Cok: Tiga Huruf untuk Semua Situasi

Cok: Tiga Huruf untuk Semua Situasi
info gambar utama

Kata-kata umpatan biasanya berkonotasi negatif, diucapkan dengan nada tinggi, dan dibalut ekspresi penuh amarah. Tapi, di Jawa Timur tepatnya Surabaya dan Malang, ada satu kata umpatan yang bisa dipakai untuk berbagai keadaan.

Kalau kalian pernah berkunjung ke dua kota itu, atau malah orang asli sana, pasti sangat familiar dengan kata "cok". Kependekan dari kata "jancok" ini ibarat sudah menjadi satu paket dengan keseharian warga Surabaya dan Malang. Sebabnya, "cok" termasuk kata yang serba guna.

Saking serba gunanya, "cok" di dua kota yang hanya terpisah jarak 80 kilometer itu bisa dipakai untuk mengumpat, menunjukkan kesenangan, memanggil teman, sampai latah pun bisa. Mungkin, tingkat ke-serbaguna-an kata "cok" cuma bisa disaingi layanan-layanan ojek daring.

Kalau mengumpat, ucapkanlah "jancok" atau "cok" dengan intonasi sekesal-kesalnya, kalau perlu sekeras-kerasnya. Kalau sudah dikeluarkan dari mulut sesuai tata aturan yang benar dan tepat, seisi dunia dari ujung langit sampai bawah goa pun bakal tahu kalau kamu lagi marah.

Kalau lagi senang, "jancok" atau "cok" juga bisa jadi bumbu penguat kesenangan. Misalnya, "Jancok aku nemu duik" (Jancok aku nemu duit), "Jancok apik rek mobile" (Jancok bagus banget mobilnya), atau "Jancok aku ketompo PNS" (Jancok aku keterima jadi PNS).

Ya dengan catatan bisa membedakan kapan, siapa, dan di mana mau pakai kata "jancok". Kan nggak lucu kalau lagi lamaran dan di-acc terus bilang, "Jancok suwun, Beb" (Jancok terima kasih, Beb) di depan orang tuanya.

Nah kalau memanggil teman atau lagi latah, tinggal ucapkan saja "cok" di awal atau akhir kalimat. Mirip-mirip kata "anjir" atau "njir" gitu lah, cuma beda daerah dan logat saja. Walau berbeda-beda tapi tetap sama, ya kaan...

BACA JUGA: Boso Suroboyoan: Bahasa Jawa dengan Keunikan Jawa Timur

Misteri asal kata "jancok"

Kata "cok" ini memang unik. Bukan hanya karena bervariasi cara memakainya, tapi juga bermacam-macam versi sejarahnya.

Konon, kata "jancok" berasal dari pelukis Belanda bernama Jan Cox yang dikagumi oleh tentara Negeri Kincir Angin sewaktu menjajah Indonesia, sampai namanya ditulis di tank. Jadi kalau tentara Belanda datang menaiki tank Jan Cox, prajurit Surabaya berteriak "Jan Cox, Jan Cox..." yang akhirnya jadi "jancok".

Aduh, kasihan juga ya itu pelukis namanya jadi bahan umpatan. Hiks... cabal eah...

Versi kedua, "jancok" berasal dari bahasa Belanda yantye ook yang berarti "kamu juga". Dulu prajurit Indonesia di Surabaya sering mencemooh tentara Belanda dengan bahasa itu, yang kemudian beralih jadi "yancok" lalu "jancok".

Hmm kalau ini serasi ya dari yang awalnya buat ngatain orang sampai jadi kata umpatan beneran.

Tapi, ada juga versi yang menyebutkan kalau "jancok" berasal dari bahasa Jawa "jan" yang berarti "sangat" dan "cak" yang berarti kakak. Karena diucapkan untuk meluapkan kekesalan, akhirnya berubah jadi "jancok". Versi ini adalah hasil penelitian Jaseters yang juga dicantumkan Mojok.co di artikelnya.

BACA JUGA: Boso Walikan Malang dan Sejarah Panjang Para Pejuang

***

Dari Belanda sampai Surabaya, asal-usul kata "jancok" masih jadi misteri, belum diketahui mana yang benar. Ah, tapi siapa yang peduli. Yang penting kata ini bisa pas digunakan di situasi apa pun, dan praktis banget karena cuma berisi tiga huruf.

Kan kalau di SMS cuma tiga huruf biayanya lebih murah. Ehem... hape siapa hayo??

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini