yasudah saya bilang ke para si mbah, kerja semampunya saja mbah”.

Orang tua Edi, Agus Subianto berpesan agar Edi tidak memecat para karyawan yang bekerja di sini, orang tua Edi mengatakan telah banyak utang budi dengan mereka.

Saat ditemui di kantornya oleh tim GNFI, Edi mengaku tidak pesimis dengan persaingan rokok linting dan rokok-rokok dari perusahaan besar. Edi mengaku masih banyak sekali konsumen yang masih menikmati rokok ini.

Untuk pemasaran rokok merek Togog biasa Edi lakukan ke daerah Purbalingga, Magelang hingga Wonosobo. Untuk merek rokok Bangjo Edi pasarkan di daerah Purwokerto, Sidareja, Majenang dan Aji barang

Hal yang Edi takutkan di era saat ini bukan bangkrut, namun tidak ada pekerja lagi yang bisa memproduksi rokok ini. Pada tahun 1988 saat Edi memimpin perusahaan ini, terdapat 1.200 karyawan yang terdaftar di perusahaan ini, namun kini hanya tersisa 50 pekerja saja. Penurunan pekerja ini dikarenakan para pekerja yang telah gugur dimakan usia.

Pembuatan rokok Sintren, Togog dan Bangjo hanya menggunakan tiga bahan baku saja yaitu tembakau sebagai bahan utama ditambahkan dengan klembak dan sedikit menyan.

Klembak merupakan bahan yang digadang-gadang sebagai bahan yang bisa mencegah kanker oleh Edi Hartanto, dan salah satu bahan penting dalam tradisi pengobatan Tionghoa.

Untuk mendapatkan bahan baku pembuatan rokok, Edi biasa mengambil bahan baku dari berbagai daerah di Indonesia, klembak biasa diambil dari pengepul di daerah Wonosobo dan Magelang, Menyan diambil dari daerah Tapanuli, dan tembakau dari daerah Mutilan, Magelang. Sedangkan kertas untuk melinting rokoknya biasa Edi dapatkan dari daerah Malang

Bagaimana Kawan GNFI, tertarik untuk mencoba rokok sintren atau datang langsung ke pabrik rokok klembak menyan? Yuk langsung saja datang dan eksplorasi Gombong.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Della Aniswara lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Della Aniswara.

Terima kasih telah membaca sampai di sini