Generasi Menunduk dan Risiko yang Tersimpan

Generasi Menunduk dan Risiko yang Tersimpan
info gambar utama

“Kecanduan”, mungkin kata inilah yang menggambarkan apa yang sedang dialami oleh sebagian besar kalangan generasi milenial sekarang.

Seiring dengan pesat dan cepatnya perkembangan jaringan-jaringan di dunia yang tak terbatas dan semakin canggihnya teknologi dari gawai merupakan sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.

Perkembangan tersebut dapat mengubah dunia, tak terkecuali juga mengubah generasinya. Teknologi gawai yang canggih dan akses internet yang lancar menjadikan keistimewaan sendiri untuk terus membawa gawai ke manapun saat beraktivitas.

Generasi-generasi menunduk ini sangat mudah kita jumpai di manapun, mereka selalu menggenggam gawai mereka dan asyik berselancar di dunia maya untuk menggali sebuah informasi-informasi yang mereka inginkan.

Tak ayal, ini menjadikan mereka kurang peduli terhadap apa yang ada di sekitarnya.

Teknologi sekarang membawa kita pada peradaban yang tak mengenal batasan-batasan. Namun, teknologi juga membawa kita pada perubahan yang berdampak negatif yang terus menghantui saat kita menyalahgunakannya, atau tidak tepat pemakaiannya.

Dampak ini bisa berupa fisik seperti penurunan fungsi penglihatan mata, dan menggangu psikologis dengan terjangkit penyakit nomophobia (No Mobile Phone Phobia), yaitu suatu sindrom yang menyebabkan seseorang ketakutan jika tidak membawa dan menggunakan handphone atau gawai mereka, atau kejahatan dunia maya cybercrime dan masih banyak dampak lainnya.

Journal of Family Medicine and Primary Care, sebuah organisasi penelitian yang berbasis di Inggris, melakukan penelitian untuk mengevaluasi kemungkinan gangguan kecemasan yang terjadi, karena terlalu sering menggunakan ponsel.

Studi tersebut mengemukakan bahwa hampir 53 persen individu yang menggunakan ponsel, berpura-pura khawatir ketika “kehilangan ponsel mereka, kehabisan baterai atau kredit, dan tidak memiliki jaringan”.

Studi juga mengungkapkan bahwa sekitar 58 persen pria dan 47 persen wanita menderita kecemasan ponsel, dan 9 persen merasa tegang ketika ponsel mereka dimatikan.

Journal of Family Medicine and Primary Care juga membandingkan tingkatan stres atau kecemasan yang diakibatkan nemophobia setara dengan kegelisahan di hari pernikahan

Fenomena generasi menunduk ini sangat tampak pada kehidupan sosial. Tak ayal mereka seperti memiliki dua dunia, yaitu dunia nyata dan dunia maya.

Mereka rela menghabiskan sebagian waktu produktifnya dengan asyik berselancar di dunia maya. Hampir di setiap aktivitas mereka selalu tak pernah bisa lepas pada gadget.

Dalam kehidupan sehari-hari sekarang budaya bertegur sapa dengan orang di tempat umum sudah mulai jarang terlihat. Seperti halnya berkumpul dengan keluarga maupun teman, bukannya menikmati waktu untuk kebersamaan dan bercengkrama, tetapi malah menunduk menatap layar gadget-nya.

Sering kali kita juga tidak dapat menempatkan waktu quality time, karena terlalu asyik dalam bermain gadget.

Teknologi yang canggih memang dapat membawa kita ke dalam dunia yang super mudah, tetapi di sisi lain teknologi juga dapat memperbudak kita menjadi generasi yang anti sosial dan apatis.

Problematika generasi menunduk pada generasi milenial menimbulkan ketidakpedulian sosial. Hal ini disebabkan karena kurangnya intensitas komunikasi, yang tentunya sangat berpengaruh dalam menjalin hubungan sosial antar generasi ini.

Akibatnya adalah kurang terjalinnya keakraban dan keharmonisan dan hanya sebatas terjalin pada dunia maya.

Saat kita tengah asyik menatap layar smarphone kita. Sejenak renungkan berapa banyak hal yang sudah terlewatkan karena kita terlalu hanyut dalam menatap layar benda berbentuk persegi ini.

Banyak waktu produktif, waktu berkumpul dan bercengkrama bersama orang-orang terdekat, terlewatkan hanya dikarenakan kita terlalu sibuk untuk meng-update status pada media sosial yang kita punya.

Nyatanya hal tersebut menimbulkan candu untuk terus bermain dan berselancar di dunia maya sehingga pada diri kita sendiri akan merasa sangat tergantung dengan smarphone terlebih apabila susah mengontrol penggunaannya.

Budaya ini sangatlah bertolak belakang dengan jati diri budaya yang ada di Indonesia yang dikenal dengan sikap ramah-tamah dan sopan santunnya, serta dikenal juga memiliki jiwa gotong-royong yang kuat dalam kehidupan sosialnya.

"Budaya menunduk” seperti ini harus dihentikan karena jika budaya seperti ini masih terus berlangsung, maka akan banyak terlahir generasi-generasi milenial yang memiliki budaya menunduk.

Sebagai makhluk sosial yang seharusnya saling berinteraksi dengan sesama, ketika lebih banyak menghabiskan waktu untuk menatap layar, mereka akan kurang peduli terhadap apa yang tengah terjadi di sekitarnya, dan bahkan bisa juga menjadi apatis.

Kecanggihan teknologi membawa kita menjadi lebih mengetahui segala sesuatu dengan mudah. Apalagi dengan hanya menuliskan sesuatu dalam smartphone yang didukung dengan akses jaringan yang cepat, kita dapat memperoleh apa yang kita ingin dapatkan.

Dengan kecanggihan teknologi pula kita dapat menjadi korban dari ganasnya perkembangan teknologi. Peradaban pola pikir manusia seakan berubah drastis saat ini.

Kita juga tidak dapat memungkiri adanya kecanggihan teknologi saat ini, karena kita juga membutuhkan teknologi tersebut untuk mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi bahwa sesuatu yang berlebihan pasti tidak akan baik itu benar adanya.

Oleh karena itu jangan biarkan diri kita dan generasi yang akan datang terus melakukan budaya yang kurang baik ini. Sebaiknya kita sebagai makhluk sosial terus melakukan interaksi sosial dengan sesama secara langsung, karena dapat memberikan makna bahwa kita pastilah membutuhkan bantuan dan dukungan dari makhluk sosial lain.

Jadi, bijaklah dalam menggunakan kecanggihan teknologi, dan sebagai manusia yang berakal, maka kuasailah teknologi tersebut. Jangan sampai dengan semakin pesat dan cepatnya teknologi membuat kita menjadi budak kecanggihan zaman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WW
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini