Memahami Mitigasi Bencana dan Beragam Upayanya

Memahami Mitigasi Bencana dan Beragam Upayanya
info gambar utama

Indonesia memang memiliki alam yang begitu indah. Namun di balik itu semua, Indonesia juga memiliki kondisi geografis yang memungkinkan terjadinya bencana, baik disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun faktor manusia.

Berhadapan dengan bencana alam, ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan salah satunya ialah mitigasi bencana.

Kawan GNFI, tahukah kalian apa itu mitigasi bencana?

Menurut Pasal 1 ayat 6 PP No. 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, mitigasi bencana merupakan sebuah rangkaian upaya guna mengurangi risiko bencana, baik lewat pembangunan fisik atau penyadaran dan peningkatan kemampuan dalam menghadapi ancaman bencana.

Sederhananya, mitigasi adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana, sehingga jumlah korban dan kerugian dapat diperkecil dengan membuat persiapan sebelum terjadi bencana.

Seperti yang dilakukan oleh dua komunitas dan sebuah lembaga pemerintah ini. Mereka membentuk kegiatan tentang mitigasi bencana mulai dari edukasi hingga membuat aplikasi kaji bencana.

Dua komunitas tersebut ialah Komunitas Pahlawan Bencana dan Sekolah Relawan.

Komunitas Pahlawan Bencana terbentuk di Bandung dengan diinisiasi oleh sekelompok anak muda yang resah akan kurangnya pengetahuan anak-anak tentang penanggulangan bencana alam.

Logo Pahlawan Bencana | Foto: instagram.com/pahlawanbencana
info gambar

Komunitas ini bertujuan untuk mengedukasi anak-anak untuk menjadi pahlawan diri sendiri saat bencana datang. Pahlawan Bencana juga mengampanyekan “Tas Siaga” yaitu sebuah tas berisikan keperluan yang dibutuhkan saat ada bencana alam.

Tak hanya itu, bahkan untuk memikat anak-anak agar antusias terhadap edukasi bencana, Pahlawan Bencana menggunakan dongeng sebagai medium penyampai pesan. Alasannya sederhana, dongeng bisa memikat perhatian anak-anak dengan cepat dan menyenangkan, materi pun dicerna dengan baik.

Selain Komunitas Pahlawan Bencana, ada pula Sekolah Relawan. Terbentuk pada 2013, komunitas ini berawal dari isu sekolah yang sering terkena bencana. Mereka hadir untuk mengedukasi tentang pencegahan bencana.

Logo Sekolah Relawan | Foto: sekolahrelawan.com
info gambar

Lembaga sosial kemanusiaan ini fokus pada pengembangan anak muda, edukasi relawan, penanggulangan bencana, dan pemberdayaan masyarakat sebagai wujud aksi nyata kerelawanan, dengan sudah melibatkan sekitar 4428 relawan.

Ada empat fokus program yang dijalani, edukasi kerelawanan, sosial kemanusiaan, community development, dan advokasi. Tidak hanya itu, program dari yayasan sosial ini juga meliputi pembekalan mitigasi bencana.

Jika kedua komunitas di atas berperan untuk mengedukasi masyakat, lain halnya dengan lembaga pemerintahan satu ini, yaitu BNPB. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Indonesia adalah lembaga pemerintahan nonkementrian yang membantu presiden dalam mengkoordinasikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan.

Menjadi negara yang rawan bencana, Indonesia memerlukan relawan bencana untuk menjadi pendukung utama saat bencana terjadi. Tidak hanya menjadi relawan untuk diri sendiri, tapi juga untuk sekitar.

Logo InaRisk | Foto: inarisk.bnpb.go.id
info gambar

Untuk memudahkan serta mengedukasi masyarakat, BNPB membuat sebuah aplikasi bernama “InaRisk” pada 2016. Sebuah aplikasi untuk mengetahui hasil kajian risiko yang menggunakan arcgis server sebagai data services yang menggambarkan cakupan wilayah ancaman bencana, populasi terdampak, potensi kerugian fisik, potensi kerugian ekonomi, dan potensi kerusakan lingkungan, serta terintegrasi dengan realisasi pelaksanaan kegiatan pengurangan risiko bencana sebagai tool monitoring penurunan indeks risiko bencana.

Aplikasi ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan perencanaan terkait bencana, ruang tata ruang wilayah, Early WarningSystem multi ancaman, dan lainnya.**

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

DA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini