Kolaborasi Kemanusiaan Atasi Kasus Kesehatan Ibu dan Anak di Timur Negeri

Kolaborasi Kemanusiaan Atasi Kasus Kesehatan  Ibu dan Anak di Timur Negeri
info gambar utama

KUPANG, NTT-"Waktu kami temukan kasus ini, bocah tersebut sudah dalam kondisi marasmus. Kondisinya sudah sangat kekurangan gizi. Ibaratnya seperti kertas basah yang kita coba untuk didirkan. Gambarannya seperti itulah. Akhirnya kami berusaha dampingi dari awal hingga sekarang," cerita Sriyaningsih (Asih) (34), selaku bidan di Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC) Dompet Dhuafa cabang Nusa Tenggara Timur (NTT). (Jumat, 13/03)

Ya, itulah kisah LKC Dompet Dhuafa saat mendampingi salah satu anak dengan kasus gizi buruk, di Kabupaten Kupang. Kala itu, Luciana (Luci) Soares baru menginjak usia 18 bulan. Kondisinya sudah masuk ke kategori marasmus. Orang tuanya tengah berkonflik dan ibunya memutuskan untuk menjadi tenaga kerja wanita keluar negeri. Bocah yang terlahir berparas cantik tersebut, terpaksa tinggal bersama opa dan omanya, serta 13 saudara lainnya.

Setelah terlahir, di usia empat bulan, balita dari keluarga eks-Timor Timur tersebut, terpaksa menjalani kisah tersebut. Dengan pola pengasuhan yang tidak maksimal dan terpaksa tinggal bersama banyak saudara, tentu pertumbuhannya tidak termonitor dengan baik.

"Melihat kondisi tersebut pada saat awal assesment. Kami pun memutuskan untuk menggulirkan bantuan kebutuhan nutrisi, pendampingan dan juga monitoring perkembangan. Sedari awal, pendampingan pemuhan gizi tiga kali sehari," tambah Asih, menjelaskan program Jaminan Kesehatan Ibu dan Anak (JKIA), kepada tim komunikasi Dompet Dhuafa.

Asih kembali menjelaskan, bahwa dalam pergerakan tersebut, Dompet Dhuafa tidak sendiri. Kolaborasi awal bersama pihak dinas sosial dan puskesmas setempat menjadi gerbang pembuka. Kuwalahannya puskesmas dan dinas sosial setempat, membuahkan estafet bagi tim LKC Dompet Dhuafa untuk melanjutkan penanganan tersebut.

Keputusan lain perlu diambil. Karena pertumbuhan Luci tak kunjung menunjukkan data yang baik. Cenderung membawa laporan pertumbuhan yang lambat. Upaya evakuasi, menjadi jalur baru untuk tetap melanjutkan masa depan hidup Luci.

"Kami melihat perkembangannya tidak menunjukkan data yang baik. Akhirnya kami menjalin kolaborasi baru dengan Panti Asuhan Bhakti Luhur Baumata, Kupang. Alhamdulillah, dari akhir tahun lalu Luci di panti, pertumbuhannya sangat positif. Berat badannya pun naik, menjadi 7,5Kg dari awalnya hanya 4,5Kg. Ia juga sudah bisa beraktivitas sendiri, seperti berlatih jalan, bermain dan bercerita meskipun dengan bahasa yang belum fasih," terang Asih, di sela kunjungannya di panti asuhan tersebut.

Dalam penanganan kasus kesehatan ibu dan anak di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, kolaborasi berbagai pihak menjadi kunci kesuksesan. Banyaknya kasus yang harus ditangani, menjadikan kolaborasi kemanusiaan sebuah harmoni yang indah. Dalam penanganan tersebut, rasa kemanusiaan menjadi yang terdepan dan tentunya tanpa melirik latar agama dan status sosial


(pastikan sertakan sumber data berupa tautan asli dan nama jika mengutip suatu data)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini