Satu Dekade doctorSHARE Arungi Wilayah 3T

Satu Dekade doctorSHARE Arungi Wilayah 3T
info gambar utama
  • Sejak berdiri pada 19 November 2009, doctorSHARE telah melakukan beragam upaya untuk membuka akses layanan kesehatan di wilayah 3T.
  • Beberapa di antaranya adalah dengan tiga unit RS Apung, dan layanan Dokter Terbang.
  • Seremoni 10 tahun berdirinya doctorSHARE digelar pada Sabtu (23/11) di Baywalk Mall Pluit, Jakarta Utara.

Sudah 10 tahun lamanya doctorSHARE menyediakan layanan kesehatan gratis untuk wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) terutama di wilayah Indonesia Timur. Dari satu dekade terlaksananya misi mulia itu, doctorSHARE telah membantu belasan hingga puluhan ribuan pasien di wilayah tersebut.

doctorSHARE yang berdiri tanggal 19 November 2009, pada Sabtu (23/11) lalu mengadakan seremoni 10 tahun bedirinya organisasi kemanusiaan non-profit ini.

Bertempat di Baywalk Mall Pluit, Jakarta Utara, acara ini turut dihadiri dr. Lie Dharmawan selaku pendiri doctorSHARE, dan RS Nusa Waluya II yang merupakan RS Apung terbesar di dunia dari kapal tongkang.

Menurut dr. Lie, Indonesia sebagai negara kepulauan perlu memiliki sistem layanan kesehatan terpadu yang memudahkan masyarakat hingga ke pelosok.

"Sudah selayaknya setiap masyarakat di Indonesia mendapatkan layanan kesehatan yang sama. Masyarakat di kota maupun di pedesaan harus mendapat layanan kesehatan yang layak. Ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja, melainkan tugas kita bersama untuk mewujudkannya," tutur dr. Lie.

dr. Lie Dharmawan (kanan) bersama Wakil Ketua Pelaksana Harian doctorSHARE, Tutuk Utomo Nuradhy (kiri) dan dr. Stephanie (tengah) | Foto: Aditya Jaya/GNFI
info gambar

BACA JUGA: RS Apung dan Misi Mulia di Pelosok Indonesia

Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2018 menunjukkan, di Indonesia hampir 63 persen masyarakat masuk ke kategori "sulit" dan "sangat sulit" untuk mendapat akses layanan kesehatan di rumah sakit. Kemudian angka lain menyebutkan 60,8 persen masyarakat Indonesia kesulitan mengakses layanan kesehatan primer seperti Puskesmas atau klinik.

Definisi sulit dalam Riskesdas dilihat berdasarkan jenis moda transportasi yang digunakan, waktu tempuh dari dan menuju lokasi kesehatan, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk menuju fasilitas kesehatan terdekat.

Untuk menanggulanginya, Indonesia menjadi salah satu dari 193 negara yang berkomitmen membawa perubahan di dunia melalui SDGs (Sustainable Development Goals), yang mana kesehatan menjadi salah satu poinnya.

BACA JUGA: Di Indonesia, AI Mulai Dipakai untuk Periksa Kesehatan

Hal tersebut juga tertuang di Perpres no. 59 tahun 2017, yakni kesempatan untuk mengembangkan daerah sesuai dengan SDGs bisa dilakukan melalui koordinasi antara pemerintah daerah, akademisi, pihak swasta, filantropi, masyarakat sipil, dan media.

"doctorSHARE menempatkan diri sebagai mitra pemerintah dalam upaya pemerataan akses kesehatan. Ini selaras dengan salah satu Nawa Cita pemerintah yaitu membangun Indonesia dari pinggiran," ucap dr. Lie.

doctorSHARE memiliki tiga unit kapal Rumah Sakit Apung (RSA) untuk menjalankan misi mulianya. Kapal-kapal itu bernama RSA dr. Lie Dharmawan, RSA Nusa Waluya I, dan RSA Nusa Waluya II. Masing-masing RSA ditempatkan di lokasi berbeda-beda dengan masa operasi tertentu.

Selain itu, doctorSHARE juga memiliki layanan Dokter Terbang, Klinik Tuberkulosis, dan Panti Rawat Gizi (PRG). Semuanya bisa diakses masyarakat secara gratis di wilayah 3T.***

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini