Lokasi Ternak Tuna Terbaik Dunia Ada di Indonesia

Lokasi Ternak Tuna Terbaik Dunia Ada di Indonesia
info gambar utama

Indonesia dikenal juga dengan sebutan benua maritim. Perairan Aceh yang berada di ujung barat laut Indonesia menyimpan potensi perikanan Tuna sirip kuning (Yellowfin Tuna), disebut juga Madidihang, atau Thunnus albaceres terbesar di dunia.

Seperti dilansir oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Aceh, Tuna sirip kuning yang diproduksi perairan ini merupakan kualitas terbaik dan memperoleh permintaan tinggi di pasar mancanegara seperti Jepang, Amerika hingga Eropa.

Tuna jenis ini merupakan komoditi ekspor andalan Provinsi Aceh dengan lautnya yang luas.

Pemerintah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan perusahaan perikanan asal Jepang I-Fish sedang berupaya mengembangkan budidaya Tuna sirip kuning ini.

Riset yang dilakukan oleh tim perusahaan Jepang tersebut menemukan bahwa perairan antara Pulo Aceh dan Pulau Weh Sabang hingga bagian terluar pulau-pulau ini merupakan lokasi yang cocok untuk pemijahan Tuna sirip kuning.

Ini merupakan temuan lokasi ketiga di dunia setelah Panama dan Meksiko, ujar Presiden I-Fish.

Budidaya Tuna jenis sirip kuning ini menggunakan keramba jaring apung di lepas pantai dengan kedalaman mencapai 15 hingga 30 meter.

Penelitian yang kami lakukan menggunakan data Indian Ocean Tuna Commission (IOTC) juga menemukan bahwa tangkapan Ikan Tuna sirip kuning tinggi pada lokasi target pengembangbiakan tersebut di atas.

Pada tahun dengan kondisi iklim normal di mana tidak terpengaruh siklus iklim seperti El Nino dan La Nina, produksi Tuna sirip kuning tinggi pada September hingga Maret dengan puncaknya pada bulan Februari mencapai sekitar 2000 ton.

Ada beberapa indikasi mengapa Tuna melimpah di perairan ini.

Pada musim barat yang berlangsung Oktober hingga Maret, perairan utara Aceh menjelma menjadi lokasi taikan massa air (upwelling).

Kondisi ini dibangkitkan oleh angin yang datang dari arah timur laut dalam gerakan menyisir kawasan pantai.

Gesekan angin permukaan mengakibatkan massa air terdorong ke lepas pantai dan massa air dingin yang kaya akan nutrien naik menuju pesisir di permukaan.

Nutrien yang berisikan plankton ini menjadi sumber makanan ikan-ikan kecil yang selanjutnya menarik atensi ikan-ikan pelagis besar seperti Tuna sirip kuning untuk memangsa ikan-ikan kecil ini.

Kondisi perairan yang hangat diikuti salinitas relatif tinggi di sekitaran wilayah upwelling akibat bercampurnya air laut dalam yang dingin dengan kadar garam tinggi dengan air yang lebih hangat di permukaan memungkinkan ikan Tuna berhabitat kawasan ini.

Ditinjau dari kondisi fisik perairan dan waktu yang sesuai, budidaya Tuna di perairan paling barat Indonesia di Provinsi Aceh dirasa tepat untuk diimplementasikan.

Namun demikian, beberapa aspek lainnya seperti karakteristik arus karena berada di lokasi selat, perilaku hewan, bio-kimia perairan serta berbagai inovasi konstruksi keramba serta teknik pemijahan serta pakan dan regulasi air dan hal lainnya tetap perlu diperhatikan.

Referensi: Tempo | Disertasi IPB | Antaranews | DKP Aceh

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini