Sangkuriang Agrihorti, Inovasi Baru Varietas Kentang

Sangkuriang Agrihorti, Inovasi Baru Varietas Kentang
info gambar utama

Bumi Pertiwi yang subur ini tak cuma ditumbuhi dengan sumber makanan utama, yakni padi, tetapi ada juga buah-buahan, sayur-mayur, dan umbi-umbian.

Dengan melimpahnya berbagai tanaman untuk sumber makanan, mendorong masyarakat hingga pemerintah untuk selalu melakukan inovasi agar muncul varietas baru yang lebih unggul.

Salah satu varietas yang menjadi bahan inovasi ialah kentang. Tanaman dengan nama latin Solanum Tuberosum L. ini memiliki berbagai macam varietas dengan karakteristik yang berbeda-beda. Hal tersebut tentunya akan menyebabkan bentuk, ukuran, warna, dan hasil yang berbeda.

Tanaman kentang berasal dari dataran tinggi Andes di Amerika Selatan dan telah dibudidayakan oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam.

Tanaman ini merupakan herba atau tanaman pendek tidak berkayu semusim dan menyukai iklim yang sejuk. Kentang sangat cocok untuk ditanam di daerah tropis dengan dataran yang tinggi.

Kentang sebagai tanaman pangan penting ketiga di dunia | Foto: markaindo.co.id
info gambar

Berdasarkan sejarah yang ada di Indonesia, tumbuhan ini mulai ada semenjak tahun 1794 dimulai dengan penanaman di sekitar Cimahi. Kentang tumbuh di pegunungan dengan ketinggian antara 1.000 mdpl hingga 2.000 mdpl, pada tanah humus.

Kentang memiliki ciri tanaman umbi-umbian yang tergolong berumur pendek. Tumbuhnya bersifat menyemak dan menjalar, serta memiliki batang berbentuk segi empat dengan batang dan daun yang berwarna hijau kemerahan atau berwarna ungu.

Kentang yang pada dasarnya merupakan salah satu bahan makanan penting karena mengandung karbohidrat ini adalah tanaman pangan terpenting ketiga di dunia setelah beras di urutan pertama dan gandum di urutan kedua.

Maka dari itu, banyak negara yang terus memproduksi kentang agar dapat memenuhi kebutuhan permintaan pasar.

Di Indonesia, produksi kentang masih fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena penggunaan bibit belum berkualitas, sehingga hasil yang didapatkan tidaklah maksimal.

Selain itu, harga bibit yang berkualitas juga masih dirasa cukup mahal dan memberatkan petani. Padahal kenyataannya, permintaan kentang di setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan. Namun, produksi dalam negeri masih kurang untuk memenuhi seluruh permintaan tersebut.

Pada awal 2020, Kementerian Pertanian memperkenalkan sebuah varietas unggul baru tanaman kentang yang merupakan inovasi dari Badan Peneliti dan Pengembangan Pertanian (Balitbang).

Inovasi kentang tersebut ialah Sangkuriang Agrihorti, varietas baru yang digadang-gadang tahan terhadap penyakit busuk daun.

Untuk itu muncullah varietas unggulan baru yang lebih ramah. Varietas Sangkuriang Agrihorti ini merupakan hasil persilangan dari kentang varietas Atlantik dengan Katahdin, sehingga rasanya masih sama dengan kentang jenis Atlantik.

Sangkuriang Agrihorti memiliki ciri utama yaitu memiliki permukaan atas daun yang mengkilap, berbentuk umbi oval panjang, kulit umbi berwarna krem, warna daging umbi kuning terang, dan memiliki rasa tidak getir.

Gambar daun dan kentang Sangkuriang Agrihorti | Foto: litbang.pertanian.go.id
info gambar

Kentang jenis baru ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya berumur panen 100 sampai 110 hari setelah tanam, dapat beradaptasi pada dataran tinggi, hasil umbi 24,61 sampai 34,99 ton/ha, memiliki daya simpan dua hingga tiga bulan setelah panen, dan toleran terhadap penyakit daun.

Dengan keunggulan tersebut, tentunya dapat menghasilkan keuntungan yang relatif tinggi sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan petani.

Dilansir dari Balitbang Pertanian, beberapa nilai faktor keunggulan tersebut maka secara keseluruhan varietas unggul baru kentang Sangkuriang Agrihorti tersebut mempunyai sifat inovasi teknologi yang sangat tinggi, sehingga berpeluang untuk diadopsi oleh petani.

Jika dilihat dari sisi keamanan pangan, varietas unggul baru kentang ini sangatlah aman untuk dikonsumsi.

Referensi: litbang.pertanian.go.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

DA
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini