Yuk Cicipi Docang, Suguhan untuk Para Wali Songo

Yuk Cicipi Docang, Suguhan untuk Para Wali Songo
info gambar utama

Beragam usaha kuliner sedang menjamur di Indonesia. Semua orang berlomba-lomba untuk menyajikan makanan dengan cita rasa yang unik dan menarik.

Jika ditarik dari sejarah, jejak kuliner Indonesia sudah menjamur sejak abad ke-8 sampai ke-10 masehi.

Dilansir dari Wikipedia, pada masa itu, istilah boga telah dikenal sebagai makanan yang berhubungan dengan dapur dibuat dengan sentuhan seni dan memberikan kenikmatan. Hal itu banyak didapati pada prasasti Jawa dan Sumatra.

Tidak hanya sejarah kuliner Indonesia sendiri, kekayaan beragam jenis makanan dari berbagai daerah di Nusantara pun memiliki sejarah masing-masing, seperti halnya di Cirebon.

Kota yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini memiliki banyak kuliner yang terkenal.

Sebut saja empal gentong, nasi kacang, dan tahu gejrot. Tidak hanya tiga makanan itu, ternyata ada satu makanan yang menjadi khas dari Cirebon, yaitu docang.

Docang dengan taburan kerupuk putih | Foto: egindo.co
info gambar

Secara harfiah, docang berasal dari singkatan bahasa Cirebon terdiri dari dua kata yaitu bodo dan kacang.

Mungkin Kawan GNFI terasa asing saat mendengar ada makanan bernama Docang.

Docang merupakan makanan tradisional yang berasal dari Cirebon terbuat dari campuran potongan lontong, parutan kelapa, daun singkong, daun kucai, toge, dan kerupuk.

Bahan-bahan tersebut disiram dengan kuah dage atau sayur oncom yang berwarna kemerahan dengan terbuat dari ampas tahu, kemudian dicampur sedikit bungkil kacang tanah yang dihancurkan serta dikombinasikan dengan parutan kelapa muda.

Docang biasa disajikan di piring dengan taburan kerupuk sebagai topping-nya bersama sambal jika ingin menambah cita rasa pedas.

Sekilas, docang mirip dengan lontong sayur. Namun jika dilihat dari bahan yang disajikan dalam piring, tentu berbeda. Begitu pun dengan rasanya. Rasanya tidak terlalu pedas namun segar di lidah dengan kuah yang panas dan gurih.

Di balik kenikmatan rasa docang yang gurih nan segar ini ternyata tersimpan kisah yang berhubungan dengan para Wali Songo.

Para Wali Songo | Foto: dakwahmuslimbali.com
info gambar

Masakan Docang ternyata sudah ada sejak zaman Wali Songo menyiarkan agama Islam di kawasan Cirebon dan sekitarnya. Kuliner ini, konon sejarahnya dibuat untuk meracuni para Wali Songo.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat, seorang pangeran bernama Pangeran Rengganis tidak menyukai dengan adanya keberadaan Wali Songo.

Kemudian, pangeran tersebut memutuskan untuk meracuni para Wali Songo dengan membuat sebuah masakan.

Docang pun menjadi pilihan makanan yang disajikan untuk para Wali Songo. Lalu, Pangeran Rengganis memberikan sajian tersebut kepada para wali yang saat itu sedang berkumpul di Masjid Sang Cipta Rasa.

Kemudian para Wali Songo menyantap docang dengan lahapnya tanpa tahu bahwa makanan tersebut adalah racun untuk mereka.

Bukannya keracunan yang diterima oleh mereka, keajaiban pun muncul. Para Wali Songo justru ketagihan dengan masakan dari Pangeran Rengganis tersebut.

Alih-alih dijadikan sebagai racun, justru docang malah disukai oleh para Wali karena perpaduan isi dan kuahnya yang begitu menggugah selera.

Docang dengan kuah merah yang mengugah | Foto: ksmtour.com
info gambar

Dari kisah tersebut, docang menjadi salah satu kuliner khas Cirebon hingga kini dan melekat dengan para Wali Songo.

Penjual docang biasanya akan menjamur saat momen ramadan hingga lebaran. Biasanya penjual docang berada di beberapa jalan besar, seperti di Jalan Kesambi Kota Cirebon, kawasan alun-alun Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan Cirebon, serta pusat perbelanjaan di sana.

Jika Kawan GNFI berkunjung ke Cirebon, wajib untuk mecincicipi kuliner satu ini. Harga untuk seporsi docang cukup murah yaitu sekitar Rp10.000 saja.

Referensi: Wikipedia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini