Menyaksikan Keanggunan Bangau di Desa Petulu

Menyaksikan Keanggunan Bangau di Desa Petulu
info gambar utama

Ubud memang menjadi wadah sejuta daya pikat yang seakan tidak ada habisnya. Nuansa sawah hijau bertingkat terdapat di tengah-tengah udara sejuk sekedar salah satunya.

Ubud juga punya suatu desa adat di mana kamu berkesempatan melihat pemandangan unik yang susah ditemui di tempat yang lain, yakni ribuan bangau bersarang di pohon-pohon Desa Petulu.

Desa Petulu, kampung adat yang jaraknya cuma 10 menit dari Ubud, ialah rumah buat ribuan burung bangau atau yang lebih dikenal kokokan yang menetap damai di pohon-pohon.

Burung kokokan yang besar berleher panjang itu hidup terbebas tanpa diganggu, kemudian mereka tinggal di pohon, wilayah persawahan hijau serta bahkan halaman rumah orang-orang.

Berjalan mengeksplor Desa Petulu yang damai, dengan panorama sawah juga pura asli Bali, sekaligus melihat kelakuan burung kokokan yang sukanya riuh di pepohonan jelas akan memberimu sensasi yang fun dan unik.

Lalu seperti apa sih burung kokokan sebanyak itu bisa tinggal di desa?

Berdasar pada kisah, burung kokokan telah menyambangi Desa Petulu tahun 1965. Ketika itu semata-mata hanya 5 ekor yang hadir. Sekian bulan berselang, jumlahnya terus membanyak sampai dengan puluhan.

Penduduk juga merasa tertarik untuk menangkap kemudian memelihara burung putih yang anggun begitu. Bahkan tampak yang memburu untuk memakannya. Akan tetapi sejumlah orang yang mengincar burung kokokan balik lagi ke desa tuk melepasnya. Alasannya, tidaklah kuat.

Mereka mengaku dikunjungi oleh makhluk aneh dengan tubuh besar hitam juga menyeramkan sehabis menangkap kokokan. Makhluk itu tak cuma datang ke dalam mimpi, tetapi juga kedalam kenyataan. Ajaibnya, yang menghadapi hal serupa sampai 50 orang lebih!

Kesudahannya, pendeta beserta warga desa menjalin upacara permintaan maaf di bagian pura setempat. Kala prosesi berlangsung, pendeta kesurupan kemudian menyampaikan bila aslinya burung kokokan antara lain rencang atau pengawal untuk Ida Batara, dewa yang dipuja-puja oleh penduduk setempat.

Burung-burung itu antara lain pasukan yang jaga desa dari niskala ataupun dunia maya, juga mencegah gangguan penyakit juga hama yang menginvasi sawah penduduk.

Terbukti, ketika penduduk desa mengerjakan tugu di pura desa yang menjadi persembahan pada kokokan itu, desa bertambah makmur, panen melimpah ruah dan tidaklah ada bahaya yang mengancam sampai dengan hari ini.

Waktu yang cocok untuk melihat Burung Kokokan

Burung Kokokan yang tinggal di Desa Petulu Ubud punya bulu putih salju pada bagian punggung juga wajah kecoklatan. Mereka tinggal di pohon-pohon yang terdapat di sepanjang perjalanan desa sampai dengan halaman Pura Desa Adat Petulu.

Untuk melihat Burung Kokokan, kamu bisa datang saat bulan Oktober sampai dengan Maret, lantaran pada periode itu ribuan ekor Burung Kokokan pasti datang untuk bersarang, bertelur, kemudian mengeramkan telur sampai menetas. Anak-anak Burung Kokokan mulai terbang saat Maret.

Pada April-September, kelompok Kokokan berkurang pada saat siang hari. Kemungkinan mereka pergi untuk mencari makan di desa lain. Akan tetapi pada saat senja hari, kira-kira pukul 17.30, Burung Kokokan pulang ke Desa Petulu.

Jadi sebaiknya, dengan bulan-bulan itu, datanglah sewaktu sore ke desa untuk melihat kokokan. Untuk lihat Burung Kokokan di Desa Petulu, kamu tidaklah mesti membayar mahal. Semata-mata hanya ada kotak donasi sukarela yang ada di pos penjagaan begitu memasuki desa.

Jangan ketinggalan membawa topi maupun pelindung kepala yang lainnya, untuk mengantisipasi kotoran Burung Kokokan. Tetapi menurut mitos, apabila kamu kejatuhan kotoran Burung Kokokan, itu tandanya kamu segera mendapatkan keberuntungan!

Sama sebagaimana apabila melihat Kokokan Hitam. Lantaran, Kokokan Hitam pada Desa Petulu tidak lebih dari dua ekor, dan mereka ialah pemimpin untuk ribuan kokokan yang lainnya.

Jadi, jangan lupa memasukkan Desa Petulu ke dalam itinerary perjalananmu, di sela-sela kunjungan Monkey Forest, menyaksikan rice terrace Tegal Alang, rafting Sungai Ayung, datang ke museum juga galeri seni di Ubud, maupun bersantap di Bebek Bengil maupun Bebek Tepi Sawah!

Sumber: travelwisataindonesia.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini