Virus Corona: Indonesia Menjawab Keraguan Dunia

Virus Corona: Indonesia Menjawab Keraguan Dunia
info gambar utama

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Penulis senior Good News From Indonesia.

Walaupun ketika artikel ini saya tulis, running text salah satu TV internasional melaporkan sudah ada sekitar 40.000 kasus virus corona diseluruh dunia sudah dokonfirmasi, dan ada sekitar 900 orang meninggal dunia- sebagian besar di negara Cina, toh Indonesia masih dinyatakan bersih dari penyebaran virus mematikan itu. Padahal Indonesia dikelilingi negar-negara Asia yang sudah terjangkit virus tersebut. Namun artikel yang dimuat di the Sydney Morning Herald dan the Age pada tanggal 31 Januari 2020 menyimpulkan bahwa Indonesia tidak terjangkit virus corona itu disebabkan karena Indonesia tidak melaporkan ada warganya yang terkena virus corona, dan kenapa tidak melaporkan, karena Indonesia tidak mampu mendeteksi virus corona dan karena laboratorium medis di Indonesia tidak memiliki alat pengujian yang diperlukan untuk mendeteksi adanya virus itu, begitu kira-kira kesimpulan artikel itu. Badan Kesehatan PBB juga memiliki pandangan serupa.

Seringkali berita tentang negeri kita di luar negeri dimuat yang negative-negatif saja. Jarang media asing itu memuat berita tentang hal-hal yang positif tentang negeri kita. Kalau ada berita korupsi misalnya, maka narasi di pemberitaan itu seringkali muncul narasi tentang agama. Misalkan, “pejabat Indonesia bernama si fulan terlibat korupsi di kantor pemerintahan. Korupsi merajalela di negara yang berpenduduk mayoritas Islam ini….”. Sementara narasi yang sama tidak pernah ditulis di media luar negeri tentang kejadian-kejadian buruk yang menimpa negara-negara barat itu dengan dihubungkan dengan agama yang dianut mayoritas negara yang bersangkutan. Kalau ada pemberitaan tentang pasukan elit kita Kopassus meskipun berita biasa misalkan pergantian Komandannya, seringkali ditambah berita lama jaman Oder Baru dulu tentang keterlibatan pasukan elit dalam melanggar Hak Azasi Manusia.

Di ajang pertandingan menembak Angkatan Darat dunia di Australia misalnya, para komandan tentara negara-negara maju juga meragukan kemenangan lebih dari 10 kali kontingen TNI Angkatan Darat kita. Mungkin dalam hati para komandan negara maju itu mengatakan “ah masak tentara dari negara miskin bisa menang”. Dengan perasaan “ngenyek” (merendahkan) itu delegasi Angkatan Darat negara-negara maju ingin membongkar senjata yang digunakan kontingen TNI AD yang buatan Pindad itu, dengan harapan mungkin ada kecurangan yang dilakukan TNI AD.

Sikap yang negative itu memang sudah jamak kita dengar dan baca di berbagai artikel luar negeri mengenai Indonesia, dan itu sejak lama. Baru-baru ini Jendral Purn Luhut Binsar Panjaitan Menko bidang Maritim dan Investasi di pertemuan dunia di Davos Swiss merasa direndahkan ketika dia tidak”dianggap” atau diacuhkan oleh seorang Jendral Amerika Serikat yang hanya mau bicara dengan Jendral dari Cina dan Korea. Bisa juga pengakuan pak Luhut ini subjektif sifatnya, namun kalau itu benar, maka memang kadangkala negara-negara maju memandang sebelah mata terhadap Indonesia.

Kembali kemasalah virus corona, media barat juga memberitakan pengakuan turis Australia yang kecewa dengan pelayanan dokter di salah satu rumah sakit di Bali, misalkan tentang pelayanan yang lama, dokternya tidak pakai masker dsb. Lalu dengan sikap men generalisir menyimpulkan bahwa Indonesia tidak mampu menangani virus corona. Ada juga peneliti dari Harvard University yang meyakini bahwa virus corona sebenarnya sudah masuk di Indonesia, keyakinan itu berdasarkan pada perkiraan jumlah frekuensi penerbangan dari Wuhan ke negara-negara lain termasuk Indonesia, apalagi mengingat hubungan Indonesia dan Cina erat-begitu kata peniliti ini. Kementerian Kesehatan Indonesia menghimbau agar kita tidak berlebihan menanggapi penelitian semacam ini karena belum diuji dengan penelitian lain, dan memang belum ada laporan virus corona masuk Indonesia. Namun demikian kita tentu tidak semena-mena menolak berita seperti itu, sebab hal itu bisa dipakai untuk bangsa ini mawas diri dan segera memperbaiki berbagai kekurangan.

Saya pribadi faham dengan cara pemberitaan media asing tersebut. Namun saya sedih ketika saya menyaksikan presenter salah satu TV mainstream saat memberitakan keberhasilan Universitas Airlangga menemukan cara mendeteksi dengan cepat virus corona dengan kalimat (seingat saya) antara lain “Universitas Airlangga menemukan cara mendeteksi virus corona. Hanya ada dua laboratorium di Indonesia yang mampu mendeteksi visus ini yaitu Balitbangkes dan Unair – itupun dengan Universitas Kobe Jepang”. Narasi “itupun dengan” sepertinya mencerminkan keraguan, bisa berarti “Unair you are not your own” atau “Unair bukan anda sendiri kok”. Padahal dalam dunia penelitian koloborasi dengan pihak lain itu sebenarnya lumrah.

Keberhasilan para peneliti di Institute of Tropical Disease Unair Surabaya sebenarnya merupakan jawaban atas keraguan dunia bahwa Indonesia tidak mampu menangani virus corona. Penelitian medis dunia tentu sudah banyak yang mengetahui keberhasilan lembaga penyakit tropis Universitas Airlangga ini dibidang virus, bakteri, Avian Flue dsb. Namun berita tentang keberhasilan ini jarang dimuat di media luar negeri, dan bahkan di negeri sendiri pun berita keberhasilan ini tenggelam kalah dengan berita-berita tentang KPK tidak mampu menangani kasus korupsi yang menimpa anggota salah satu partai politik, atau berita kritikan terhadap gubernur DKI karena merevitalisasi Monas, atau berita Nikita Mirzani yang ditahan polisi di Jakarta, atau kematian pemain legendaris basket Amerika Serikat Bryant Kobe dsb. Berita-berita semacam itu dimuat berhari-hari.

Ada baiknya kita sebagai bangsa selalu mengabarkan keberhasilan-keberhasilan anak bangsa dalam berbagai bidang untuk memotivasi diri kita bahwa kita ini adalah bangsa yang besar. Dalam hal ini saya ingat ucapan selamat rektor Unair Prof Dr. Moh. Nasih pada Hari Pers Nasional 2020 “Teruslah menabur kabar berita kebaikan untuk Indonesia yang maju, adil dan beradab”.

Berita-berita positip dari berbagai Perguruan Tinggi di negeri ini sebenarnya banyak, selain dari Unair tadi beberapa Perguruan Tinggi kita seperti UI, UGM dll yang sudah mampu mencapai peringkat 10 besar Perguruan Tinggi tingkat Asia – tentu lembaga-lembaga penelitiannya sudah mampu menghasilkan karya besar untuk bangsa dan dunia. Hasil-hasil penelitian mereka juga merupakan jawaban atas keraguan kemampuan bangsa. Hanya saja hal ini jarang diungkapkan media dalam negeri, apalagi media luar negeri.

Kita tentu tidak menafikan bahwa masih banyak kekurangan dan kelemahan di diri bangsa kita ini dibandingkan dengan negara-negara yang sudah maju, namun kesimpulannya kalau melihat Indonesia tidak boleh meloncat dan partial, misalkan ketika ada keluhan orang asing tentang jeleknya pelayanan Rumah Sakit disatu daerah lalu disimpulkan diseluruh Indonesia pelayanan RS nya jelek. Perlu diingat Indonesia ini negara kepulauan besar yang luas wilayahnya seperti dari London Inggris ke Moskow Rusia, sehingga tentu tidak semua rumah sakit di wilayah yang besar ini pelayanannya bagus semua. Karena itu kita akui bahwa Indonesia ini tentu belum sempurna, tapi harus diakui juga bahwa Indonesia itu hebat. Dalam hal ini saya lalu ingat motto awal-awal Good News From Indonesia (GNFI) didirikan yang digagas pendirinya dik Akhyari Hananto bahwa Indonesia ini:

IT IS NOT PERFECT, BUT AWESOME”

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini