Kolaborasi dan Sinergi untuk Indonesia 2030

Kolaborasi dan Sinergi untuk Indonesia 2030
info gambar utama

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang lebih dikenal sebagai SustainableDevelopmentGoals (SDGs) memang merupakan visi global dalam menciptakan dunia yang lebih baik pada 2030 mendatang. Namun, pelaksanaannya sangat bergantung pada pencapaian di tingkat nasional dan lokal setiap negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Terlebih jika mengingat bahwa dunia sedang mengalami puncak bonus demografi di mana 1,8 miliar jiwa adalah generasi muda yang mayoritas berasal dari negara-negara Asia dan Afrika, dengan pertumbuhan populasi yang jauh di atas rata-rata negara maju di Eropa, Amerika, dan Oseania.

Begitupun dengan fenomena yang terjadi di Indonesia, yang sedang berada dalam fase bonus demografi hingga 2030 mendatang. Hampir 70 juta jiwa atau hampir seperempat penduduk Nusantara adalah generasi muda.

Ini tentu menjadi peluang emas sekaligus tantangan besar bagi Indonesia yang sedang mengalami transisi dan transformasi pembangunan dari negara berkembang menjadi negara industri.

Tidak hanya sekedar hadir dan berpartisipasi, melainkan aktif dan turut mengendalikan percaturan internasional di berbagai bidang.

Transisi dan transformasi pembangunan tersebut perlu didukung oleh basis data yang valid dan akurat, sehingga akan tepat dan bermanfaat dalam mengimplementasikan strategi pelaksanaan SDGs baik di tingkat nasional maupun lokal.

Khususnya dalam bidang kepemudaan, masih sangat jarang ditemukan basis data yang dapat diandalkan. Terlebih budaya riset dan inovasi baru mulai digenjot kembali sejak kepemimpinan Presiden Jokowi ini.

Stevie Leonard Harison, founder Inspirator Muda Nusantara, menyatakan bahwa laporan survey Indonesian Youth Database on SDGs (I-USE) merupakan parameter awal dari pengembangan basis data kepemudaan dan pembangunan berkelanjutan, yang akan terus dikembangkan sehingga akurasi dan validasinya dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam hasil laporan I-USE tersebut ditemukan bahwa masih banyak institusi kepemudaan yang mengalami kendala dalam hal mendapatkan dukungan pemerintah baik secara administratif (organisasi dan komunitas) maupun akses permodalan (unit bisnis).

Meskipun begitu, kepercayaan akan membaiknya kondisi Indonesia ke depannya mendorong munculnya optimisme besar akan pencapaian SDGs nasional pada 2030 mendatang.

Terdapat 9 bidang prioritas gerakan kepemudaan di Tanah Air saat ini yakni pendidikan, kewirausahaan/ekonomi, lingkungan hidup, perdamaian, kesehatan, kesejahteraan sosial, hak asasi manusia, riset & teknologi, serta pengembangan komunitas. Bidang-bidang tersebut tentu mendukung langsung operasionalisasi SDGs di Indonesia.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan kolaborasi dan sinergi antara institusi kepemudaan dan pihak-pihak (stakeholders) lainnya dalam mendukung program dan aksi yang dilakukan terutama pemerintah (baik pusat maupun daerah), sebagai pencetus utama kebijakan.

Lebih khususnya Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas yang mengurusi tentang SDGs di Indonesia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini