Sepenggal Cerita dari Pura Tertua di Indonesia

Sepenggal Cerita dari Pura Tertua di Indonesia
info gambar utama
  • Mengenal Mandara Giri Semeru Agung, pura tertua di Indonesia.
  • Lokasinya di Lumajang, Jawa Timur.
  • Pura ini didirikan sekitar tahun 1960-an sampai 1970-an.

Walau Bali terkenal dengan penduduknya yang mayoritas memeluk agama Hindu, tapi ternyata pura tertua di Indonesia bukan berada di Pulau Dewata. Justru, pura tersebut dibangun di Lumajang, Jawa Timur.

Sebagai tempat ibadah umat Hindu, tentu agak janggal mendengar pura tertua di Indonesia dibangun di kota yang sebagian besar warganya beragama non-Hindu. Tapi, inilah Indonesia yang sebenarnya. Menjunjung tinggi keanekaragaman, tanpa terpisah tembok perbedaan.

Pura tersebut bernama Mandara Giri Semeru Agung. Menurut babadbali.com, pura ini dibangun sekitar tahun 1960-an sampai 1970-an. Sementara detikTravel menyebut Pura Mandara Giri Semeru Agung didirikan bertahap dari tahun 1990-an.

Lokasi Pura Mandara Giri Semeru Agung tepatnya berada di Jl. Serma Dohir, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Bangunan bersejarah nan megah ini berada tepat di timur kaki Gunung Semeru.

Cerita dibangunnya Pura Mandara Giri Semeru Agung berawal dari keinginan pemeluk agama Hindu di Lumajang, untuk membuat pura yang sesungguhnya di tahun 1960-an. Hasrat tersebut semakin menggebu kala diadakan upacara Nuur Tirta, yakni permohonan pengambilan air suci dari Patirtaan Watu Kelosot di kaki Gunung Semeru.

BACA JUGA: Sejarah Alun-Alun Dan Kekuasaan Kerajaan

Umat Hindu dari Bali yang mengikuti upacara ini harus menempuh perjalanan darat sekitar 9-11 jam. Biasanya mereka bermalam di kawasan Lumajang setelah upacara, tapi tidak etis rasanya kalau membawa air suci masuk ke dalam hotel.

Kemudian, muncullah keinginan untuk membangun pura di sekitar tempat upacara tersebut. Namun perjuangan untuk melakukannya tidak mudah. Mereka harus berusaha keras mendapat izin pendirian dan berjibaku menggalang dana. Di waktu itu, para umat Hindu di kawasan tersebut beribadah di Sanggar Pamujon, yang hampir ada di setiap desa Kecamatan Senduro.

Izin pendirian awalnya ditolak Bupati Lumajang, karena lokasinya yang berada di kawasan pemukiman masyarakat non-Hindu. Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) setempat kemudian menawarkan lokasi di Desa Kertasari, tapi umat Hindu menolak karena daerah itu adalah aliran lahar Gunung Semeru.

Lalu pada akhirnya, keanekaragaman Indonesia-lah yang menjadi jawaban. Kerukunan antar-umat beragama tampak jelas terlihat di kecamatan Senduro, menjadi modal besar untuk mendapat persetujuan pendirian pura.

BACA JUGA: Kisah Heroik Pahlawan Mastrip

Dengan didasari niat baik dan perjuangan ekstra keras, upaya mereka akhirnya membuahkan hasil. Izin berhasil didapat, dan dana sukses terkumpul. Warga pun bergotong royong membangun Pura Mandara Giri Semeru Agung.

Itupun tidak langsung sebesar sekarang. Awalnya pura ini hanya seluas 25 x 60 meter, kemudian bertambah jadi 25 x 65 meter. Panitia pembangunan awalnya juga hanya disodori dana Rp40 juta, dan Rp90 juta hasil penggalangan dana.

Kini, seiring semakin ramainya pura tersebut, biaya pembangunan pun bertambah. Dana tak kurang dari Rp1,8 miliar telah dihabiskan untuk pembangunan Pura Mandara Giri Semeru Agung. Areanya juga meluas, kini mencapai dua hektare.

Adanya Pura Mandara Giri Semeru Agung membuat rangkaian upacara Nuur Tirta bisa lebih praktis. Upacara yang termasuk bagian dari proses upacara Agung Karya Ekadasa Rudra di Pura Agung Besakih ini, bisa dilakukan tanpa harus membawa air suci ikut menginap di hotel.

Air suci bisa langsung dibawa oleh umat Hindu dari kaki Gunung Semeru, ke Pura Agung Besakih. Upacara ini awalnya dilakukan di bulan Maret 1963, kemudian diadakan lagi tahun 1979.

BACA JUGA: "Sejuknya" Desa Tiga Menara yang Penuh Toleransi

Referensi: lokalkarya.com | babadbali.com | situsbudaya.id | detikTravel

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini