Saga Gojek dan Grab : Jika Tak Bisa Saling Mengalahkan, Bergabung Saja

Saga Gojek dan Grab : Jika Tak Bisa Saling Mengalahkan, Bergabung Saja
info gambar utama

Oleh: Ahmad Cholis Hamzah

Penulis senior Good News from Indonesia

Perusahaan-perusahaan berskala global memiliki beberapa alasan kenapa mereka melakukan investasi ke luar negeri, diantaranya adalah memperluas pangsa pasar mereka, menancapkan brand image produk dan jasa, menghindari hambatan perdagangan misalkan kuota dan tariff, serta mencari insentif dari negara lain dsb. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu tentu perusahaan-perusahaan tersebut memiliki kiat-kiat bagaimana melakukan penetrasi pasar ke luar negeri.

Beberapa kiat dimaksud antara lain melakukan ekspor baik langsung maupun tidak langsung (melalui pihak lain), melakukan investasi langsung (Foreign Direct Investment), memberikan lisensi dagang kepada perusahaan-perusahaan diluar negeri, memberikan hak franchise kepada mitra usahanya, melakukan akuisisi perusahaan lain, merger dan melakukan aliansi global dengan perusahaan-perusahaan di negara-negara lain. Kiat-kiat itu di eksekusi oleh perusahaan – perusahaan global itu dalam rangka menunjukkan bahwa eksistensi mereka ada dimana-mana dan tentu juga dalam rangka memperbesar kekuasaan mereka.

Saya 25 tahun lalu pernah mengantar diplomat tinggi negara Amerika Serikat bertemu dengan para pemilik perusahaan rokok terbesar Indonesia di Kediri; dan dalam diskusi dengan mereka tercetus ketidak khawatiran mereka akan persaingan dengan perusahaan laur negeri karena tidak ada yang tertarik pada industri rokok/kretek. Beberapa tahun kemudian ternyata ada perusahaan rokok dunia asal Amerika Serikat yang melakukan akuisisi kepemilikan salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yang berpusat di Surabaya.

Ya praktek merger, akuisisi dan melakukan aliansi global dengan perusahaan luar negeri itu memang strategi yang serius dijalankan perusahaan skala global dalam rangka menancapkan kukunya di luar negeri. Kalau mereka menghadapi persaingan keras dari perusahaan lain maka tak jarang mereka melakukan pepatah bisnis dari Cina yang terkenal “If You Cannot Beat Them, Join Them” atau “Kalau Tidak Bisa Mengalahkan Mereka, Bergabunglah”.

Dalam hubungan dengan hal ini, baru-baru ini kita mendengar ulasan Tech in Asia tentang rencana merger perusahaan terkenal Indonesia Gojek dengan perusahaan skala dunia dari Singapura Grab. Grab melaporkan bahwa Gojek menginginkan 50%-50% pembagian saham, sementara Grab menginginkan kontrol penuh pada perusahaan hasil merger ini untuk kawasan Asia Tenggara. Sementara pihak Gojek mengatakan pada the Jakarta Post bahwa tidak ada rencana merger itu. Kalau terjadi merger, diprediksi Gojek daan Grab akan memperoleh penhasilan tahunan sebesar 16,7 milyar dolar AS

Dari segi kacamata bisnis, perusahaan memang dengan cara merger kekuatannya bertambah besar baik dari segi permodalan maupun pasar global. Apalagi kalau merger dengan perusahaan yang bereputasi internasional maka pangsa pasar global pun bisa diraih. Gojek – meskipun perusahaan baru di Indonesia tapi merupakan perusahaan besar dan perusahaan besar skala dunia tentu tertarik untuk bermitra dengan Gojek, karena akan memperoleh manfaat yang lebih besar.

Sebagai contoh perusahaan besar Cina Alibaba milik Jack Ma yang bersedia menggelontorkan uang trilyunan rupiah untuk menguasai saham perusahaan daring Indonesia; mungkin ada yang bertanya kenapa Jack Ma bersedia melakukan hal itu. Tentu dia sangat mau karena dengan meng-akuisisi sebagian kepemilikan saham (atau seluruhnya) perusahaan di Indonesia, Jack Ma bisa mengetahui jutaan profil konsumen di Indonesia, jutaan data perilaku konsumen (consumers’ behavior), jutaan kartu kartu kredit konsumen dan memahami preferensi konsumen negeri ini. Karena itu Jack Ma memiliki big data tentang semuanya itu dan sangat berarti bagi operasional perusahaan nya di pasar global. Siapapun yang menguasai data, dialah yang akan memenangkan pertempuran.

Perlu diingat bahwa potensi pasar di Indonesia ini begitu besarnya, baik dari segi jumlahnya, potensi untuk “willing to buy” dan munculnya jutaan orang kaya baru atau “the new consuming class” di negeri ini. Beberapa perusahaan besar dari negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia bisa berjaya karena mampu menguasai pasar yang sangat besar size nya di Indonesia. Andai mereka hanya mengandalkan pada pasar di masing-masing negaranya sendiri, tentu maka pangsa pasarnya tidak terlalu besar.

Jadi balik ke soal rencana merger Gojek dengan Grab dari Singapura, kita bisa melihat untung ruginya rencana itu. Bisa win-win atau sama-sama enaknya, bisa juga win-lose artinya - anda kalau ingin menguasai dunia, bergabunglah dengan saya tapi dengan syarat anda harus tunduk “with our own term”. Bagi perusahaan skala global, prinsipnya adalah “we are not in commanded position” tapi “we are in commanding position”.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini