Makna-makna yang Terkandung dalam Lagu Minangkabau

Makna-makna yang Terkandung dalam Lagu Minangkabau
info gambar utama

"Babendi bendi Ka Sungai Tanang, amboi kanduang ei
Ka Sungai Tanang Ka Sungai Tanang, amboi kanduang ei
Singgah lah mamatiak, singgah lah mamatiak kuntum lambayuang
Singgah lah mamatiak, singgah lah mamatiak kuntum lambayuang"

Seorang penyanyi bernama Tulus tentu sudah sangat dikenal di Indonesia. Namun tahukah Kawan GNFI di mana tempat kelahiran penyanyi tersebut?

Tidak lain yaitu Bukittinggi, Sumatera Barat. Darah Minang yang begitu kental melekat, membuat dirinya ingin menyanyikan beberapa lagu khas daerah tersebut dalam salah satu konsernya.

Oleh karenanya, artikel ini akan mencoba menulis makna-makna di balik lagu khas daerah Minangkabau.

Apa yang tertulis di awal artikel ini merupakan sedikit penggalan dari lagu Minang yang berjudul Babendi-bendi ke Sungai Tanang. Dikisahkan bahwa makna dalam lagu tersebut menceritakan tentang sepasang suami istri yang sedang berbulan madu.

Hal ini sesuai dengan tujuan dari lagu Babendi-bendi yang biasa digunakan untuk mengiringi Tari Payung, tarian yang juga menjadi adat khas daerah Sumatera Barat sebagai wujud perlindungan dan kasih sayang seorang kekasih kepada pasangannya, atau suami kepada istrinya dalam membina hubungan agar selalu bahagia.

Selanjutnya ada lagu dengan judul Mudiak Arau yang diciptakan oleh Ajis Sutan Sati dan dipopulerkan oleh penyanyi Elly Kasim. Lagu Mudiak Arau bercerita tentang seorang gadis yang menjalin hubungan jarak jauh dengan seorang laki-laki.

Sang lelaki telah lama pergi ke negeri orang seperti kebanyakan orang Minang yang sering kali merantau pada masa tertentu. Hingga pada suatu waktu si kekasih pujaan hati pun pulang kembali ke kampung halaman.

Dikarenakan kesetiaan cintanya, gadis tersebut tetap dengan senang hati menerimanya tidak peduli laki-laki tesebut sudah kaya, miskin, atau bagaimanapun keadaannya. Dia tetap bahagia bisa kembali bertemu dan dekat dengan kekasihnya.

Lagu khas daerah Minang berikutnya adalah Tak Ton Tong. Lagu ini pernah dipopulerkan oleh Oslan Husein, serta pernah ditampilkan pada ulang tahun ke-50 ASEAN tahun 2017.

Pada versi aslinya, lagu Tak Ton Tong mengisahkan tentang penerimaan dari seseorang yang dulunya punya suami dengan pangkat dan kekuasaan tinggi,. Tapi karena sesuatu sebab, akhirnya sekarang hanya bekerja sebagai tukang becak.

Saat ini lagu tersebut sering dinyanyikan untuk menghibur anak kecil karena nadanya yang ceria.

Kemudian pernahkah Kawan GNFI mendengar lagu yang liriknya berbunyi dindin badindin? Ya, lagu yang cukup terkenal dengan tempo cepat tersebut juga salah satu khas dari daerah Sumatera Barat.

Lagu ini merupakan lagu dengan lirik puisi lama jenis pantun. Makna liriknya sarat dengan pesan sangat dalam untuk menjaga kebudayaan Minang.

Semakin banyak budaya asing yang bermunculan, seiring itu pula kita juga harus mengembangkan dan memperkuat kebudayaan yang telah kita miliki. Sebab, dari warisan itulah kita menjadi bangsa yang berkarakter serta tidak mudah terombang-ambing.

"Banyak ragamnyo oi budayo datang, budayo kito kambangkan juo (Banyak ragamnya budaya datang. Budaya kita kembangkan juga)," demikian salah satu penggalan liriknya.

Lalu seperti yang sudah kita ketahui sebelumnya, masyarakat Minang sangat dikenal dengan kebudayaan merantaunya. Setelah pemuda Minang beranjak dewasa mayoritas dari mereka akan pergi merantau.

Oleh karena budaya ini pula, mereka sampai menciptakan lagu tentang kampung halaman. Kampuang Nan Jauh di Mato adalah lagu yang menceritakan tentang kerinduan seseorang yang merantau jauh dari kampung halamannya di Minangkabau.

Dia terkenang-kenang dengan suasana kampung yang damai bersama keluarga serta hawa sejuknya.

Sebenarnya masih banyak lagi lagu-lagu khas daerah Minangkabau atau Sumatera Barat yang mempunyai makna mendalam. Bahkan ada lagu dengan judul Ayam den Lapeh atau dalam bahasa Indonesia artinya Ayam Saya Lepas, yang sangat populer tidak hanya di kawasan Minang, tetapi juga di Malaysia hingga Vietnam.

Berbicara mengenai ketenaran, penyebab lagu daerah Sumatera Barat bisa populer dengan pesat yakni karena pesan, makna, dan kandungan moral yang terdapat dalam setiap liriknya benar-benar positif. Belum lagi iramanya yang sering kali pas dan enak didengar.

Belum pernah mendengar salah satu lagunya? Ayo coba dengarkan sekarang!

Catatan kaki: merahputih.com | senipedia.id | ilmuseni.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini