Startup: Tentang Gambaran Kerja dan Menumbuhkan Inovasi

Startup: Tentang Gambaran Kerja dan Menumbuhkan Inovasi
info gambar utama

Bekerja di startup sedang menjadi tren di kalangan generasi muda Indonesia. Startup bekerja dengan cara memecahkan suatu masalah, memanfaatkan masalah itu sendiri sebagai ide bisnis, sekaligus memberikan terobosan revolusioner yang membawa pengaruh besar pada komunitas di masyarakat.

Tren bekerja di startup yang diperkenalkan ke publik mengusung budaya kerja dengan waktu kerja yang fleksibel, fasilitas kantor yang memadai, gaji yang menjanjikan, lingkungan kerja yang dinamis, serta tempat kerja yang kekinian.

Di balik hal tersebut, bekerja di startup juga dibarengi dengan tantangan dan tanggung jawab yang besar, salah satunya individu harus mampu bertransformasi dengan banyak pekerjaan dan harus berorientasi ke hasil.

Banyaknya individu yang belum siap akan cepatnya ritme bekerja di startup, membuat mereka bepindah kerja dengan cepat dari satu tempat ke tempat lainnya, sehingga banyak yang mencap generasi muda saat ini sebagai kutu loncat.

Mereka berpindah ke tempat yang dirasa dapat mengakomodir mimpi maupun visi dengancepat. Berangkat dari hal tersebut GNFI merasa peran dari Human Resources Departement (HRD) sangatlah penting untuk menjaga serta mengakomodir karyawannya untuk berinovasi dan berkembang.

Rabu (11/12) lalu, GNFI dan MIKTI berkolaborasi mengadakan web seminar (webinar) yang disiarkan melalui aplikasi Zoom, dengan mendatangkan Bani Wicaksono sebagai Head of HR Female Daily Network.

Bani telah delapan tahun berkecimpung dalam pengembangan talent di korporat maupun startup. Ia mengawali karirnya di Pertamina sebagai Recruitment & Training Staff.

Setelah tiga tahun bekerja di Pertamina, Bani memasuki titik jenuh. Pria kelahiran 1989 ini pun tertarik mencoba peruntungan dengan pindah bekerja dari corporat ke startup.

Hal itu tentu tidak mudah baginya dikarenakan budaya kerja yang sangat jauh berbeda. Meskipun Bani sempat merasakan culture shock ketika awal pindah ke startup, namun ia harus tetap profesional

"Kita harus bisa being adaptive di sebuah ruang baru dan harus mudah berbaur dengan lingkungan. Poin profesionalnya yang ditunjukkan dan didahulukan," ujar pria lulusan psikologi Universitas Persada Indonesia YAI ini.

Bagaimana gambaran bekerja di startup?

"Bekerja di startup itu bukan hanya untuk keren-kerenan semata, bekerja itu bagaimana kita bisa survive dan impactful di pekerjaan tersebut," ujar Bani.

Menurut pandangan Bani, seseorang yang bekerja di startup ialah mereka yang mau doing extra mile. Seorang individu yang bekerja di startup juga diharapkan dengan mudah berdapatasi dengan pekerjaan dan lingkungan kerja yang dinamis dan sangat cepat.

Saat bekerja di sebuah startup seorang individu juga dituntut untuk bisa meningkatkan terus kemampuan diri baik hard skill maupun soft skill, serta tidak melimitasi diri untuk melakukan pekerjaan yang cross function.

Budaya kerja yang dibangun dalam sebuah startup, idealnya bisa efektif dari segi struktural maupun hal lainnya. Budaya kerja dapat dibangun dari bagaimana seorang pemimpin di perusahaan tersebut memberikan instruksi, feedback, delegasi pekerjaan, serta memberikan pencapaian untuk perusahaannya.

Menumbuhkan inovasi dalam sebuah perusahaan

Motivasi maupun inovasi kerja akan tumbuh dari bagaimana pencapaian yang jelas dan clear dari sebuah perusahaan. Peran HRD di sini begitu penting untuk membantu memunculkan inovasi dari karyawan di perusahaan. Seorang HRD harus dapat menerjemahkan secara jelas bagaimana arah perusahaan tersebut.

Menurut Bani, sebuah inovasi merupakan tujuan yang dapat dieksekusi dengan cepat, baik, serta memiliki perencanaan yang matang. HRD harus bisa menyediakan faktor-faktor pendukung untuk semakin mengembangkan inovasi tersebut, misalnya dengan pemberian berbagai jenis rewards, kenaikan gaji, kenaikan jabatan, menyediakan ruang kolaborasi antar-divisi, dll.

Untuk semakin mempercepat serta mengakomodir inovasi, seorang HRD juga harus memiliki growth framework untuk setiap level karyawan dari berbagai divisi di sebuah perusahaan tersebut.

Setiap layer dan tingkatan karyawan harus memiliki pencapaian kemampuan dan penilaiannya masing-masing. Ini berguna untuk memvaliditasi keobjektifan penilaian maupun evaluasi pekerjaan.

Inovasi juga dapat tumbuh dengan membantu karyawannya meningkatkan kemampuan. Ini bisa dilakukan dengan memfasilitasi karyawannya mengikuti pelatihan dan menyediakan sumber untuk belajar.

"Bisnis itu yang gerakin people. people itu aset, tugas HR tuh bikin kerja enak," ujar Bani.

Untuk semakin menumbuhkan dan menjaga motivasi serta inovasi kerja karyawan di Female Daily Bani dan timnya membuat inisiatif berupa kelas olahraga/gym, mengadakan berbagai macam workshop dan training mengenai pengelolaan keuangan, pengelolaan stres, serta bagaimana membuat suasana kantor menyenangkan dan nyaman.

Untuk semakin mempercepat tumbuh dan mengeksekusi sebuah inovasi, jangan lupa lihat kembali bagaimana birokrasi dari proses approval sebuah ide maupun pekerjaan.

Bani mengatakan, "Jangan sampai approval memperlambat proses inovasi dalam sebuah bisnisnya."

Seorang HRD juga dapat berperan untuk kembali mengulas dan mengingatkan tujuan dari sebuah perusahaan agar bisa sampai dengan baik ke karyawannya, sehingga dapat menjaga ritme, semangat dan ambisi untuk bekerja.

Sebagai penutup, Bani juga menyampaikan bahwa seorang HRD harus berada di dua kaki. Kaki yang satu berpijak di sisi perusahaan dan satunya di sisi karyawan, sehingga bisa melihat situasi dari dua sisi.

"Mentor yang paling berjasa dan berharga dalam menghadapi sebuah pekerjaan adalah pekerjaan itu sendiri," pungkas Bani

Nah itu dia Kawan GNFI keseruan pembahasan dari webinar yang bertopik How to Build Innovations Through People in Startup Company.

Sampai berjumpa di acara webinar GNFI selanjutnya ya!

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Della Aniswara lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Della Aniswara.

Terima kasih telah membaca sampai di sini