Perkenalkan Inilah Jeruk Kertaji, Varietas Baru Jeruk Keprok

Perkenalkan Inilah Jeruk Kertaji, Varietas Baru Jeruk Keprok
info gambar utama

Mengonsumsi buah-buahan sangatlah penting untuk tubuh kita, selain sebagai vitamin, buah juga memiliki berbagai jenis dan rasa yang khas, salah satunya adalah buah jeruk.

Jeruk yang mengandung sumber vitamin C ini ada banyak jenisnya di Indonesia, seperti jeruk nipis, jeruk bali, jeruk purut, jeruk siam, dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, jeruk juga salah satu buah yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia serta mudah didapatkan karena keberadaannya yang gampang ditemui.

Berdasarkan data dari Food and Agriculture Organization (FAO) menunjukkan bahwa Indonesia masuk dalam 10 besar sebagai negara penghasil jeruk terbesar di dunia, tepatnya berada di urutan ke-8, dengan jumlah produksi pada tahun 2017 sebanyak 2.295.325 ton.

Penghasil jeruk terbesar di Indonesia di antaranya berada di Jawa Timur, Sumatera Utara, Bali, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Selatan.

Baru-baru ini, tepatnya pada 2019 lalu, Badan Peneliti dan Pengembangan Kementerian Pertanian menghasilkan sebuah varietas unggulan baru dari seleksi dan hasil persilangan yang memiliki keunggulan, yaitu jeruk Kertaji dengan SK Menteri Pertanian No.167/Kpts/SR.120/D.2.7/12/2019.

Potret Jeruk Kertaji | Foto: Dok. Balitbangtan Kementan
info gambar

Perilisan jeruk Kertaji yang merupakan varietas baru ini memiliki tujuan untuk menambah keberagaman jenis jeruk, sekaligus agar dapat bersaing dengan jeruk impor lainnya.

Jeruk Kertaji masih bagian dari keluarga jeruk keprok, yaitu sebuah jeruk yang dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis dengan ukuran yang relative lebih kecil dibandingkan dengan jeruk lainnya.

Dinilai sebagai jeruk leluhur dari berbagai jenis jeruk lainnya, jeruk ini dapat dengan mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia, seperti Banyuwangi, Garut, Malang, Jember, Bali, Hingga Nusa Tenggara Timur.

Dilansir dari situs web Litbang Pertanian, jeruk Kertaji memiliki berbagai keunggulan. Keunggulan buah yang cocok ditanam di dataran tinggi ini di antaranya memiliki warna oranye dengan rasa asam, manis, segar, dan memiliki biji lebih sedikit dibanding jeruk lainnya.

Berat dari jeruk Kertaji berkisar antara 106 sampai 195 gram dengan daya simpan antara 45 hingga 49 hari setelah masa panen, dan harus disimpan pada suhu rata-rata 28 celcius.

Si asam manis jeruk Kertaji | Foto: Instagram.com/kementerianpertanian
info gambar

Peneliti pemulia Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Kementerian Pertanian, Chaereni Martasari menjelaskan bahwa dengan terdaftarnya varietas jeruk Kertaji diharapkan dapat berkembang sebagai upaya untuk bersaing dengan jeruk impor, dan mampu memenuhi selera masyarakat dengan berbagai keunggulannya.

“Dengan adanya varietas unggul ini diharapkan mampu menarik petani dan pelaku agribisnis untuk mengembangkan dan mendorong masyarakat agar dapat mengonsumsi jeruk Nusantara,” ujar Chaereni Martasari dikutip dari situs web Litbang Pertanian.

Tantangan dan peluang di bidang pemasaran pun terus dikaji mengingat preferensi konsumen muda mengalami perkembangan yang luar biasa dibanding dua dekade terakhir.

Jeruk Indonesia memang masih perlu sentuhan lebih di penampilan. Di sisi lain, jeruk Indonesia unggul di sisi kesegaran dan harga yang lebih kompetitif dibandingkan jeruk impor lainnya.

Dukungan teknologi juga sangat diperlukan untuk pengembangan jeruk Kertaji. Dengan teknologi yang tepat akan mendukung keberhasilan budidaya jeruk.

Balitbangtan Kementerian Pertanian telah memiliki inovasi teknologi jeruk yang dikenal dengan Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat (PTKJS) untuk diadopsi petani dalam membudidayakan jeruk.

Penerapan teknologi ini sangat penting untuk menjaga tanaman agar tetap sehat dan dapat diproduksi dengan baik.

Selain itu, penerapan teknologi juga akan mampu mengendalikan serangan hama dan penyakit yang menyerang jeruk sehingga umur produksi akan lebih lama.

Refrerensi: litbang pertanian

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dessy Astuti lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dessy Astuti.

Terima kasih telah membaca sampai di sini